
Covid Bye, IPO Produsen Sarung Tangan Latex SURI Kok Mahal?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten di sektor kesehatan akan kedatangan penghuni baru yakni PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI) yang akan melakukan Intial Public Offering (IPO) dan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Harga penawaran berada di Rp160 hingga Rp170 per lembar saham. Penawaran umum dilaksanakan pada 23-27 November 2023. Penjatahan efek dilakukan 27 November 2023 dan pendistribusian saham akan dilaksanakan pada 28 November 2023. Perseroan akan listing pada 29 November 2023.
Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 12,67 juta lot atau dana IPO yang diraih berkisar Rp202,7 miliar hingga Rp215,4 miliar. Market cap setara dengan Rp1,01 triliun hingga Rp1,08 triliun.
Penjamin emisi IPO SURI adalah Shinhan Sekuritas Indonesia. IPO SURI tercatat dalam papan pengembangan.
Hansen Jap menjadi pengendali saham SURI dengan kepemilikan 99,99% saham SURI sebelum penawaran umum perdana, setelah penawaran umum perdana Hansep Jap akan tercatat memiliki 79,99% saham SURI. Diketahui Hansep Jap juga merupakan pemegang kendali saham sarung tangan lateks lainnya yakni PT Haloni Jane Tbk (HALO) dengan kepemilikan 80,29%.
Hansen Jap merupakan pengusaha asal Sumatera Utara. Hansep Jap merupakan pendiri PT Haloni Jane Tbk (HALO) dan juga pendiri Shamrock Group, pada tahun 2001, untuk melengkapi fasilitas produksi yang sudah beroperasi di Medan yang dimiliki oleh Grup. Peralatan pengolahan lateks berupa centrifugal modern milik Shamrock Grup dan perkebunan yang berlokasi di Sumatera Selatan.
Dimana saham PT Haloni Jane Tbk (HALO) tercatat belum lama IPO yakni pada 8 Februari 2023 dengan harga IPO sebesar Rp100 per lembar saham. Harga saham HALO sepanjang tahun 2023 hingga perdagangan Selasa (21/11/2023) mengalami penurunan sebesar 55,56% di posisi Rp52 per lembar saham.
Apakah nasib saham SURI akan sama dengan HALO? Simak kinerja dan prospek bisnisnya.
Penggunaan Dana IPO
a) 49,45% akan digunakan sebagai Capital Expenditure (CAPEX), dengan rincian:
- 20,26% akan digunakan untuk pengembangan bangunan gudang, pabrik, dan kantor Perseroan yang berlokasi di Jalan Utama No. 98 Desa Pujimulyo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
- 24,55% akan digunakan yaitu untuk penambahan dan remodifikasi mesin produksi Perseroan.
- 3,11% akan digunakan untuk pembangunan fasilitas pengelolaan limbah Perseroan.
- 1,53% akan digunakan sebagai untuk pengembangan software penunjang operasional Perseroan.
b) 50,55% akan digunakan sebagai Operational Expenditure (OPEX), dengan rincian:
- 9,61% akan digunakan untuk penambahan daya listrik di area pabrik Perseroan.
- 40,49% akan digunakan untuk modal kerja Perseroan antara lain namun tidak terbatas pada biaya pemasaran dan pembelian persediaan bahan baku dan bahan penunjang guna mendukung kegiatan usaha Perseroan.
Bisnis
Kegiatan usaha PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI) yakni melakukan produksi sarung tangan karet dari bahan baku lateks yang digunakan untuk berbagai keperluan terutama penggunaan untuk medis dan non-medis. Perseroan telah beroperasi hampir 35 Tahun dengan beberapa merk yang diproduksi dan juga jaringan pemasaran yang mencapai Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Asia.
Perseroan saat ini memiliki 2 fasilitas produksi, yang pertama fasilitas pengolahan lateks menjadi sarung tangan atau barang jadi, yang terletak di Deli Serdang, Sumatera Utara. Sedangkan satu fasilitas produksi lagi terletak di Labuhan Batu, Sumatera Utara sebagai pabrik pengolahan getah karet menjadi lateks siap proses.
Kinerja Keuangan
![]() |
Dapat terlihat jelas pada hasil laporan keuangan Perseroan justru terjadi penurunan kinerja sejak tahun 2021 hingga tahun 2022 dan berlanjut hingga periode Mei 2023. Salah satu faktor pendorong penurunan laba Perseroan pada tahun 2021 hingga tahun 2022 karena penurunan penjualan. Meskipun pada tahun 2021 penjualan sempat meningkat tipis namun tingginya beban-beban masih menggerus laba usaha Perseroan.
Sementara pada periode Mei 2023 justru Perseroan mencatatkan kerugian sebesar Rp5,9 miliar, dibandingkan Mei 2022 yang masih membukukan laba sebesar Rp8,7 miliar. Kerugian didorong dari anjloknya penjualan Perseroan sebesar 87% menjadi Rp9 miliar per Mei 2023, dibandingkan periode Mei 2022 sebesar Rp67,8 miliar.
![]() |
Sebagian besar, kontribusi pendapatan Perseraon berasal dari penjualan sarung tangan.
Rasio Keuangan
Harga IPO yang ditawarkan PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI) sangat mahal dengan PBV 3 yang dimana calon investor harus membayar tiga kali lebih mahal dari harga kewajarannya.
Margin yang dihasilkan oleh Perseroan masih berada dibawah rata-rata industrinya di 30%. Sementara Net Profit Margin (NPM) Perseroan berada di angka negatif, dikarenakan Perseroan masih membukukan kerugian per Mei 2023 sehingga NPM tercatat negatif.
Begitu juga dengan Return On Equity (ROE) yang tercatat negatif. Sehingga dalam mengelola modal belum efektif karena masih membukukan kerugian.
Return On Asset (ROA) juga tercatat negatif. Sehingga dalam mengelola aset belum efektif karena masih membukukan kerugian.
Debt to Equity Ratio (DER) Perseroan berada di angka yang cukup sehat di bawah 100%. Hal ini menandakan bahwa total modal Perseroan jauh lebih besar dibandingkan total hutangnya. Total modal per Mei 2023 sebesar Rp122 miliar, sedangkan total hutang per Mei 2023 sebesar Rp55 miliar. Sehingga dalam membayar kewajiban terhadap modal cukup baik.
Dan Current Ratio (CR) Perseroan berada di likuiditas yang cukup besar di 223,33%. Hal ini berarti dalam membayar kewajiban lancar terhadap aset lancar cukup sehat.
Kompetitor
Terdapat tiga perusahaan sarung tangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Rata-rata industri di bisnis sarung tangan dapat dikatakan murah jika berada dibawah Price Earning Ratio (PER) 20, sehingga PER SURI paling mahal dibandingkan dengan kedua kompetitornya HALO dan MARK.
Dari Price Book Value (PBV) saham SURI juga lebih mahal dibandingkan kedua kompetitor lainnya. Sementara Net Profit Margin (NPM) SURI berada di angka negatif tinggi yang menandakan bahwa Perseroan masih membukukan kerugian, berbeda dengan kedua kompetitor lainnya yang masih membukukan laba dengan NPM positif. Dan dalam menghasilkan margin, SURI paling kecil dibandingkan dengan HALO dan juga MARK.
Prospek Bisnis
Menurut data Worldometer, hingga Minggu, 01 Oktober 2023, kasus aktif Covid-19 akibat virus corona Covid-19 di Indonesia sebanyak 4.684 orang dengan berada di urutan ke 20. Terhadap statistik global, kasus aktif Covid-19 di Asia adalah 33,94% dari total kasus di seluruh negara.
Kasus Covid-19 di Indonesia makin kian membaik, sehingga terjadi penurunan terhadap kebutuhan dan permintaan sarung tangan medis. Indonesia juga sudah memasuki endemi pada tahun ini dan bukan lagi pandemi.
Sejalan dengan penurunan penjualan terhadap beberapa perusahaan industri sarung tangan yang mengalami penurunan sepanjang tahun 2023. Sehingga bisnis sarung tangan medis kini menjadi kurang menarik.
Apakah nasib saham sarung tangan lateks SURI akan sama dengan saham PT Haloni Jane Tbk (HALO)?
Hansen Jap menjadi pengendali saham SURI dengan kepemilikan 99,99% saham SURI sebelum penawaran umum perdana, setelah penawaran umum perdana Hansep Jap akan tercatat memiliki 79,99% saham SURI.
Diketahui Hansep Jap juga merupakan pemegang kendali saham sarung tangan lateks lainnya yakni PT Haloni Jane Tbk (HALO) dengan kepemilikan 80,29%.
Dimana saham PT Haloni Jane Tbk (HALO) tercatat belum lama IPO yakni pada 8 Februari 2023 dengan harga IPO sebesar Rp100 per lembar saham. Harga saham HALO sepanjang tahun 2023 hingga perdagangan Selasa (21/11/2023) mengalami penurunan sebesar 55,56% di posisi Rp52 per lembar saham.
Layak Beli Atau Tidak?
IPO PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI) ditawarkan dengan harga premium alias mahal, dimana para calon investor harus membayar tiga kali lebih mahal dibandingkan dengan harga kewajarannya. Selain itu, kerugian yang masih dicatatkan oleh Perseroan didorong dari penurunan permintaan terhadap sarung tangan medis, yang dimana permintaan pada produk tersebut tidak segencar saat masa Covid-19 melanda.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
