Suku Bunga Tinggi, Awas Ongkos Kredit Selangit!

Revo M, CNBC Indonesia
07 November 2023 13:50
Infografis/ Sederet Peran BTN dalam Pemulihan Ekonomi Nasional/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Sederet Peran BTN dalam Pemulihan Ekonomi Nasional

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dikhawatirkan semakin meningkatkan ongkos pinjaman sehingga beban masyarakat bertambah. Pertumbuhan kredit dan investasi juga dikhawatirkan semakin tertekan setelah kenaikan suku bunga acuan.

Seperti diketahui, BI mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,0% pada Oktober 2023. Kenaikan ini adalah yang pertama sejak Januari tahun ini. Sebelumnya, BI juga telah mengerek suku bunga acuan sebesar 225 bps dari 3,50% pada Juli 2022 menjadi 5,75% pada Januari 2023. 

Dampak kenaikan suku bunga sudah tercermin dari perlambatan kredit perbankan. Kredit perbankan per September 2023 tumbuh 8,96% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 6.837 triliun. Pertumbuhan lebih lambat dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,06%.

Kredit perbankan menyusut drastis sejak akhir tahun, dari 11,35% pada Desember 2022 menjadi single digit sejak Maret 2023. Kredit tercatat 9,93% pada Maret 2023, sebesar 7,76% pada Juni 2023, dan 8,96% pada September 2023.

Secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh sektor jasa dunia usaha, perdagangan, dan jasa sosial. Pembiayaan syariah juga terus meningkat mencapai 14,69% (yoy) pada September 2023. Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit mencapai 8,34% (yoy), antara lain didukung oleh penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang semakin meningkat.

Meski sedikit melandai, BI optimistis dengan menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini berada di kisaran 9%-11% dan akan meningkat pada 2024.

Sebagai informasi, angka pertumbuhan tersebut telah direvisi pada paruh pertama tahun ini. Sebelumnya, BI memperkirakan pertumbuhan kredit mencapai 10%-12%.

Sementara pada periode yang sama, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 6,54% yoy, menjadi Rp 8.147 triliun. Angka pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya 6,24% yoy. Perkembangan ini sejalan dengan perilaku nasabah korporasi yang masih menahan ekspansi serta alokasi belanja pemerintah yang masih belum optimal.

Lebih lanjut, hasil survei BI mengindikasikan pada triwulan III-2023, penyaluran kredit baru diprakirakan tetap terjaga tumbuh positif, terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 86,3%. Angka ini lebih rendah dibandingkan triwulan II-2023 yang berada di level 94,0%.

Untuk diketahui, prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru pada triwulan III-2023 adalah kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi. Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran kredit kepemilikan rumah/apartemen masih menjadi prioritas utama, diikuti oleh kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor.

Berdasarkan sektor, penyaluran kredit baru pada triwulan III-2023 diprioritaskan pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar & eceran, serta sektor perantara keuangan.

Sementara secara bulanan, penyaluran kredit baru diprakirakan melambat pada Oktober 2023, terindikasi dari nilai SBT prakiraan sebesar 85,3% atau lebih rendah dibandingkan periode September 2023 yang berada di angka 92,6%.

Perlambatan penyaluran kredit baru tersebut diprakirakan terjadi di bank umum. Sedangkan kategori bank umum syariah dan bank pembangunan daerah diprakirakan relatif stabil.

Faktor utama yang mempengaruhi penyaluran kredit baru yakni permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain.

Suku bunga acuan yang tinggi pada dasarnya dapat berpengaruh terhadap suku bunga deposito dan kredit perbankan, termasuk kredit pemilikan rumah (KPR). Kendati demikian, BI berkeyakinan bahwa suku bunga perbankan naik secara terbatas di era BI rate tinggi. Pasalnya saat ini likuiditas bank terbilang kuat.

"Suku bunga deposito perbankan 1 bulan dan suku bunga kredit 2023 masing-masing terjaga pada 4,28% dan 9,36%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo pada saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Oktober lalu.

Suku Bunga Perbankan Naik
Bila dibandingkan dengan posisi Agustus 2023, suku bunga kredit mengalami kenaikan 2 bps dari sebelumnya 9,34%. Kemudian bila dibandingkan dengan awal tahun, suku bunga kredit telah naik 11 bps.

Sementara itu, BI mengerek BI rate sejak Agustus 2022, di mana hingga Oktober 2023 telah naik 250 bps. Pada periode yang sama suku bunga kredit bank telah naik 42 bps dari 8,94% ke 9,36%.

Kemudian, secara khusus, bunga KPR telah naik 54 bps ke level 8,34% sepanjang periode kuartal II/2022 hingga kuartal II/2023.

Menanggapi kenaikan suku bunga acuan ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendukung aturan transparansi suku bunga perbankan yang saat ini sedang dalam tahap finalisasi.

"Sebelumnya sampai saat ini, untuk transparansi dari suku bunga kredit itu dilakukan dalam Surat Edaran OJK tahun 2020. Pada saat ini kami sedang memfinalisasi peraturan Otoritas Jasa Keuangan atau RPOJK yang akan diterbitkan pada akhir tahun ini," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar pada saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (3/11/2023).

Mahendra mengatakan RPOJK ini akan mengutamakan aspek transparansi bank dalam publikasi bunga.
"Sehingga proses tadi dapat lebih mengemukakan aspek transparansi yang dilakukan oleh bank umum melalui proses publikasi yang lebih transparan lagi," jelasnya.

Menurut data OJK, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) kredit naik dari 7,94% pada Agustus 2022 menjadi 8,40% per Agustus 2023.  SBDK KPR naik dari 8,61% pada Agustus 2022 menjadi 8,99% per Agustus 2023.

Sikap Masyarakat Indonesia

Kondisi yang tidak menentu di beberapa waktu ke depan khususnya dari sisi global, membuat masyarakat relatif menahan konsumsinya atau bersikap wait and see hingga kondisi sudah menunjukkan kestabilannya baik di sisi global maupun domestik termasuk tingginya suku bunga di berbagai negara.

Secara umum, efek yang mungkin terjadi dari kenaikan suku bunga, di antaranya bisa menekan pertumbuhan kredit karena suku bunga yang lebih tinggi cenderung membuat pinjaman menjadi lebih mahal bagi nasabah.

Kenaikan suku bunga juga dapat membuat perusahaan merasa kurang termotivasi untuk mengambil kredit dan melanjutkan investasi atau ekspansi bisnis mereka. Ini juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kredit perusahaan.

Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang dirilis oleh BI menunjukkan terjadi penurunan untuk periode September sebesar 3,3% dibandingkan Agustus 2023 menjadi 112,2. Posisi ini merupakan yang terendah sejak Januari 2023 yang mengimplikasikan bahwa kondisi ekonomi saat ini mengalami kemunduran meski masih masuk dalam kategori optimisme.

Sementara perilaku konsumtif masyarakat pun tampak mengalami perlambatan meski masih dalam optimisme (>100) tepatnya pada level 121,7 untuk Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September 2023.

Sedangkan secara umum, terpantau masyarakat dengan pengeluaran Rp1 juta hingga lebih dari Rp5 juta diperkirakan menggunakan tabungannya untuk membayar cicilannya.

Sikap makan tabungan ini terlihat dari penurunan porsi tabungan masyarakat secara keseluruhan khususnya bagi yang punya pengeluaran antara Rp4,1 juta - Rp5 juta dengan penurunan 1,3 poin menjadi 16,6.

Angka ini diperkirakan akan terus menurun yang mengimplikasikan bahwa masyarakat menggunakan tabungannya untuk membayar cicilan serta memenuhi kebutuhan sehari-hari (konsumsi).

CNBCINDONESIA RESEARCH

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation