
Lagi-lagi Utang Global Pecah Rekor! Tembus Jutaan Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang global diprediksi bakal terus meningkat di tengah panasnya gejolak politik tahun ini. Padahal, pergerakan utang global saat ini sudah terus mencetak rekor demi rekor sepanjang sejarah sejalan dengan rasio utang di negara berkembang yang mencetak all-time-high.
Melansir dari Institute of International Finance (IIF) dalam laporan terbarunya yang dirilis Kamis (16/11/2023), pada sepanjang kuartal III/2023 utang global cetak rekor tertinggi sepanjang masa mencapai US$ 307,4 triliun atau sekitar Rp 4.746.256 triliun atau Rp 4,746 kuantiliun. (US$1=Rp 15.440)
IIF juga memproyeksi utang global hingga penghujung tahun ini bisa mencapai US$ 310 triliun atau setara dengan Rp 4,786 kuantiliun. Nilai tersebut bisa naik lebih dari 25% dibandingkan lima tahun lalu.
Utang global pada tahun depan juga potensi bisa lebih tinggi akibat masa politik, melansir dari Reuters, Emre Tiftik, Direktur sustainable of research IIF menghitung di seluruh dunia ada lebih dari 50 pemilu yang akan diadakan pada 2024 seperti di Amerika Serikat (AS), India, Afrika Selatan, Pakistan, termasuk juga pesta demokrasi yang akan diselenggarakan Indonesia.
"Dalam menghadapi meningkatnya polarisasi politik dan meningkatnya ketegangan geopolitik, pemilu mendatang mungkin membuka jalan bagi kebijakan populis," katanya, seraya menambahkan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan pinjaman dan belanja pemerintah, serta melonggarkan disiplin fiskal.
Lebih lanjut, Tiftik memperingatkan bahwa pembayaran utang menghabiskan semakin banyak pendapatan di seluruh dunia, dan telah mencapai tingkat yang "mengkhawatirkan" di Pakistan dan Mesir. Di negeri Paman Sam sendiri, beban bunga pemerintah diproyeksikan mencapai 15% dari pendapatan pada tahun 2026, naik dari kurang dari 10% saat ini.
![]() Utang dunia cetak rekor pada kuartal III/2023 |
Negara maju seperti AS, Jepang, Prancis, dan Inggris menyumbang dua per tiga peningkatan utang global. Sementara peningkatan tajam terjadi pada negara berkembang seperti Tiongkok, India, Brasil dan Meksiko.
Pada laporan IIF terbaru, juga menyatakan utang negara yang gagal bayar mencapai rekor tertinggi, tercatat lebih dari $554 miliar atau sekitar Rp 8.533 triliun hingga akhir tahun 2022 dimana separuhnya merupakan utang obligasi.
![]() Komposisi utang negara yang gagal bayar mayoritas meruoakan obligasi |
IIF memperingatkan bahwa beban utang bagi rumah tangga dan perusahaan masih meningkat di negara-negara besar, termasuk China dan AS, yang berdampak pada berbagai hal mulai dari pemilu hingga multiplier effect-nya pada perdagangan secara global.
Lantas Bagaimana Dengan RI?
Tingkat utang dunia mencetak rekor tertinggi, tetapi utang RI pada kuartal III/2023 berhasil melandai. Menurut data Bank Indonesia (BI) posisi Utang Luar Negeri (ULN) hingga akhir September 2023 berada di US$ 393,7 miliar, menyusut dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar US$ 396,5 miliar.
Penurunan posisi ULN ini terutama bersumber dari ULN sektor publik. Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,1% (yoy), melanjutkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,2% (yoy).
Dari total tersebut, ULN pemerintah pada periode yang sama tercatat US$ 188,3 miliar, turun dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya sebesar US$ 192,5 miliar. Penurunan posisi ULN pemerintah dipengaruhi oleh perpindahan penempatan dana investor non residen pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen lain seiring dengan volatilitas di pasar keuangan global yang meningkat.
Struktur ULN Indonesia pada triwulan III/2023 juga tetap terkendali tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 28,9%, dari 29,3% dibandingkan kuartal sebelumnya, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,6% dari total ULN.
Nilai rasio utang tersebut masih di bawah peraturan perundang-undangan Keuangan Negara yang menetapkan batas ambang rasio utang terhadap PDB sebesar 60%. Oleh karena, tingkat utang RI saat ini terbilang masih cukup aman.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)