Newsletter

AS Beri Kabar Gembira Lagi! Semoga RI Lanjut Pesta

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
16 November 2023 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Indonesia mencatat kinerja positif di mana IHSG dan rupiah menguat sementara imbal hasil SBN melandai
  • Wall Street kompak menguat setelah data ekonomi AS menunjukkan inflasi melandai
  • Data neraca perdagangan Oktober dan data ekonomi AS yang mendingin akan menjadi penopang pergerakan pasar keuangan Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak ditutup menguat pada perdagangan Rabu (15/11/2023), dimana Indeks Harga Saham Gabungn (IHSG) naik sejak sesi pertama hingga sesi kedua di atas 1%, melanjutkan penguatan tiga hari beruntun dalam pekan ini. Begitu juga dengan rupiah berhasil lompat menguat 1% di level psikologi Rp15.500/US$1.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan bergerak beragam pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Rabu (15/11/2023) ditutup melesat 1,40% di level 6.958,20. Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 681,19 miliar, berbanding terbalik dengan Senin dan Selasa yang mencatatkan net sell.

Kenaikan IHSG pada perdagangan Rabu kemarin didorong oleh kenaikan semua sektor kecuali satu sektor yakni kesehatan yang melemah 0,49%.

Sebanyak 319 saham bergerak naik, 207 bergerak turun dan 227 tidak berubah dengan transaksi turnover 10,96 triliun dengan 20,78 miliar lembar saham. Transaksi pada perdagangan kemarin cukup volatile dengan berhasil menembus angka transaksi Rp10 triliun lebih.

Seluruh sektor pada perdagangan kemarin menghijau kecuali sektor kesehatan, dimana saham PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) anjlok 16,06% di posisi Rp230/lembar saham. Anjloknya saham CARE sudah sejak 1 November 2023, dengan kejatuhan dalam sebulan sebesar 54,90%.

Diketahui, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) mengumumkan bahwa saham PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) merupakan Efek Tidak Dijamin mulai berlaku efektif sejak 2 Oktober 2023 hingga 31 Oktober 2023.

Penetapan Efek Tidak Dijamin tersebut Berdasarkan Pasal 25 Peraturan OJK No. 26/2014 tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa, dan hasil evaluasi bersama antara PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) atas saham CARE.

Dengan dikeluarkannya keputusan tersebut, perdagangan efek CARE yang tidak dijamin hanya dilakukan di pasar negosiasi. Ketentuan ini sesuai dalam Peraturan BEI No. II-K tentang efek tidak dijamin dan transaksi dipisahkan atas efek bersifat ekuitas.

Sementara penguatan IHSG paling tinggi didorong dari kenaikan tiga sektor paling volatile yakni sektor infrastruktur yang melonjak 3,60%, sektor keuangan yang naik 1,59% dan sektor property yang melonjak 2,17%.

Lonjakan sektor-sektor di IHSG didorong dari sentimen global Amerika Serikat yang mencatat penurunan inflasi AS menjadi 3,2% pada periode Oktober 2023, dibandingkan periode September 2023 sebesar 3,7%.

Sentimen lain datang dari surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 yang tercatat sebesar US$ 3,48 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada September 2023 sebesar US$3,41 miliar.

Kedua sentimen ini juga mampu membuat rupiah menguat hingga 1% lebih dan mendarat di level psikologis Rp15.500/US$1. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat pada perdagangan Rabu (15/11/2023) di level Rp15.530/US$1 atau naik 1,02%.

Dari pasar obligasi Indonesia, Surat Berharga Negara (SBN) mulai kembali dikoleksi oleh pelaku pasar tercermin dari pelemahan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun anjlok 2,10% di level 6,8% pada perdagangan Rabu (15/11/2023).

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kompak ditutup menguat setelah dua data penting AS rilis dengan memberikan kabar baik bagi para pelaku pasar.

Dow Jones ditutup terapresiasi 0,47% di level 34.991,21, S&P 500 naik 0,16% di level 4.502,88, dan Nasdaq menguat 0,07% di level 14.103,84.

