Ekonomi Israel vs Palestina, Bak Bumi dan Langit

Revo M, CNBC Indonesia
13 October 2023 06:25
Sejumlah anak antre untuk mendapatkan air bersih di jalur Gaza. (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Foto: REUTERS/IBRAHEEM ABU MUSTAFA

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Israel dan Palestina hingga kini belum juga usai dan jika memang perang ini berlangsung lama. Perang  yang berkepanjangan dikhawatirkan dapat membebani perekonomian kedua negara tersebut.

Sebagai catatan, sejak militan Hamas melancarkan serangan teroris mendadak pada akhir pekan, pasukan pertahanan Israel memanggil lebih dari 300.000 tentara cadangan untuk bertugas, jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Angkatan Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Israel terdiri dari 150.000 anggota.

Merujuk dari CNBC International, pasukan cadangan, yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat Israel, memiliki sekitar 450.000 anggota, banyak di antaranya lebih berpengalaman dalam pertempuran dibandingkan prajurit muda di tentara tetap. Para cadangan tersebut adalah guru, pekerja teknologi, pengusaha startup, petani, pengacara, dokter, perawat, pariwisata, dan pekerja pabrik.

"Dampaknya sangat besar," kata Eyal Winter, seorang profesor ekonomi di Universitas Ibrani di Yerusalem yang mempelajari dampak ekonomi dari perang Israel.

Namun besarnya kerusakan ekonomi akan bergantung pada berapa lama para tentara cadangan tidak bekerja di negara yang memiliki populasi lebih dari 9 juta jiwa dan produk domestik bruto sebesar US$521,69 miliar.

"Dalam kasus seperti ini, pariwisata akan langsung kering," kata Winter. Namun, tambahnya, "ada juga peningkatan besar dalam sektor pariwisata ketika konflik berakhir karena permintaan yang terpendam."

Di tengah konflik yang memanas antar kedua negara, bagaimana sebenarnya kondisi perekonomian Israel dan Palestina terkini dan proyeksinya?

Ekonomi Israel

Dilansir dari OECD, Produk Domestik Bruto (PDB) Israel diproyeksikan tumbuh sebesar 2,9% pada tahun 2023 dan 3,3% pada 2024. Peningkatan inflasi akan membebani pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor akan terhambat oleh pertumbuhan permintaan yang moderat di mitra dagang.

Kenaikan suku bunga akan memperlambat pertumbuhan investasi. Pertumbuhan diproyeksikan akan meningkat menuju tingkat potensinya pada  2024 seiring dengan meredanya inflasi. Risikonya cenderung mengarah ke sisi negatifnya, terkait dengan tingginya ketidakpastian global dan ketegangan politik dalam negeri.

Kondisi moneter yang ketat harus dipertahankan agar inflasi kembali pada kisaran sasarannya. Kebijakan fiskal harus menghindari peningkatan permintaan dan tekanan inflasi, dan dukungan untuk memitigasi kenaikan biaya hidup harus lebih tepat sasaran. Kondisi moneter semakin ketat

Bank sentral menaikkan suku bunga kebijakan dari 0,1% menjadi 4,75% antara April 2022 dan September 2023. Suku bunga yang lebih tinggi telah menyebabkan penurunan volume hipotek baru.


Ekonomi Palestina
Menurut laporan terbaru World Bank, perekonomian Palestina diperkirakan akan terus beroperasi jauh di bawah potensinya. Pertumbuhan diproyeksikan akan berada pada kisaran 3% dan mengingat tren pertumbuhan populasi, pendapatan per kapita diperkirakan akan stagnan, sehingga berdampak negatif terhadap standar hidup.

Selain itu, kombinasi kendala fiskal dan pembatasan yang diberlakukan oleh Israel menghambat akses terhadap layanan kesehatan, sehingga berdampak buruk pada masyarakat, terutama di Gaza.

"Selama lima tahun terakhir, perekonomian Palestina pada dasarnya mengalami stagnasi, dan diperkirakan tidak akan membaik kecuali kebijakan di lapangan diubah," kata Stefan Emblad, Direktur Bank Dunia untuk Tepi Barat dan Gaza.

"Wilayah Palestina secara de facto telah berada dalam kesatuan pabean dengan Israel selama tiga puluh tahun, namun bertentangan dengan apa yang diharapkan ketika perjanjian ditandatangani, perbedaan antara kedua perekonomian terus melebar, dengan pendapatan per kapita di Israel hampir 14-15. kali lebih tinggi dibandingkan di wilayah Palestina.

Sejauh ini pada tahun 2023, pendapatan pemerintah telah meningkat secara signifikan; namun, pengeluaran juga terus meningkat, terutama didorong oleh kenaikan gaji pemerintah.

Dilansir dari World Bank, dengan mempertimbangkan implementasi parsial perjanjian baru-baru ini antara pemerintah dan serikat pekerja, dan pemotongan Israel dari pendapatan yang dikumpulkan atas nama PA (dikenal sebagai 'pendapatan izin') sekitar US$256 juta, serta kontribusi donor, maka defisit diperkirakan mencapai US$493 juta pada tahun 2023 atau 2,5% PDB. Jika perjanjian perburuhan diterapkan sepenuhnya, defisit akan semakin meningkat hingga mencapai 2,7% PDB.

Bila melihat data di atas, gambaran ekonomi Israel dan Palestina memang seperti bumi dan langit. Produk Domestik Bruto (PDB) Isarel menyentuh US$ 522, 03 miliar sementara Palestina hanya US$ 19,1 miliar atau hampir 28 kali lipat.
Jika dirupiahkan dengan kurs saat ini US$1= Rp 15.685 maka PDB Israel mencapai Rp 8.188 triliun sementara Palestina hanya Rp 299,74 triliun.
PDB per kapita yang mencerminkan tingkat kesejahteraan warga sebuah negara juga timpang. PDB per kapita Israel mencapai Rp 668,09 juta per tahun sementara Palestina hanya Rp 89,75 juta.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation