Newsletter

Kabar Baik dari AS Terancam Sia-Sia Karena Cabai Rawit Mahal

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
01 December 2023 05:58
wall street
Foto: Kolase Foto Beras dan Cabai. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Dari Amerika Serikat, bursa Wall Street, ditutup beragam pada perdagangan Kamis waktu AS atau Jumat dini hari waktu Indonesia.  Indeks Dow Jones ditutup menguat tajam dan mencetak rekor terbaiknya tahun ini. Indeks melesat 1,47% atay 520,47 poin ke 35.950,89.

Indeks S&P 500 juga menguat 0,38% atau 17,22 poin ke 4.567,8. Sebaliknya, indeks Nasdaq melemah 0,23% atau 32,27 poin ke 14.226,22.

Indeks Nasdaq terkoreksi setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali naik kemarin. Yield Treasury tenor 10 tahun naik 7 basis poin (bp) menjadi 4,34%.

Sedangkan indeks Dow Jones dan S&P menguat tajam setelah data pengeluaran pribadi warga AS (Personal Consumption Expenditures Price Index) melandai ke 3% (year-on-year/yoy) pada Oktober 2023, dari 3,4% (yoy) pada November 2023.

"Apa yang telah kita lihat di November adalah bukti bahwa ekonomi AS masih baik-baik saja. Konsumsi masih tangguh dan The Fed menahan suku bunga," tutur Chris Zaccarelli, chief investment officer dari Independent Advisor Alliance, dikutip dari CNBC International.

Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan AS, inflasi PCE pada Oktober tercatat 0% secara bulanan (month-to-month/mtm) dibandingkan bulan sebelumnya dan tumbuh 3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dari posisi September lalu yang sebesar 0,4% (mtm) dan 3,4% (yoy).

Angka inflasi PCE Oktober juga lebih rendah dari konsensus pasar dalam Trading Economics yang memperkirakan tumbuh 0,2% (mtm) dan 3,1% (yoy).

Adapun inflasi PCE inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, naik 0,2% (mtm) dan 3,5% (yoy) pada bulan ini. Kedua angka tersebut selaras dengan konsensus Dow Jones. 

Sementara itu belanja konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, meningkat 0,2% pada bulan lalu, setelah kenaikan 0,7% yang tidak direvisi pada September, berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pengeluaran naik 0,2%.

Inflasi PCE ini akan digunakan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebagai acuan untuk menentukan arah kebijakan moneter selanjutnya.

Dengan data inflasi PCE yang semakin mendingin, maka hal ini dapat memperkuat optimisme pasar akan berakhirnya era suku bunga tinggi di tahun depan.

Pelaku pasar sudah mengantisipasi penurunan suku bunga acuan pada pertengahan 2024. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, sebanyak 96% pelaku pasar memprediksi bahwa The Fed akan menahan kembali suku bunga acuannya pada pertemuan Desember mendatang.

Sementara itu, pelaku pasar memprediksi The Fed baru akan memulai pangkas suku bunga acuannya pada pertemuan Mei 2024, yakni sebanyak 49,5%.

Sejak Maret 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 525 basis poin (bp) ke kisaran saat ini 5,25%-5,50%.

Di lain sisi, kondisi pasar tenaga kerja juga terus membaik diperkuat oleh laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran meningkat 7.000 menjadi 218.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 25 November. Para ekonom memperkirakan 226.000 klaim untuk minggu terakhir.

Data klaim minggu lalu termasuk Hari Libur Thanksgiving. Klaim cenderung fluktuatif saat hari libur. Namun, pasar tenaga kerja melemah seiring dengan permintaan perekonomian secara keseluruhan.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular