
Prabowo Yakin RI Lompat Jadi Negara Maju, Apa Iya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Calon Presiden Nomor Urut 2, Prabowo Subianto dalam debat perdana Pemilu 2024 yakin Indonesia bisa lompat jadi negara maju dan makmur.
Namun, untuk mencapai negara maju, ada syarat yang harus dipenuhi.
"Kita yakin Indonesia akan melompat jadi negara maju, negara makmur, negara adil hanya dengan demikian tetapi syaratnya kita harus rukun, kita bersatu, kita tidak memecah belah, kita tidak boleh untuk kepentingan sesaat, untuk kepentingan jangka pendek, kepentingan diri kita, kelompok kita, kita tidak boleh mengorbankan kesatuan persatuan bangsa Indonesia hanya dengan kerukunan hanya dengan kearifan dengan kebersihan jiwa tidak dengan permainan kata-kata retorika tapi sungguh-sungguh cinta tanah air Indonesia akan maju negara hebat," ungkap Prabowo saat Debat Capres 2024 di Gedung KPU RI, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Prabowo menyebut Indonesia sudah lahir sebagai negara demokratis. Kemajuan Indonesia saat ini sudah dirasakan. Namun perbaikan harus terus dilakukan. "Kita ingin lebih baik, kita ingin lebih adil, kita ingin hilangkan kemiskinan dan kita ingin hilangkan korupsi. Kita negara yang sangat kaya, kekayaan kita luar biasa," imbuhnya.
Namun, Indonesia masih perlu berjuang sangat keras untuk mendapat predikat sebagai negara maju. Bahkan, menurut Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyebut Indonesia memiliki potensi gagal menjadi negara maju pada 2045 jika perekonomiannya tetap tumbuh di kisaran 5%.
Potensi itu diungkapkan dalam White Paper bertajuk Dari LPEM bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029.
Dalam White Paper tersebut terungkap bahwa Indonesia belum memenuhi syarat cukup dan syarat perlu untuk menuju negara berpendapatan tinggi layaknya China, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Brazil, ketika mereka pertama kali masuk dalam kelompok negara berpendapatan tinggi.
LPEM FEB UI mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang stagnan dan tak pernah jauh di atas level kisaran 5%, pertumbuhan kredit per tahun pun tak pernah tembus 15%, rasio pajak terhadap PDB tak pernah melampaui 11% dan bahkan hanya 9,9% satu dekade terakhir.
Selanjutnya, kontribusi industri terhadap PDB yang terus merosot hingga kini di level 18% dan kemiskinan ekstrem yang persisten di level 1,7%.
Dalam White Paper itu, LPEM pun menyarankan, termasuk kepada capres dan cawapres mendatang supaya menyiapkan opsi kedua jika Indonesia gagal menjadi negara maju pada 2045, yakni menyiapkan kelas menengah Indonesia yang merupakan pemilik porsi 40-80% dalam total penduduk Indonesia kuat secara ekonomi dan inovatif.
Adapun tolok ukur suatu negara dapat menjadi negara maju yakni pendapatan per kapita rata-rata mencapai US$ 10 ribu per tahun, tingkat pengangguran cenderung lebih kecil, dan lain-lain.
Pendapatan Per Kapita Harus Tinggi
Syarat yang pertama yakni pendapatan per kapita harus tinggi. Ketika pendapatan per kapita tinggi, maka hal ini berdampak pada tingkat kemakmuran masyarakatnya. Semakin tinggi pendapatan per kapitanya, maka semakin tinggi tingkat kemiskinannya.
Umumnya, pendapatan per kapita negara maju berada di kisaran US$ 10.000 per tahun atau serta dengan Rp 150 juta per tahun (Kurs Rp 15.000 per US$ 1). Apabila Indonesia bisa menggapai dan melampauinya, maka bisa dikatakan negara maju.
Melihat data CEIC, produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia berada dalam tren yang meningkat jika mengecualikan pandemi Covid-19. Tahun 2022 angkanya sudah berada di US$ 4.783,27 atau setara dengan Rp 71,49 juta per tahun (Kurs Rp 15.000 per US$ 1).
Dengan melihat kondisi PDB per kapita Indonesia saat ini, maka masih jauh Indonesia untuk menggapai predikat negara maju. Pendapatan per kapita menjadi penting karena hal itu menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat.
Neraca Perdagangan
Negara maju umumnya punya komoditi ekspor yang lebih banyak ketimbang impor. Hal tersebut mencirikan bahwa sebuah negara mampu memproduksi produk ini tentunya seiring dengan kemajuan teknologi dan sumberdaya yang memadai.
Maka, tak heran negara maju bisa memproduksi komoditas unggulannya kemudian di ekspor ke negara lainnya.
Jika menilik dari Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 22,15 miliar per Oktober 2023. Jika dilihat secara bulanan, nilai tersebut naik 6,75% (month-on-month/mom)dibanding ekspor September yang nilainya US$ 20,75 miliar.
Sementara untuk nilai impor juga sejalan. Nilai impor Indonesia tercatat sebesar US$ 18,67 miliar per Oktober 2023, naik 7,67% (mom)dibanding September 2023 yang nilainya US$ 17,34 miliar.
Industrinya Maju
Merujuk data BPS, rata-rata pertumbuhan industri pengolahan pada era Presiden Jokowi (2015-2022) hanya mencapai 3,3%. Pertumbuhan pada 2020-2022 hanya 2,05%.
Padahal, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 menyebutkan target industri pengolahan pada 2020-2024 ada di angka 6,2-6,5%.
Lagi-lagi industri yang bakal dibangun fokus pada industri pertambangan dan Hilirisasi.Sebagai informasi,Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menyusun peta jalan (roadmap) hilirisasi di Indonesia hingga 2040 adalah satu poin dari peta jalan itu, yakni hilirisasi membutuhkan investasi hingga US$ 545,3 miliar atau setara Rp 8.200 triliun dengan kurs Rp 15.200/US$ sampai tahun 2040.
Adapun 21 komoditas yang ditetapkan Pemerintah Indonesia untuk dilakukan hilirisasi itu, yakni batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi baja, emas perak, aspal, minyak bumi, gas, sawit, kelapa, karet, buofuel, kayu log, getah pinus, udang, perikanan, kepiting, rumput laut, dan garam.
Angka Pengangguran Kecil
Jika ingin menjadi negara maju Indonesia harus menekan angka pengangguran dengan mendorong penyediaan lapangan pekerjaan yang banyak. Negara berkembang dan negara terbelakang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang besar.
Untuk diketahui, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2023 sebesar 5,32%, turun sebesar 0,54 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2022.
Kualitas SDM yang Baik & Terjaminnya Kesehatan Bagi Rakyatnya
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bisa kita lihat dari tingkat pendidikan yang terjamin. Ini menjadi syarat menjadi negara maju. Pembiayaan pendidikan di suatu negara harus dapat di jangkauoleh seluruh lapisan masyarakat.
Kualitas SDM yang cemerlang serta tingkat pendidikan yang baik bakal menciptakan manusia yang unggul dan ahli di bidangnya dan bakal berkontribusi baik untuk kemajuan negaranya.
Berdasarkan data BPS hingga 2022, angka putus sekolah di Indonesia terus mencatatkan penurunan. Untuk menjamin kualitas SDM yang baik angka putus sekolah ini tentunya harus semakin ditekan.
Merujuk pada Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Dunia juga menghitung Human Capital Index (HCI) untuk melihat sejauh mana peran pendidikan dan kesehatan terhadap produktivitas ke depannya. Pada tahun 2020, HCI Indonesia sebesar 0,54, berada pada peringkat 96 dari 175 negara.
Perkembangan kualitas SDM Indonesia sangat lambat meskipun pemerintah sudah menaikkan anggaran pendidikan dan kesehatan yang sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir.
Sejak 2009, pemerintah telah melakukan pemenuhan mandatoryanggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Anggaran pendidikan pun membengkak menjadi 182% dari Rp 216,72 triliun pada 2010 menjadi Rp 612,28 triliun pada 2023.
Selain itu, anggaran kesehatan juga melonjak dari Rp 29,9 triliun pada2010 menjadi Rp 255,4 triliun pada 2022.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)