Saham-saham AS ditutup lebih tinggi pada perdagangan Rabu (15/11/2023) waktu AS, karena data inflasi baru memperkuat harapan investor bahwa The Federal Reserve (The Fed) telah selesai menaikkan suku bunga, sementara saham ritel didorong oleh perkiraan optimis dari Target TGT.N.

Saham Target TGT.N melonjak 17,8%, menjadi kenaikan satu hari terbesar sejak Agustus 2019 setelah pengecer memperkirakan laba kuartal keempat jauh di atas ekspektasi pelonggaran biaya rantai pasokan.

Prospek cerah Target TGT.N mengangkat saham pengecer lain termasuk Macy's M.N, yang naik 7,5%, dan Kohl's KSS.N, yang ditutup naik hampir 9%. Indeks bahan pokok konsumen S&P 500 .SPLRCS, yang mencakup Target, menjadi sektor yang memperoleh keuntungan terbesar, bertambah 0,7%.

Sebelumnya, saham-saham menguat pada perdagangan hari Selasa setelah pembacaan indeks harga konsumen (CPI) yang lebih lemah dari perkiraan meningkatkan optimisme bahwa The Fed mungkin dapat menghindari kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Data menunjukkan bahwa harga konsumen AS tidak berubah pada Oktober di tengah rendahnya harga bensin, dan inflasi menunjukkan tanda-tanda melambat.

Data inflasi indeks harga konsumen (CPI) melandai menjadi 3,2% pada periode Oktober 2023 dibandingkan 3,7% pada periode September 2023. Angka ini bahkan lebih rendah dari ekspektasi pasar di 3,3%.

Kemudian pada hari Rabu, Wall Street kompak menguat kembali, didorong dari rilisnya data indeks harga produsen yang turun 0,5% pada bulan Oktober dari bulan September menurut Departemen Tenaga Kerja. Penurunan pertama sejak Mei dan terbesar sejak April 2020. Dari tahun ke tahun, harga produsen naik 1,3% dari Oktober 2022, turun dari 2,2% di bulan September dan kenaikan terkecil sejak Juli.

Pedagang pasar uang telah sepenuhnya memperhitungkan kemungkinan bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga stabil pada bulan Desember 2023, sesuai dengan alat Fedwatch CME Group. Mereka juga memperkirakan penurunan suku bunga pertama dalam siklus ini akan dimulai pada bulan Mei 2024.

Investor juga mengamati hasil pertemuan pertama dalam satu tahun antara Presiden AS Joe Biden dan pemimpin China Xi Jinping pada hari Rabu waktu AS, berharap pembicaraan tersebut dapat meredakan perselisihan antara negara adidaya tersebut dalam konflik militer, perdagangan narkoba, dan kecerdasan buatan (AI).

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Kamis (16/11/2023). Perdagangan IHSG baik rupiah akan dihiasi data-data penting yang diprediksi dapat mendorong penguatan pasar keuangan Indonesia hari ini.

Penguatan yang kompak pada IHSG, rupiah dan juga obligasi tenor 10 tahun didorong dari sentimen positif AS dan disusul sentimen positif dari dalam negeri.

Bursa Wall Street yang ditutup kompak menghijau diharapkan menjadi sentimen positif kepada pada pasar keuangan Indonesia. Selain itu, data penjualan ritel AS dan inflasi AS yang melandai juga bisa menjadi katalis positif lainnya. Dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan yang di atas ekspektasi diharapkan juga menjadi penggerak positif lainnya.

Penjualan Ritel dan Inflasi AS Melandai, The Fed Dovish?

AS merilis daya indeks harga produsen (PPI) dan penjualan ritel kemarin, Rabu(15/11/2023). Kedua data tersebut semakin menegaskan jika inflasi AS memang sudah mendingin sehingga membawa harapan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera melunak.

