
Harga Minyak Panas Dingin di Tengah Perang Israel-Hamas

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak liar sepanjang pekan ini disetir oleh perang antara Israel dengan Hamas. Mengacu data Reuters harga minyak Brent anjlok 1,82% ke US$90,48 per barel dan WTI berada di US$85,54 per barel pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (27/10/2023).
Harga minyak turun selama dua hari beruntun pada awal pekan karena upaya diplomatik di Timur Tengah semakin intensif dalam upaya untuk menahan konflik antara Israel dan Hamas, sehingga mengurangi kekhawatiran investor tentang potensi gangguan pasokan.
Selain itu, Presiden AS Joe Biden pekan lalu mengumumkan penangguhan sanksi terhadap anggota OPEC Venezuela, setelah pemerintah Venezuela mencapai kesepakatan dengan oposisi. Hal ini dapat mengembalikan ekspor ke pasar, namun sejauh mana hal ini dapat memitigasi dampak risiko pasokan di Timur Tengah masih belum jelas.
Langkah Venezuela ini diperkirakan akan menambah 200.000-300.000 barel per hari minyak mentahnya ke pasar ekspor global. Namun hal ini belum tentu dapat menggerakkan pasar, dan produksi minyak tersebut juga tidak diharapkan dalam waktu dekat.
Meskipun begitu, pada perdagangan Rabu (25/10/2023)harga minyak mentah WTI ditutup melesat 1,97% di posisi US$85,39 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup melonjak 2,34% ke posisi US$90,13 per barel.
Lonjakan harga minyak didukung oleh kekhawatiran mengenai konflik di Timur Tengah, namun kenaikan tersebut dibatasi oleh persediaan minyak mentah AS yang lebih tinggi dan prospek ekonomi Eropa yang suram.
Kenaikan harga minyak kemarin mematahkan trend penurunan tiga hari beruntun. Israel meningkatkan pemboman di Gaza selatan, menurut para pejabat, dan kekerasan berkobar di tempat lain di Timur Tengah. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan televisi bahwa Israel sedang mempersiapkan invasi darat ke Gaza.
Namun keesokan harinya, pada perdagangan Kamis (26/10/2023), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 2,55% di posisi US$83,21 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup terjun 2,44% ke posisi US$87,93 per barel.
Harga minyak turun lebih dari US$2 per barel pada perdagangan Kamis karena kekhawatiran akan konflik Timur Tengah yang lebih luas mereda pada saat yang sama ketika permintaan AS menunjukkan tanda-tanda melemah.
Untuk diketahui, harga minyak berkaitan dengan perang. Sebab, harga saat terjadi perang ada potensi pasokan minyak menipis sehingga harga akan melonjak.
Harga minyak pun ditutup menguat nyaris 3% pada perdagangan terakhir Jumat (27/10/2023) setelah perekonomian AS tumbuh sebesar 4,9% secara tahunan pada kuartal ketiga tahun 2023, terbesar sejak kuartal terakhir tahun 2021, di atas perkiraan pasar sebesar 4,3% dan ekspansi sebesar 2,1% pada kuartal kedua, menurut perkiraan awal.
(rsc)