CNBC Indonesia Research

Asing Makin Gemar Obral Saham Raksasa RI, Rp4 Triliun Terbang

trp, CNBC Indonesia
26 October 2023 08:40
Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing terus gemar melepas saham big cap di bursa saham Tanah Air. Kinerja baik musiman (seasonality) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Oktober terancam tak muncul kali ini.

Investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) Rp3,98 triliun di pasar reguler selama sebulan terakhir di tengah kekhawatiran soal kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang masih akan tinggi dalam waktu yang lebih lama.
Saham tiga bank kakap menjadi sasaran jual investor asing selama sebulan belakangan.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), misalnya, mengalami net sell Rp2,1 triliun selama sebulan per 25 Oktober 2023. Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) net sell Rp1,6 triliun dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) net sell Rp830,9 miliar.

Saham ketiga bank dengan kapitalisasi pasar (market cap) jumbo tersebut juga melemah selama sebulan. Saham emiten e-commerce dan ojek PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga mengalami net sell Rp824,0 miliar.

Harga saham GOTO ambruk 31,03% selama sebulan dan menjadi pemberat (laggard) pertama IHSG di Oktober, dengan kontribusi menekan IHSG mencapai minus 51,78 poin.

Seiring dengan itu, IHSG melorot 1,52% selama bulan ini per 25 Oktober 2023. Sementara, sejak awal tahun (year to date/ytd) turun 0,24%.

Pelemahan IHSG selama Oktober kali ini berbeda dengan kinerja musiman 10 tahun terakhir.

Selama Oktober pada 2013-2022, IHSG cenderung menghijau dengan naik 8 kali dan turun hanya 2 kali. Rerata kenaikan IHSG selama Oktober mencapai 2,14%.

Kenaikan imbal hasil US Treasury masih menjadi momok yang menghantui pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Imbal hasil Treasury AS  ditutup di posisi 4,95% pada perdagangan kemarin, Rabu (25/10/2023). Imbal hasil masih bergerak di level tertinggi lagi sejak 2007 karena investor terus menilai prospek suku bunga bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang lebih tinggi untuk jangka panjang

Sekitar Senin (23/10), pukul 06.26 waktu AS atau 17.26 WIB, imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun yang menjadi acuan pasar naik ke 5,012%. Sedangkan imbal hasil obligasi Treasury 30-tahun naik sekitar 8 basis poin menjadi 5,173%. Yield bergerak berbanding terbalik dengan harga obligasi.

Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell dalam pidatonya di acara Economic Outlook di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, New York, Kamis (19/10/2023), misalnya, mengatakan inflasi dan ekonomi masih terlalu tinggi.

Pernyataan ini mengisyaratkan jika The Fed akan menahan suku bunga acuan pada pertemuan mendatang meskipun tetap menekankan adanya potensi kenaikan di masa depan jika ekonomi dan inflasi AS masih panas.

Data-data terbaru juga menunjukkan 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation