Bukan China, India Jadi Penyelamat Batu Bara RI

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
23 October 2023 07:10
Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)
Foto: Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara bergerak volatil cenderung melemah sepanjang September 2023. Kondisi ini berdampak pada nilai ekspor Indonesia yang turun sekitar 2,2% pada

Kinerja ekspor domestik batu bara September secara keseluruhan tercatat buruk di tengah volatilitas harga. Nilai ekspor September tercatat  US$ 2,2 miliar atau sekitar Rp 34, 91 triliun (US$1= Rp 15.870). Nilai tersebut turun 2,19% dibanding bulan sebelumnya (month to month/mtm).

Harga batu bata sempat mencetak rekor tertinggi dalam empat bulan pada 19 September 2023 di angka US$ 168,25 per ton. Hampir separuh bulan awal harga batu bara jatuh bangun dalam kisaran harga US$156-168 per ton. Namun, sekitar akhir September, harga batu bara harus mengalami koreksi. Volatilitas sepanjang September disinyalir akibat bertebarnya sentimen positif maupun negatif.

Pergerakan harga batu bara September terpantau cukup sideways, namun tren penurunan mulai terlihat sejak 26 September. 

Sentimen Penurunan Harga Batu Bara September

Pelemahan harga terjadi akibat China sebagai produsen batu bara terbesar dunia meningkatkan produksi batu baranya. Hal ini berdampak yang tinggi, sehingga mengurangi permintaan global.

Beralih ke India, sektor energi baru terbarukan negara ini mengalami booming. Melansir The Week, Dikatakan bahwa India adalah pemimpin dunia dalam energi baru terbarukan (tidak termasuk PLTA) baik dalam hal kapasitas total maupun pembangkitan. Pada pertengahan tahun 2023, negara ini telah memasang lebih dari 130 GW kapasitas energi terbarukan baru, yang merupakan 30 persen dari total kapasitasnya.

Selain itu, harga batu bara juga dipengaruhi oleh pergerakan harga gas sebagai komoditas substitusi batu bara yang lebih rendah karbon. Permasalahan ancaman pasokan sempat terjadi pada gas alam cair (LNG) Australia yang terancam pemogokan buruh.

Namun, pada akhir September, perusahaan dan buruh mengambil jalan tengah yang membuat ancaman pasokan LNG berkurang dan menurunkan harga komoditas energi.

Sentimen Kenaikan Batu Bara September

Penggerak harga batu bara masih disebabkan oleh lonjakan permintaan menjelang libur panjang di China yang akan dimulai pada 29 September. Libur panjang ini akan mendorong Negeri Tirai Bambu menambah pasokan sebagai upaya mencegah kekurangan persediaan. Hari libur akan mendorong peningkatan permintaan, sehingga industri akan memaksimalkan kapasitas produksi yang akan mendorong kebutuhan listrik.

Selain itu, India mengalami peningkatan penggunaan batu bara setiap tahunnya. India akan menambah 25-30 gigawatt (GW) pembangkit listrik termal selain 49 GW unit berbasis batu bara yang sedang dibangun.

Selain itu, sentimen tingginya permintaan menjelang berbagai festival pada September turut memengarubi permintaan tinggi India. Peningkatan permintaan batu bara Asia juga terlihat dari pengekspor batu bara terbesar dunia.

Tingginya kebutuhan batu bara disebabkan oleh pasar Asia yang mengalami peningkatan kebutuhan energi untuk industri tekstil Asia yang menguatkan kebutuhan China yang akan menghadapi hari libur dan menjelang festival di India.

Ancaman ketidakpastian pasokan sumber energi akibat mogok kerja di Australia mendorong harga batu bara menyentuh titik tertinggi pada sekitar pertengahan September. Pasokan gas terancam mengalami gangguan akibat terjadinya pemogokan pada fasilitas LNG Australia Barat milik Wheatstone dan Chevron.

Dampak Ekspor Batu Bara Indonesia

Kinerja ekspor domestik batu bara September secara keseluruhan tercatat buruk di tengah volatilitas harga. Nilai ekspor September mengalami penurunan 2,19%  dan jeblok 47% (year on year/yoy) menjadi US$ 2,2 miliar atau sekitar  Rp 34,91 triliun.

Penurunan terbesar (yoy) dicatat Tiongkok  yakni 44,4% (month to month/mtm) dan ambles 68,3% (yoy).
Penurunan disebabkan oleh memuncaknya permintaan pada Agustus 2023 saat dunia yang dilanda malapetaka suhu panas akibat heatwaves. Fenomena ini juga berdampak pada gangguan PLTA akibat mengeringnya aliran air, sehingga penggunaan pembangkit batu bara semakin intensif.

Penurunan ekspor terlihat pada Tiongkok, Malaysia, dan Jepang. Namun, India menunjukkan lonjakan nilai FOB pada September.

Penurunan nilai ekspor uga terlihat sangat parah khususnya jika dibanding setahun yang lalu. Faktor utama penurunan ini diakibatkan oleh harga batu bara September 2022 menembus US$450 per ton, sedangkan harga September tahun ini hanya sepertiganya. Secara keseluruhan, nilai ekspor batu bara Januari-September 2023 tercatat US$ 26,12 miliar ton atau ambruk 24,25% dibandingkan tahun sebelumnya. 


Secara volume, ekspor batu bara tercatat 30,42 juta pada September 2023. Volume tersebut 8,23% lebih rendah (yoy) teapi naik tipis 2,76% (mtm).  Secara keseluruhan, ekspor batu bara periode Januari-September naik 1,4% menjadi 273,8 juta ton dibanding tahun sebelumnya (yoy).

Penurunan harga batu bara menyebabkan penambang harus memaksimalkan volume yang diekspor untuk mempertahankan kinerja keuangan perseroan. Tentunya, penurunan harga akan mempengaruhi penurunan laba bersih secara signifikan. Namun, peningkatan volume diharapkan dapat mempertahankan kinerja keuangan perusahaan di tengah penurunan harga.

India Jadi Penyelamat RI
Kenaikan ekspor juga terlihat secara bulanan. Salah satu kejutan ekspor batu bara Indonesia secara volume terlihat pada negara tujuan Filipina dan Bangladesh. Kedua negara ini menunjukkan lonjakan ekspor dari Indonesia secara bulanan maupun secara tahunan.

India menjadi penyelamat ekspor Indonesia pada September 2023 baik secara nilai ataupun volume.  Secara nilai, India menjadi satu-satunya negara lima tujuan ekspor yang nilai dan volume ekspornya meningkat baik secara bulanan ataupun tahunan.

Nilai ekspor India naik 12,38% (mtm) dan melonjak 45,5% (yoy) pada September 2023 menjadi US$ 635,5 juta atau Rp 10,09 triliun. Secara volume, ekspor ke India melambung 54,7% (mtm) dan terbang 42,6% (yoy) pada September menjadi 11,39 juta ton.

Sebaliknya, secara nilai, ekspor ke China anjlok 68,3% (mtm) dan ambruk 44,4% (yoy) menjadi US$ 300,4 juta atau Rp 4,77 triliun. Secara volume ekspor ke China ambruk 53,7% (mtm) dan jatuh 38,4% (yoy) menjadi 4,49 juta ton.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcidonesia.com

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation