
AS Beri Kabar Gembira Lagi! Semoga RI Lanjut Pesta

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Kamis (16/11/2023). Perdagangan IHSG baik rupiah akan dihiasi data-data penting yang diprediksi dapat mendorong penguatan pasar keuangan Indonesia hari ini.
Penguatan yang kompak pada IHSG, rupiah dan juga obligasi tenor 10 tahun didorong dari sentimen positif AS dan disusul sentimen positif dari dalam negeri.
Bursa Wall Street yang ditutup kompak menghijau diharapkan menjadi sentimen positif kepada pada pasar keuangan Indonesia. Selain itu, data penjualan ritel AS dan inflasi AS yang melandai juga bisa menjadi katalis positif lainnya. Dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan yang di atas ekspektasi diharapkan juga menjadi penggerak positif lainnya.
Penjualan Ritel dan Inflasi AS Melandai, The Fed Dovish?
AS merilis daya indeks harga produsen (PPI) dan penjualan ritel kemarin, Rabu(15/11/2023). Kedua data tersebut semakin menegaskan jika inflasi AS memang sudah mendingin sehingga membawa harapan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera melunak.
Indeks harga produsen AS terkontraksi 0,5% (month to month/mtm) pada Oktober 2023. Kontraksi ini adalah yang pertama sejak Mei dan terbesar sejak April 2020. Secara tahunan (year on year/yoy), harga produsen naik 1,3% dari Oktober 2022, melandai dari 2,2% pada September 2023 dan menjadi kenaikan terkecil sejak Juli.
Tidak termasuk biaya pangan dan energi yang fluktuatif, harga konsumen inti tidak berubah dari September hingga Oktober tetapi naik 2,4% (yoy). Kenaikan harga produsen inti dari tahun ke tahun merupakan yang terkecil sejak Januari 2021.
Data penjualan ritel AS juga menunjukkan tren pelemahan. Secara bulanan (mtm), penjualan ritel AS terkontraksi 0,1% pada Oktober 2023, menjadi kontraksi pertama dalam tujuh bulan terakhir. Secara tahunan, penjualan ritel juga melandai menjadi 2,5% pada Oktober 2023, terendah dalam empat bulan terakhir.
Sebelumnya pada Selasa (14/11/2023), AS juga mengumumkan inflasi mereka melandai ke 3,2% (yoy) pada Oktober 2023 dari 3,7% pada September 2023.
Inflasi tahun lalu mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam empat dekade yakni 9,1% (yoy) pada Juni 2022, mendorong The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 11 kali sejak Maret 2022 ke level 5,25-5,5%.
Meskipun tingkat suku bunga lebih tinggi, perekonomian dan pasar kerja AS tetap tangguh. Kombinasi antara perekonomian yang kokoh dan perlambatan inflasi telah meningkatkan harapan bahwa The Fed dapat melakukan apa yang disebut sebagai soft landing (pendaratan lunak) menaikkan suku bunga secukupnya untuk mengendalikan inflasi tanpa membawa perekonomian ke dalam resesi.
Namun, data Oktober menunjukkan jika ekonomi AS mulai mendingin sehingga inflasi ke depan juga diperkirakan melemah. Pelaku pasar pun kini optimis jika siklus kenaikan suku bunga sudah berakhir.
Bagi Emerging Markets seperti Indonesia, melandainya inflasi AS dan optimisme The Fed akan melunak akan membawa angin segar karena hal itu bisa mendatangkan inflow. Rupiah, IHSG, atapun SBN pun bisa kebanjiran dana asing sehingga menguat.
Hari ini, AS akan merilis beberapa data yang akan menjadi sentimen pasar, terdapat indeks harga impor dan ekspor periode Oktober 2023, klaim pengangguran, produksi industri dan manufaktur, serta terdapat pidato anggota Federal Open Market Committee (FOMC).
Data tenaga kerja juga menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan. Jika data tenaga kerja AS menunjukkan penurunan maka harapan pelaku pasar melihat The fed melunak akan semakin besar.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan inflasi AS yang melandai dan harapan melunaknya The Fed mendorong aliran modal kembali ke negara berkembang. Kini hampir seluruh mata uang global kini menguat terhadap dolar AS.
Senada dengan BI, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Andry Asmoromenambahkan, masa suku bunga tinggi atau higher for longer di AS bisa berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan.
Neraca Dagang Surplus US$ 3,48 miliar
Neraca dagang Indonesia di luar dugaan mencatatkan surplus sebesar US$ 3,48 miliar atau lebih besar dibandingkan dengan konsensus CNBC Indonesia yang hanya memperkirakan surplus SU$ 3 miliar. Surplus ditopang oleh kenaikan ekspor batu bara dan baja. Kenaikan surplus ini diharapkan bisa mengurangi defisit atau mengembalikan transaksi berjalan ke arah surplus ke depan.
Nilai impor Indonesia naik 7,68% secara bulanan (mtm) pada Oktober 2023 menjadi US$ 18,67 miliar. Angka ini naik bila dibandingkan September 2023. Sementara nilai impor secara tahunan mengalami penurunan sebesar 2,42%.
Pada Oktober 2023, impor migas tercatat senilai US$ 3,21 miliar atau turun 3,66% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, impor non migas mengalami kenaikan 10,37% dengan nilai ekspor US$ 15,47 miliar.
Peningkatan impor non migas secara bulanan disebabkan karena peran dari komoditas, mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya sementara, penurunan impor migas disebabkan karena turunnya impor minyak mentah yaitu sebesar 19,64%.
Perkembangan impor periode Oktober 2023 menurut penggunaan, tercatat barang konsumsi meningkat sebesar US$ 152,8 juta atau 9,17% (mtm). Kemudian, barang modal meningkat sebesar US$ 433,2 juta atau 14,52% (mtm) dan bahan baku penolong meningkat sebesar US$ 745,2 juta atau 5,87% (mtm). Diketahui, bahan baku penolong menyumbang lebih dari 71% dari total impor Indonesia pada Oktober 2023.
Nilai ekspor Indonesia naik 6,76% secara bulanan (mtm) tetapi turun 10,3% (yoy) pada periode Oktober 2023 menjadi US$22,15 miliar
Pada Oktober 2023, ekspor migas tercatat senilai US$ 1,37 miliar atau turun 2,38% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, ekspor non migas mengalami kenaikan 7,42% dengan nilai ekspor US$20,78 miliar.
Kenaikan ekspor bulan Oktober 2023 ini didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas, terutama pada golongan barang bahan bakar mineral, logam mulia dan perhiasan atau permata a
Pertemuan Joe Biden dan Xi Jinping
Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di luar San Francisco, AS pada Rabu kemarin. Pertemuan ini menjadi pertemuan tatap muka pertama mereka dalam setahun. Keduanya bertemu di tengah tensi yang belum mereda antara Washingron dan Beijing, terkait sejumlah hal ekonomi maupun geopolitik.
Biden dan Xi diperkirakan akan membahas isu-isu seperti pembatasan aliran fentanil ke AS, penggunaan kecerdasan buatan yang aman, dan pembatasan AS terhadap akses China terhadap teknologi canggih.
Sinyal niat baik antar negara telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Beberapa jam sebelum pertemuan puncak yang direncanakan, AS dan China menegaskan kembali komitmen mereka untuk bekerja sama dalam masalah iklim.
Bulan lalu, importir komoditas China menandatangani perjanjian pertama sejak tahun 2017 untuk membeli produk pertanian AS dalam jumlah besar, menurut rilis berita dari kedutaan besar Amerika di Beijing.
Kementerian Perdagangan China pada pekan lalu mengumumkan pihaknya mengumpulkan informasi dalam upaya mengatasi perlakuan tidak setara terhadap bisnis asing di China dibandingkan dengan perlakuan terhadap perusahaan domestik yang telah menjadi keluhan bisnis sejak lama.
Xi tiba di AS pada Selasa waktu setempat. Ini adalah perjalanan pertamanya ke Amerika Serikat sejak 2017, ketika ia mengunjungi Presiden Donald Trump di klub Mar-a-Lago di Florida.
Terakhir kali Xi bertemu Biden secara langsung adalah di resor pulau Bali di Indonesia pada November 2022. Itu adalah pertemuan pertama Biden dengan pemimpin China tersebut sebagai presiden Amerika.
(saw/saw)