Indeks harga produsen AS terkontraksi 0,5% (month to month/mtm) pada Oktober 2023. Kontraksi ini adalah yang  pertama sejak Mei dan terbesar sejak April 2020. Secara tahunan (year on year/yoy), harga produsen naik 1,3% dari Oktober 2022, melandai dari 2,2% pada September 2023 dan menjadi kenaikan terkecil sejak Juli.

Tidak termasuk biaya pangan dan energi yang fluktuatif, harga konsumen inti tidak berubah dari September hingga Oktober tetapi naik 2,4%  (yoy). Kenaikan harga produsen inti dari tahun ke tahun merupakan yang terkecil sejak Januari 2021.

Data penjualan ritel AS juga menunjukkan tren pelemahan. Secara bulanan (mtm), penjualan ritel AS terkontraksi 0,1% pada Oktober 2023, menjadi kontraksi pertama dalam tujuh bulan terakhir. Secara tahunan, penjualan ritel juga melandai menjadi 2,5% pada Oktober 2023, terendah dalam empat bulan terakhir.

Sebelumnya pada Selasa (14/11/2023), AS juga mengumumkan inflasi mereka melandai ke 3,2% (yoy) pada Oktober 2023 dari 3,7% pada September 2023.

Inflasi tahun lalu mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam empat dekade yakni 9,1% (yoy) pada Juni 2022, mendorong The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 11 kali sejak Maret 2022 ke level 5,25-5,5%.

Meskipun tingkat suku bunga lebih tinggi, perekonomian dan pasar kerja AS tetap tangguh. Kombinasi antara perekonomian yang kokoh dan perlambatan inflasi telah meningkatkan harapan bahwa The Fed dapat melakukan apa yang disebut sebagai soft landing (pendaratan lunak) menaikkan suku bunga secukupnya untuk mengendalikan inflasi tanpa membawa perekonomian ke dalam resesi.

Namun, data Oktober menunjukkan jika ekonomi AS mulai mendingin sehingga inflasi ke depan juga diperkirakan melemah.  Pelaku pasar pun kini optimis jika siklus kenaikan suku bunga sudah berakhir.

Bagi Emerging Markets seperti Indonesia, melandainya inflasi AS dan optimisme The Fed akan melunak akan membawa angin segar karena hal itu bisa mendatangkan inflow. Rupiah, IHSG, atapun SBN pun bisa kebanjiran dana asing sehingga menguat.

Hari ini, AS akan merilis beberapa data yang akan menjadi sentimen pasar, terdapat indeks harga impor dan ekspor periode Oktober 2023, klaim pengangguran, produksi industri dan manufaktur, serta terdapat pidato anggota Federal Open Market Committee (FOMC).

Data tenaga kerja juga menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan.  Jika data tenaga kerja AS menunjukkan penurunan maka harapan  pelaku pasar melihat The fed melunak akan semakin besar.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan inflasi AS yang melandai dan harapan melunaknya The Fed mendorong aliran modal kembali ke negara berkembang. Kini hampir seluruh mata uang global kini menguat terhadap dolar AS.

Senada dengan BI, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Andry Asmoromenambahkan, masa suku bunga tinggi atau higher for longer di AS bisa berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan.


Neraca Dagang Surplus US$ 3,48 miliar

Neraca dagang Indonesia di luar dugaan mencatatkan surplus sebesar US$ 3,48 miliar atau lebih besar dibandingkan dengan konsensus CNBC Indonesia yang hanya memperkirakan surplus SU$ 3 miliar. Surplus ditopang oleh kenaikan ekspor batu bara dan baja. Kenaikan surplus ini diharapkan bisa mengurangi defisit atau mengembalikan transaksi berjalan ke arah surplus ke depan.

Nilai impor Indonesia naik 7,68% secara bulanan (mtm) pada Oktober 2023 menjadi US$ 18,67 miliar. Angka ini naik bila dibandingkan September 2023. Sementara nilai impor secara tahunan mengalami penurunan sebesar 2,42%.

Pada Oktober 2023, impor migas tercatat senilai US$ 3,21 miliar atau turun 3,66% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, impor non migas mengalami kenaikan 10,37% dengan nilai ekspor US$ 15,47 miliar.

Peningkatan impor non migas secara bulanan disebabkan karena peran dari komoditas, mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya sementara, penurunan impor migas disebabkan karena turunnya impor minyak mentah yaitu sebesar 19,64%. 

Perkembangan impor periode Oktober 2023 menurut penggunaan, tercatat barang konsumsi meningkat sebesar US$ 152,8 juta atau 9,17% (mtm). Kemudian, barang modal meningkat sebesar US$ 433,2 juta atau 14,52% (mtm) dan bahan baku penolong meningkat sebesar US$ 745,2 juta atau 5,87% (mtm). Diketahui, bahan baku penolong menyumbang lebih dari 71% dari total impor Indonesia pada Oktober 2023.

Nilai ekspor Indonesia naik 6,76% secara bulanan (mtm) tetapi turun 10,3% (yoy) pada periode Oktober 2023 menjadi US$22,15 miliar 

Pada Oktober 2023, ekspor migas tercatat senilai US$ 1,37 miliar atau turun 2,38% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, ekspor non migas mengalami kenaikan 7,42% dengan nilai ekspor US$20,78 miliar.

Kenaikan ekspor bulan Oktober 2023 ini didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas, terutama pada golongan barang bahan bakar mineral, logam mulia dan perhiasan atau permata a

Pertemuan Joe Biden dan Xi Jinping

Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di luar San Francisco, AS pada Rabu kemarin. Pertemuan ini menjadi pertemuan tatap muka pertama mereka dalam setahun. Keduanya bertemu di tengah tensi yang belum mereda antara Washingron dan Beijing, terkait sejumlah hal ekonomi maupun geopolitik.

Biden dan Xi diperkirakan akan membahas isu-isu seperti pembatasan aliran fentanil ke AS, penggunaan kecerdasan buatan yang aman, dan pembatasan AS terhadap akses China terhadap teknologi canggih.

Sinyal niat baik antar negara telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Beberapa jam sebelum pertemuan puncak yang direncanakan, AS dan China menegaskan kembali komitmen mereka untuk bekerja sama dalam masalah iklim.

Bulan lalu, importir komoditas China menandatangani perjanjian pertama sejak tahun 2017 untuk membeli produk pertanian AS dalam jumlah besar, menurut rilis berita dari kedutaan besar Amerika di Beijing.

Kementerian Perdagangan China pada pekan lalu mengumumkan pihaknya mengumpulkan informasi dalam upaya mengatasi perlakuan tidak setara terhadap bisnis asing di China dibandingkan dengan perlakuan terhadap perusahaan domestik yang telah menjadi keluhan bisnis sejak lama.

Xi tiba di AS pada Selasa waktu setempat. Ini adalah perjalanan pertamanya ke Amerika Serikat sejak 2017, ketika ia mengunjungi Presiden Donald Trump di klub Mar-a-Lago di Florida.

Terakhir kali Xi bertemu Biden secara langsung adalah di resor pulau Bali di Indonesia pada November 2022. Itu adalah pertemuan pertama Biden dengan pemimpin China tersebut sebagai presiden Amerika.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
• China - Harga Rumah China Oktober 2023 (08.30 WIB)
• AS - Klaim Pengangguran (20.30 WIB)
• As - Indeks Harga Ekspor Impor Oktober 2023 (20.30 WIB)
• AS - Produksi Industri Oktober 2023 (21.15 WIB)
• AS - Produksi Manufaktur Oktober 2023 (21.15 WIB)
• As - Pidato Anggota FOMC (21.25 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
• RUPST - PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR)
• RUPSLB - PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP)
• Cum Date Cash Dividen Rp100 - PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)
• RUPSLB - PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)
• RUPSLB - PT Primadaya Plastisindo Tbk (PDPP)
• Cum Date Cash Dividen Rp2,76 - PT Trisula International Tbk (TRIS)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular