
Waspada! Aksi Profit Taking Setelah IHSG Mencapai 7.100

IHSG menggapai level 7.100 pada perdagangan kamrin sekaligus mencapai posisi tertinggi sepanjang 2023. Ini membuat IHSG rawan aksi ambil profit atau profit taking oleh investor.
Meskipun demikian, investor perlu mencermati berbagai data yang akan menjadi penentu arah kebijakan The Fed di pertemuan akhir 2023 dan juga proyeksi 2024.
Pada malam nanti akan ada rilis data jumlah lowongan pekerjaan Amerika Serikat peridoe Oktober yang diperkirakan akan turun menjadi 9,3 juta dari bulan sebelumnya 9,55 juta pada September 2023.
Jumlah lowongan pada September merupakan level tertinggi dalam empat bulan dan melampaui konsensus pasar sebesar 9,25 juta.
Selama bulan tersebut, lowongan pekerjaan mengalami pertumbuhan di bidang akomodasi dan jasa makanan (+141,000) dan di bidang seni, hiburan, dan rekreasi (+39,000).
Sebaliknya, lowongan pekerjaan menurun di sektor jasa lainnya (-124,000), pemerintah federal (-43,000), dan informasi (-41,000).
Mengenai distribusi regional, lowongan pekerjaan meningkat di wilayah Selatan (+126.000) dan Timur Laut (+26.000), sementara lowongan pekerjaan menurun di wilayah Barat (-72.000) dan Barat Tengah (-24.000). sumber: Biro Statistik Tenaga Kerja AS
Jumlah lowongan pekerjaan yang mendingin akan semakin meningkatkan optimisme bahwa The Fed akan dovish.
Para pelaku pasar semakin optimis jika bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) akan melunak. Perangkat CME FedWatch menunjukkan 97,7% pelaku pasar melihat The Fed masih akan menahan suku bunga pada Desember mendatang. Artinya, hingga akhir tahun suku bunga masih berada di level 5,25-5,50%.
Pelaku pasar bahkan memproyeksi The Fed akan segera memangkas suku bunga pada Maret 2024.Keyakinan ini muncul setelah inflasi AS dan data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS melandai. Kedua faktor ini menjadi pertimbangan penting The Fed dalam menentukan kebijakan.
Inflasi AS melandai ke 3,2% (year-on-year/yoy) pada Oktober 2023, dari 3,7% (yoy) pada September 2023. Sementara, PCE Oktober 2023 tercatat stagnan 0% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 3% secara tahunan (yoy). Angka ini lebih rendah dari posisi September lalu yang sebesar 0,4% (mtm) dan 3,4% (yoy).
Angka PCE Oktober juga lebih rendah dari konsensus pasar dalamTrading Economics yang memperkirakan naik 0,2% (mtm) dan 3,1% (yoy).
Adapun inflasi PCE inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, naik 0,2% (mtm) dan 3,5% (yoy) pada bulan ini. Kedua angka tersebut selaras dengan konsensus Dow Jones.
Selain itu, sentimen window dressing juga ikut membuat kinerja IHSG bertahan naik. Dalam sebulan IHSG tercatat naik 3,7% dan sejak awal tahun telah menguat 4,13%.
Kemudian ada data mengenai PMI Komposit Global AS S&P yang diperkirakan tetap stabil di 50,7 pada November 2023, tidak berubah dari level tertinggi tiga bulan di bulan sebelumnya.
Ini menunjukkan sedikit ekspansi lebih lanjut dalam aktivitas sektor swasta, menurut perkiraan awal.
Meskipun perusahaan manufaktur melaporkan laju ekspansi yang lebih lambat, penyedia jasa mengalami sedikit peningkatan dalam laju pertumbuhan output, yang merupakan laju pertumbuhan tercepat sejak bulan Juli.
Total pesanan baru sedikit meningkat, didorong oleh ekspansi pertama bisnis baru di sektor jasa dalam empat bulan, sementara tingkat lapangan kerja menurun untuk pertama kalinya dalam hampir tiga setengah tahun.
Dari segi harga, biaya input mengalami kenaikan terkecil sejak Oktober 2020 karena penurunan biaya energi dan bahan baku, sementara harga jual meningkat lebih cepat. Terakhir, kepercayaan dunia usaha melemah.
Sementara itu dari dalam negeri kabar positif datang dari sejumlah emiten bakal menebar dividen. Investor pasar modal pun dapat menikmati cuan pada akhir tahun.
Berdasarkan rangkuman CNBC Indonesia terdapat 11 emiten yang akan bagi-bagi dividen di akhir tahun. Adapun emiten tersebut adalah:
- PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC)
- PT Organon Pharma Indonesia Tbk. (SCPI)
- PT Graha Mitra Asia Tbk. (RELF)
- PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. (NELY)
- PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA)
- PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR)
- PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU)
- PT Cikarang Listrindo Tbk. (POWR)
- PT Dana Brata Luhur Tbk. (TEBE)
- PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID)
- PT Putradelta Lestari Tbk. (DMAS)