CNBC Indonesia Research

Saham E-commerce Rontok Berjamaah di Oktober, Ini Pemicunya

Riset, CNBC Indonesia
30 October 2023 08:30
Ilustrasi toko online. Ist
Foto: Ilustrasi toko online. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten e-commerce kompak merosot selama Oktober di tengah minimnya katalis positif. Salah satu di antaranya bahkan anjlok lebih dari 30%.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham pengelola e-commerce Blibli PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) terkoreksi 0,44% ke Rp454/saham pada Jumat (27/10/2023). Saham BELI memang cenderung sideways sejak melantai pada 8 Oktober 2022.

Kemudian, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) merosot 2,97% secara harian pada Jumat. Dalam sebulan, saham BUKA ambles 10,09%.

Kinerja teranyar, BUKA membukukan rugi bersih Rp776,22 miliar per akhir kuartal III 2023. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, BUKA masih membukukan laba bersih Rp3,62 miliar.

Ini lantaran, BUKA mencatatkan rugi nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi senilai Rp707,17 miliar) per 30 September 2023, dari tahun sebelumnya laba Rp5,13 miliar, terutama seiring penurunan harga saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).

Kabar baiknya, pendapatan bersih BUKA meningkat 28,94% secara tahunan (YoY) dari Rp2,59 triliun pada kuartal III-2022 menjadi Rp3,34 triliun. Sebelumnya, BUKA telah menetapkan harga pelaksanaan program kepemilikan saham manajemen dan karyawan dalam Management and Employee Stock Option Program (MESOP) II menjadi Rp 189 per lembar.

"Harga pelaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya Rp 189 per saham," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 25 September lalu.

Manajemen mengungkapkan, jumlah saham yang dikonversi untuk periode pelaksanaanMESOP II ini mencapai 4.019.592.620 saham baru. Adapun periode pelaksanaannya dimulai pada 2 Oktober hingga 10 November 2023.

Selanjutnya, saham emiten e-commerce dan jasa ride-hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali melemah pada Jumat, turun lagi mendekati level gocap alias Rp50 per saham.GOTO ditutup melorot 1,75 persen secara harian ke Rp56/saham.

Alhasil, kinerja saham GOTO minus 6,67% dalam sepekan dan terjun 34,12% dalam sebulan terakhir.

Investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) Rp48,64 miliar pada Jumat. Dalam sepekan, asing juga net sell Rp78,77 miliar, sedangkan dalam sebulan Rp763,77 miliar.

Secara teknikal, dalam grafik harian, GOTO masih tertahan di bawah area resistance 66 dengan area support terdekat berada di level 54-53.

Anjloknya saham GOTO terjadi seiring perseroan menyelesaikan proses penambahan modal dengan menggandeng investor strategis lewat skema private placement.

Dalam aksi korporasi ini, GOTO tercatat memperoleh dana segar hingga Rp 1,53 triliun setelah Bhinneka Holdings menyerap 17,04 miliar saham baru GOTO di harga pelaksanaan Rp 90/saham.

Selain itu, saham GOTO kembali ambles seiring komisaris dan Co-Chairman GOTO, William Tanuwijaya telah melepas saham Seri A miliknya sebesar 332.220.000 lembar saham atau setara dengan 0,03% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendiri e-commerce Tokopedia tersebut menjual saham GOTO Seri A pada periode 9 hingga 13 Oktober saat harga saham GOTO dibanderol Rp 78,89 per lembar saham. Artinya, transaksi tersebut senilai Rp 26,2 miliar.

Sentimen negatif semakin muncul ke permukaan usai terbitnya keterbukaan informasi yang menyebut, sejumlah pemegang saham pengendali GOTO berniat melego saham perusahaan dalam jangka menengah, termasuk William Tanuwijaya.

Namun, dalam waktu dekat, harga saham GOTO tampaknya masih berpotensi tertekan lantaran belum mendapatkan katalis baru.

Rilis kinerja GOTO per kuartal III-2023 akan menjadi yang dinanti-nanti investor mengingat akhir bulan ini menjadi tenggat penyampaian laporan keuangan kuartal tersebut. Apabila lebih baik dari ekspektasi pasar, tren penurunan saham GOTO mungkin akan tertahan sejenak.

Sejumlah analis menyebut ada perbaikan kinerja GOTO dari sisi bottom line di kuartal ketiga ini. Maklum, dengan kapitalisasi pasar (market cap) yang sebesar Rp72,08 triliun (usai sempat di angka Rp400-an triliun di awal listing), GOTO masih menanggung rugi bersih. Per semester I-2023, rugi bersih GOTO mencapai Rp7,16 triliun, dengan pendapatan mencapai Rp6,88 triliun.

Analis PT BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis, dalam riset terbarunya, misalnya, menilai induk Gojek, Tokopedia, GoTo Financial, dan Goto Logistics ini akan membukukan pertumbuhan nilai transaksi bruto ataugross transaction value(GTV) dari kuartal sebelumnya.

Bahkan, dia memperkirakan GOTO akan meraih pertumbuhan GTV secara qoq, dengan total GTV bersih mencapai Rp 50 triliun per bulan atau sekitar 5% naik qoq. "Kami berharap GOTO dapat memberikan pemulihan nilai GTV dan kami melihat ruang untuk penerapan subsidi yang lebih tepat sasaran," kata Niko, dalam riset per 6 Oktober 2023.

Secara keseluruhan, BRI Danareksa memperkirakan kenaikan margin kontribusi pada Q3-23 akan mendukung peningkatan EBITDA yang disesuaikan berpotensi di bawah negatif Rp 1 triliun di 3 bulan per September tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa GOTO masih memiliki jarak yang harus ditempuh sebelum mencapai titik impas EBITDA alias EBITDA positif.

Sementara itu, Norman Choong dan Aimee Garibaldi, dua analis dari CLSA, dalam riset 4 Oktober memprediksi pendapatan bersih GOTO bisa mencapai Rp 14,75 triliun, dengan rugi bersih bisa dipangkas menjadi Rp 10,27 triliun.

Analis UOB Kay Hian juga memperkirakan adanya peningkatan kinerja GOTO di kuartal ketiga seiring perusahaan tersebut tengah berupaya mengejar pasar yang lebih besar dan secara bersamaan memperoleh hasil dari strategi peluncuran layanan ramah anggaran.

GoTo juga akan mendapatkan keuntungan dari ditutupnya TikTok Shop di Indonesia yang semakin mendongkrak GTV.

Dengan sejumlah optimisme yang ada, rilis laporan keuangan kuartal III-2023 patut menjadi perhatian dan mungkin bisa menjadi 'obat kuat' jangka pendek untuk saham GOTO.

Namun, yang jelas, jalan menuju profitabilitas (terutama dalam bentuk laba bersih, bukan adjusted EBITDA) masih panjang sehingga tampaknya masih perlu bersabar menunggu uptrend solid dari GOTO. Demikian pula untuk dua nama lainnya, BUKA dan BELI.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation