Newsdata

Pak Jokowi Happy Nih! Triliunan Dana Asing ke RI Catat Rekor

Revo M, CNBC Indonesia
04 December 2023 09:20
Infografis, Perjalanan utang pemerintah
Foto: Infografis/Utang Pemerintah/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus dana asing pada pekan lalu tercatat kembali masuk ke domestik. Masuknya dana asing ini terjadi selama tiga pekan beruntun dalam Surat Berharga Negara (SBN), saham, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 27 - 30 November 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp15,92 triliun (beli neto Rp10,60 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,38 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp4,94 triliun di SRBI.
Dana asing yang masuk ke Indonesia pada pekan lalu menjadi yang tertinggi sepanjang 2023. Catatan terbaik sebelumnya adalah pada pekan ketiga Januari sebesar Rp 14,8 triliun.

Hal ini jauh lebih besar atau sekitar 100% lebih besar dibandingkan pekan keempat November yakni sebesar Rp7,03 triliun atau pekan ketiga November yakni Rp7,33 triliun. Dengan kata lain, dalam tiga pekan terakhir, net buy asing ke pasar keuangan Indonesia sekitar Rp30 triliun.

Besarnya inflow menjadi kabar gembira bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada Oktober lalu, Jokowi dalam beberapa kesempatan menyatakan kekhawatirannya mengenai banyaknya investor asing yang kabur dari Indonesia.

mengungkapkan bahwa kebijakan kenaikan suku bunga yang tinggi oleh Amerika Serikat (AS) membuat negara-negara berkembang semakin dalam posisi pelik.

"Capital outflow semua lari balik ke Amerika Serikat," ungkap Jokowi, dikutip Minggu (29/10/2023).

Doyannya asing masuk ke dalam negeri tak lepas dari pandangan investor terhadap bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mulai dovish.

Suku bunga yang tinggi terjadi berdampingan dengan inflasi Amerika Serikat (AS) yang melonjak tinggi khususnya pada 2022 di saat perang Rusia-Ukraina berlangsung.

Suku bunga AS yang terus dinaikkan pada akhirnya telah membuat inflasi AS terus melandai secara tahunan. Inflasi pada Oktober 2023 tercatat 3,2% secara year on year (yoy) pada atau lebih rendah dibandingkan 3,7% (yoy) pada September serta di bawah ekspektasi pasar (3,3%). Ini adalah kali pertama inflasi AS melandai dalam empat bulan terakhir.

Secara bulanan, inflasi AS tercatat 0% atau stagnan. Inflasi inti- di luar makanan dan energi- tercatat 4% (yoy), turun dibandingkan 4,1% (yoy) pada September. Data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS juga melandai.  PCE Oktober 2023 tercatat 3% secara tahunan (yoy). Angka ini lebih rendah dari posisi September lalu yang sebesar 3,4% (yoy).

Adapun inflasi PCE inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, naik 0,2% (mtm) dan 3,5% (yoy) pada bulan ini. Kedua angka tersebut selaras dengan konsensus Dow Jones.

Di saat inflasi sudah semakin mendekati target The Fed yakni 2%, maka tendensi The Fed untuk kembali menaikkan suku bunganya semakin berkurang.

Para investor percaya suku bunga telah mencapai puncaknya dan akan turun pada paruh 2024.

Perangkat CME FedWatch menunjukkan 97,3% pelaku pasar melihat The Fed masih akan menahan suku bunga pada Desember mendatang. Artinya, hingga akhir tahun suku bunga masih berada di level 5,25-5,50%.

Pelaku pasar sebesar 60% bahkan memproyeksi bank sentral akan segera memangkas suku bunga pada Maret 2024 dan pemangkasan kedua pada Juni 2024 dengan 43,2% pelaku pasar.

CMEFoto: Meeting Probabilities
Sumber: CME Fedwatch Tool

Jika The Fed memenuhi ekspektasi pasar dan mulai melakukan pemotongan secara agresif pada tahun 2024, hal ini kemungkinan besar akan terjadi karena perekonomian yang melambat secara tajam dan meningkatnya pengangguran, yang pada gilirannya akan menurunkan inflasi.

Namun, pembuat kebijakan bank sentral tidak akan melakukan pemotongan demi pemotongan. Harus ada alasan yang kuat untuk mulai melakukan pelonggaran, dan bahkan penurunan suku bunga kemungkinan besar akan terjadi secara perlahan kecuali terjadi hal yang tidak diinginkan, dan The Fed terpaksa mengambil tindakan yang lebih agresif.

Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed 2024

Federal Funds Futures sebagai salah satu cara menentukan keyakinan para pedagang terhadap suku bunga acuan bank sentral AS di masa depan. Menurut data LSEG, secara keseluruhan suku bunga The Fed akan mengalami penurunan sekitar 100 basis poin (bps) pada akhir tahun 2024.

Sementara Ekonom Deutsche Bank memproyeksikan penurunan suku bunga The Fed sebesar 175 bps pada tahun 2024. Namun Deutsche Bank juga menambahkan akan terjadi resesi ringan seiring penurunan suku bunga pada paruh pertama 2024.

Sedangkan UBS memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak 275 bps pada tahun 2024, seiring dengan perekonomian terbesar di dunia yang diperkirakan akan memasuki resesi.

UBS memperkirakan disinflasi dan meningkatnya pengangguran akan melemahkan output perekonomian pada tahun 2024, sehingga menyebabkan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menurunkan suku bunga "pertama-tama untuk mencegah tingkat dana nominal menjadi semakin ketat seiring dengan penurunan inflasi, dan kemudian pada tahun ini untuk membendung pelemahan ekonomi."

"Dalam pandangan kami, sektor swasta terlihat kurang terlindung dari kenaikan suku bunga. Ke depan, kami memperkirakan pertumbuhan yang jauh lebih lambat pada tahun 2024, peningkatan tingkat pengangguran, dan penurunan suku bunga dana federal yang berarti, dengan kisaran target pada akhir tahun ini antara 2,50% dan 2,75%." ujar UBS.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation