Ada Campur Tangan AS, Begini Naik Turun Dana Asing ke RI

Revo M, CNBC Indonesia
06 December 2023 09:05
Kenapa Dolar AS Jadi Patokan Mata Uang Dunia? Ini Jawabnya
Foto: Infografis/ Kenapa Dolar AS Jadi Patokan Mata Uang Dunia? Ini Jawabnya / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Hot money dari investor asing mulai mengalir deras sejak tiga pekan terakhir.  Lonjakan dana asing juga masuk melalui pasar saham, Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Sepanjang 11 bulan terakhir, dana asing relatif masuk dan keluar tergantung dari kondisi makroekonomi, perkembangan ekonomi global, kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS), maupun fundamental dari Indonesia.

Secara umum, ketika kondisi global stabil dan jelas serta diikuti dengan kondisi ekonomi Indonesia yang baik, maka investor asing akan melirik pasar keuangan domestik dan terjadi capital inflow.

Begitu pula sebaliknya, capital outflow akan terjadi jika kondisi sedang tidak baik-baik saja, terutama jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal hawkish.

Pada Januari 2023 hingga pekan pertama Februari, asing cenderung masuk ke domestik. Sejak awal tahun hingga 2 Februari 2023, beli neto di SBN tercatat sebesar Rp50,15 triliun.

Hal ini terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV-2022 tercatat tinggi sebesar 5,01% (year on year/yoy) sehingga secara keseluruhan tahun 2022 tercatat 5,31% yoy. Jauh meningkat dari capaian tahun sebelumnya sebesar 3,70% yoy.

Neraca dagang pada Januari 2023 pun tercatat surplus cukup tinggi yakni US$3,87 miliar dipengaruhi oleh kinerja ekspor nonmigas yang tetap kuat. Aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik juga meningkat, tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar US$6,0 miliar hingga 14 Februari 2023.

Dilansir dari publikasi Bank Indonesia (BI), total cadangan devisa (cadev) pun meningkat menjadi US$139,4 miliar, setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Dana asing juga masih mengalir deras pada awal tahun karena likuiditas di global yang masih memadai. Secara historis, likuiditas di global masih melimpah pada awal tahun karena banyak negara yang belum menawarkan instrumen investasi.

Dalam catatan Kementerian Keuangan, lelang Surat Utang Berharga Negara (SUN) perdana dan kedua di Januari mampu menarik total penawaran asing sebesar Rp 21 triliun. Dana asing kembali masuk ke Indonesia pada pekan kelima Maret hingga pekan keempat April atau empat minggu beruntun. 

Derasnya dana asing pada Januari tahun ini juga sejalan dengan keputusan The Fed mengurangi tingkat kenaikan suku bunga. The Fed mengerak suku bunga masing-masing sebesar 75 bps pada empat pertemuan sepanjang Juni 2022-November 2022. The Fed kemudian hanya menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada Februari 2023. Kebijakan The Fed ini ikut mendorong dana asing keluar dari AS dan masuk ke Emerging Markets, seperti Indonesia.

Dana asing kembali masuk ke Indonesia pada pekan kelima Maret hingga pekan keempat April atau empat minggu beruntun.

Pada saat itu, transaksi berjalan triwulan II-2023 diprakirakan surplus didukung oleh berlanjutnya surplus neraca perdagangan, dimana sampai dengan Mei 2023 tercatat sebesar US$4,4 miliar. Sementara itu, aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio pada triwulanan II-2023 sampai dengan 20 Juni 2023 masih mencatat net inflows sebesar US$0,13 miliar.

Alhasil, mata uang Garuda pun mengalami penguatan terhadap dolar AS ditopang oleh surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Inflasi IHK pada bulan Mei 2023 tercatat 4,00% (yoy) atau berada di batas atas sasaran 3,0±1% yang sebelumnya sempat mengalami kenaikan hingga menyentuh titik tertinggi pada September 2022 sebesar 5,95% yoy.

Lebih lanjut, net inflow terjadi lagi sejak pekan kedua Juli hingga pekan pertama Agustus. Perkembangan terkini triwulan III-2023 menunjukkan neraca perdagangan kembali surplus pada Juli 2023 sebesar US$1,3 miliar. Aliran modal asing ke pasar keuangan domestik berlanjut dengan investasi portofolio hingga 22 Agustus 2023 (quarter to date/qtd) tercatat net inflows sebesar US$0,2 miliar.

Inflow juga ditopang oleh pernyataan The Fed yang akan menahan suku bunga ke depan.  Ekspektasi pasar menjadi kenyataan karena The Fed tidak mengerek suku bunga lagi setelah Juli 2023. Dari pertengahan tahun hingga November 2023, The Fed menahan suku bunga di level 5,25-5,50%.

 

Baru-baru ini sejak pekan ketiga November hingga pekan kelima November, dana asing mengalir deras ke pasar keuangan domestik khususnya dalam SBN dan SRBI. Secara total, dalam tiga pekan terakhir, net inflow lebih dari US$25 miliar.

Aliran modal asing masuk ke pasar keuangan domestik tecermin pada investasi portofolio hingga 21 November 2023 yang mencatat net inflows sebesar US$2,6 miliar (qtd).

Strategi operasi moneter "pro market" melalui instrumen SRBI dan SVBI dioptimalkan guna meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri.

Selama tahun 2023, berdasarkan data setelmen hingga 30 November 2023, investor asing beli neto Rp71,69 triliun di pasar SBN, jual neto Rp15,22 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp37,27 triliun di SRBI.

Selain itu, sikap bank sentral AS (The Fed) yang diyakini akan melunak dan tidak akan menaikkan suku bunganya dalam beberapa bulan ke depan bahkan melakukan cut rate di semester I-2024 memberikan angin segar bagi pasar keuangan domestik. Kondisi tersebut membuat selisih suku bunga acuan BI dengan The Fed akan semakin jauh sehingga imbal hasil aset keuangan domestik menjadi lebih menarik.

Jika melihat data pergerakan dana asing ke pasar keuangan Indonesia sepanjang tahun ini, periode paling sengsara adalah pada Agustus-hingga akhir Oktober 2023. Sepanjang periode tersebut, triliunan dana asing keluar dari Indonesia. Belum adanya sinyal melunak dari The Fed, masih panasnya inflasi AS, perang Israel vs Hamas, serta menghangatnya kondisi perpolitikan dalam negeri membuat investor asing kabur dari Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation