Harga Batu Bara Naik 1%, Berkah Musim Dingin di China Nyata

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
28 November 2023 07:10
Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki).
Foto: Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki).

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali menguat dan hampir menyentuh level psikologis US$130 per ton. Penguatan harga didorong oleh sentimen perkiraan tingginya permintaan baru bara Indonesia dari China, meski terdapat penurunan dari India. Permintaan batu bara Australia dari China nampak juga mengalami lonjakan.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari ditutup di posisi US$ 129,10 per ton atau menguat 0,94% pada perdagangan Senin (27/11/2023).

Impor batu bara termal Tiongkok periode November diperkirakan akan melonjak ke volume tertinggi kedua tahun ini, sehingga turut mendorong harga lebih tinggi.

Melansir Reuters, China sebagai negara pengguna pembangkit listrik terbesar di dunia diperkirakan mengimpor batu bara termal sekitar 29,21 juta metrik ton pada November, naik dari 24,62 juta metrik ton pada Oktober.

Jumlah tersebut menempati urutan kedua setelah puncaknya sebanyak 30,21 juta ton pada Mei, menurut data yang dikumpulkan oleh analis komoditas Kpler.

Impor Tiongkok didorong oleh peningkatan kedatangan dari Indonesia, eksportir batubara termal terbesar di dunia, dengan Kpler memperkirakan 18,03 juta ton akan tiba pada bulan ini.  Jumlah ini naik dibanding impor dari Indonesia periode Oktober sebesar 16,70 juta ton.

Batubara Indonesia sangat populer di kalangan utilitas pesisir Tiongkok bagian selatan karena kandungan sulfurnya yang relatif rendah memungkinkan batubara tersebut menyatu dengan baik dengan pasokan domestik yang mengandung sulfur lebih tinggi.

Minat Tiongkok terhadap batubara Indonesia telah membantu kenaikan harga, dengan lembaga pelaporan harga komoditas Argus menilai bahan bakar dengan kandungan 4.200 kilokalori per kg (kkal/kg) berada pada harga US$58,94 per metrik ton untuk minggu ini hingga 24 November.

Ini adalah kenaikan mingguan kedua berturut-turut dan nilai ini sekarang 17% lebih tinggi dari level terendah sepanjang tahun ini sebesar US$50,38 per ton, yang dicapai pada 25 Agustus.

Namun, harga batubara Indonesia yang lebih tinggi kemungkinan akan menyebabkan berkurangnya minat India, importir bahan bakar terbesar kedua di dunia.

India diperkirakan akan mengimpor sekitar 17,78 juta ton batubara termal pada November, turun dari 18,82 juta pada Oktober, yang merupakan bulan terkuat sejauh ini pada tahun 2023, menurut data Kpler.

Impor dari Indonesia diperkirakan turun menjadi 10,92 juta ton pada November dari 12,19 juta di Oktober.

Namun, impor batu bara termal India dari Australia diperkirakan akan tetap stabil pada November dibandingkan Oktober, yang mengindikasikan India lebih memilih batu bara Australia yang merupakan negara eksportir bahan bakar terbesar kedua di dunia.

Kedatangan batubara termal dari Australia di China diperkirakan mencapai 1,11 juta metrik ton pada November, naik tipis dari 1,02 juta metrik ton pada Oktober 2023.

Dalam dua bulan terakhir, India lebih banyak beralih ke batu bara termal dari Australia, dengan impor melebihi 1 juta metrik ton pada Oktober dan November, yang merupakan tertinggi sejak Februari.

Perusahaan utilitas India cenderung membeli batubara termal Australia yang turun menjadi US$93,12 per ton dalam tujuh hari hingga 24 November untuk kalori 5.500 kkal/kg.

Meskipun nilai ini masih 10,5% di atas harga terendahnya pada September di level US$84,25 per ton, nilai ini turun 12% dari nilai tertinggi baru-baru ini di $105,85 dari pekan yang berakhir 13 Oktober.

China Impor Batu Bara Australia

Tiongkok juga meningkatkan pembelian dari Australia seperti India dengan kalori 6.000 kkal/kg yang sebagian besar diimpor oleh Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.

Impor batubara termal Tiongkok dari Australia diperkirakan mencapai 7,22 juta ton, naik dari 4,23 juta metrik ton pada Oktober dan merupakan jumlah bulanan tertinggi sejak Beijing mengakhiri larangan informal terhadap impor dari Australia pada awal tahun ini.

Impor pada November bahkan melebihi volume yang biasanya terjadi sebelum pelarangan diberlakukan pada pertengahan tahun 2020 di tengah perselisihan politik antara Beijing dan Canberra, dan ini merupakan bulan terkuat dalam data Kpler sejak tahun 2017.

Secara keseluruhan, ada kemungkinan bahwa peningkatan minat Tiongkok terhadap impor batubara menjelang musim dingin di wilayah utara akan mengurangi sebagian permintaan di India, yang cenderung lebih sensitif terhadap harga.

Hal ini khususnya terjadi pada pasokan domestik india, dimana peningkatan permintaan dari Tiongkok menyebabkan India dirugikan, sehingga memaksa India untuk beralih ke pemasok lain.

India juga mengambil volume yang lebih besar dari Afrika Selatan, dengan Kpler memperkirakan impor November sebesar 2,67 juta metrik ton, turun sedikit dari 2,71 juta metrik ton pada Oktober, namun naik dari 2,24 juta di bulan September, 1,56 juta di bulan Agustus, dan 1,06 juta di bulan Juli.

Afrika Selatan adalah pemasok utama bagi wilayah Atlantik dan India, dan menurunnya impor batu bara Eropa tahun ini telah membuka peluang bagi pembeli di Asia untuk mengirim kargo dari Afrika Selatan.

Afrika Selatan mengekspor 3,74 juta metrik ton ke Asia pada Oktober dan hanya 386.860 ke Eropa, bergeser dari bulan yang sama tahun 2022 dengan pengiriman ke Asia sebanyak 2,93 juta dan ke Eropa sebanyak 2,22 juta.

Meningkatnya ketersediaan batubara Afrika Selatan di Asia telah membantu menahan laju kenaikan harga batubara Indonesia dan Australia.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation