Pebisnis yang Menangis dan Tersenyum Karena Ambruknya Rupiah

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
24 October 2023 09:50
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
  • Rupiah yang babak belur merana terhadap dolar AS kini menggoncang dunia pelaku usaha.
  • Pengusaha yang bisnisnya mengandalkan bahan baku impor harus rela menelan pil pahit akibat beban yang membengkak.
  • Kendati begitu, ada yang dapat untung terutama dari pengusaha yang bisnisnya dominan pada ekspor.

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah masih bertekuk lutut terhadap dolar Amerika Serikat (AS), bahkan nilainya kini sudah semakin mendekati Rp16.000/US$. Imbasnya, banyak pengusaha yang makin rugi karena bebannya membengkak, walau begitu ada juga yang masih untung. Lantas pengusaha seperti apa yang dapat untung atau buntung di kala rupiah babak belur?

Sebelumnya, beralih ke rupiah dahulu yang terpantau mencapai level paling parah sejak 3,5 tahun lalu. Terakhir pada perdagangan Senin (23/10/2023), mata uang Garuda ditutup pada Rp15.930/US$, melemah 0,38% secara harian dan melanjutkan koreksi selama empat hari beruntun.

Pelemahan selama sebulan terakhir ini terbilang sangat cepat, awal Oktober rupiah masih berkisar di level Rp15.400/US$, kemudian kurang dari sebulan sudah mendekati Rp16.000/US$.

Pelemahan rupiah disinyalir akibat ketidakpastian eksternal yang meningkat dikala era suku bunga tinggi yang potensi bisa lebih dari perkiraan ditambah kekhawatiran konflik regional di Timur Tengah yang semakin meluas.

Bagi pelaku usaha yang memanfaatkan dolar AS untuk transaksi bisnisnya tentu ini menjadi sangat berpengaruh, pasalnya untuk membeli barang dengan nilai tukar fluktuatif, risiko beban membengkak makin meningkat.
Hal tersebut terutama terjadi pada pengusaha yang basis bisnisnya lebih banyak impor, lantas ada pengusaha apa saja?

Rupiah Melemah, Pengusaha Ini Makin Buntung

Deretan pengusaha yang cenderung dirugikan ketika rupiah babak belur terhadap dolar AS adalah perusahaan yang bisnis utamanya mengandalkan impor. Pasalnya, ketika rupiah makin rapuh akan menyebabkan imported inflation yang bisa meningkatkan inflasi serta bisa berpotensi menurunkan daya beli masyarakat.

Pelemahan rupiah juga akan membuat beban perusahaan membengkak karena mereka harus mengimpor bahan mentah lebih mahal. 

Deretan pengusaha yang potensi makin buntung ini antara lain ada di bidang kesehatan. Hal ini lantaran rata-rata perusahaan healthcare dalam negeri memasok bahan baku impor lebih dari 70%. Imbasnya, ongkos untuk membeli bahan baku akan membengkak yang dampaknya bisa mengurangi profitabilitas ke depan.

Dengan lebih dari 70% bahan mentah diimpor dan rupiah yang melemah, kenaikan harga obat bisa mencapai 6-12%.

Pengusaha yang bergerak dalam pengolahan susu juga bisa semakin susah karena pelemahan rupiah. Pasalnya, 80% kebutuhan susu Indonesia masih diimpor dari luar negeri. Pelaku usaha di sektor pengolahan susu menjadi salah satu yang terimbas parah akibat perang pada tahun lalu. Pelemahan rupiah diperkirakan akan membuat produsen mengerek harga untuk mengkompensasi kenaikan harga bahan baku.

Dalam penelusuran CNBC Indonesia, harga susu Frisian Flag 225 ml rasa strawberry sudah melambung 34,5% dari Rp 5.500 per bungkus pada Maret 2022 menjadi Rp 7.400 pada Oktober 2023. 
Kemudian ada di sektor konsumsi yang paling banyak mengandalkan impor adalah gula dan kedelai.  Akibatnya, harga makanan jadi hingga tempe bisa semakin mahal.
Pada 2021, kebutuhan kedelai mencapai 2,7 juta ton sementara produksi hanya mencapai 200.000 ton.

Mahalnya harga kedelai bahkan sampai membuat pengusaha tempe berhenti berproduksi beberapa kali, termasuk pada 2022.

Beberapa provinsi di Indonesia seperti NTB, Aceh, Surabaya, Palembang harga beli kedelai sudah merangkak di atas Rp 12.000 per kg pada pertengahan Oktober 2023. Padahal, Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) kedelai yang telah ditetapkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) sebesar Rp 10.775 per kg untuk harga acuan pembelian kedelai lokal di produsen serta Rp 11.400 per kg (kedelai lokal) dan Rp 12.000 per kg (kedelai impor) untuk harga acuan penjualan di konsumen.

Pengusaha lain yang bergerak di bidang impor ada di bidang manufaktur, pasalnya Indonesia walaupun kaya komoditas kita belum bisa mengolah dengan optimal menjadi barang jadi secara keseluruhan yang bisa memenuhi kebutuhan domestik.
Perangkat telepon, termasuk telephone sets, including smartphone dan telepon lainnya merupakan produk dengan nilai impor tertinggi di Indonesia.  Manufaktur yang paling terdampak diantaranya yang berkaitan dengan mesin elektrik, plastik, dan bahan-bahan kimia.



Kendati demikian, pengusaha Tanah Air beberapa malah ada yang sumringah dengan rapuhnya rupiah lantaran bisnisnya yang mengandalkan ekspor. Lantas ada pengusaha apa saja itu?

Ternyata, masih ada pengusaha yang Full Senyum

Deretan pengusaha yang potensi kecipratan cuan dari melemahnya rupiah adalah perusahaan yang bisnisnya mengandalkan ekspor atau yang secara transaksi memang dominan menggunakan dolar AS.
Mereka lebih banyak menggunakan bahan baku dari dalam negeri sementara hasil penjualannya dalam bentuk dolar AS.

Diantaranya ada perusahaan di sektor komoditas, Republik Indonesia (RI) yang terkenal kaya komoditas memang secara mayoritas menjual produknya ke luar negeri terutama untuk produk berbasis metal seperti nikel, besi, baja, kobalt, dan lain-lain. Kemudian ada komoditas lain seperti Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit, batubara, dan lain-lain.

Terlebih, harga komoditas seperti CPO dan batu bara juga ikut terdongkrak karena perang Israel vs Hamas.  Rata-rata harga batu bara pada Oktober 2023 kini ada di posisi US$ 142,22 per ton sementara rata-rata harga CPO ada di posisi MYR 3.692,88 per ton.
Dengan harga yang tinggi dan penguatan dolar AS maka pengusaha diuntungkan dari sisi sentimen serta pendapatan.

Komoditas lain yang banyak diekspor ada kertas, ditambah dengan masa politik dan rupiah melemah ini bisa menjadi momentum yang tepat untuk mengoptimalkan demand kertas yang potensi meningkatkan profitabilitas.

Selain komoditas, ada juga pengusaha di sektor consumer yang mengandalkan ekspor seperti hasil laut berupa ikan, udang, dan lain-lain, kemudian bumbu-bumbu terkait rempah-rempah asli Tanah Air yang sulit ditemukan di luar negeri.

Pengusaha lain yang akan untung adalah yang bergerak di bidang kerajinan dan furnitur. Mereka memiliki usaha dengan mengolah alam Indonesia seperti rotan dan kayu tetapi kemudian dijual ke luar negeri dan mendapatkan dolar AS.

Secara lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut untuk produk unggulan dari impor maupun ekspor Indonesia yang menunjukkan perusahaan-perusahaan yang dirugikan serta diuntungkan dari kondisi rupiah yang ambruk saat ini :

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected] 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation