
Persaingan Senjata Rusia-AS Di Balik Perang Israel vs Hamas

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Israel-Hamas masih berkecamuk dan gencatan senjata sempat tertunda. Militer Israel terus menggempur Jalur Gaza pada hari Kamis kemarin (23/11/2023) setelah gencatan senjata empat hari yang dimaksudkan untuk memastikan kelompok militan Hamas membebaskan puluhan sandera Israel dengan imbalan pembebasan sekitar 150 tahanan Palestina ditunda setidaknya hingga hari Jumat. Sekitar 10 warga AS masih belum ditemukan setelah serangan teror brutal Hamas pada 7 Oktober, dan beberapa dari mereka diperkirakan menjadi sandera.
Pemerintah Qatar membantu menengahi kesepakatan penyanderaan, mengatakan jeda pertempuran akan dimulai pada hari Jumat pukul 7 pagi waktu setempat (tengah malam EST). Dan gelombang pertama yang terdiri dari 13 sandera akan dibebaskan pada pukul 4 sore, semuanya perempuan dan anak-anak. Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkonfirmasi kepada CBS News bahwa mereka telah menerima daftar nama awal.
Berdasarkan perjanjian yang dicapai di Qatar pada minggu ini, setidaknya 50 sandera, banyak di antaranya anak-anak, akan dibebaskan, sebagai imbalannya setidaknya 150 tahanan Palestina, dan gencatan senjata sementara selama empat hari. Ratusan truk yang membawa bantuan yang sangat dibutuhkan, termasuk minyak goreng dan bahan bakar, akan menyeberang ke Jalur Gaza.
Hamas diberi insentif untuk melepaskan lebih banyak lagi dari 236 tawanan yang dituduh Israel disanderanya saat mereka mengamuk di Israel selatan, yang menyebabkan kelompok teror yang ditunjuk AS membunuh sekitar 1.200 orang.
Setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan oleh Hamas akan membuat Israel memperpanjang gencatan senjata sementara satu hari. Lebih banyak tahanan Palestina juga akan dibebaskan jika kesepakatan itu diperpanjang, dengan perbandingan tiga tahanan untuk setiap sandera yang diserahkan.
Di Israel, penantian cemas selama enam minggu akan segera berakhir bagi beberapa keluarga sandera. Ketika keluarga-keluarga Amerika lainnya menyiapkan meja untuk makan malam Thanksgiving, di pusat Tel Aviv, sebuah meja makan disiapkan dengan tempat duduk untuk setiap satu dari 236 sandera yang menurut Israel ditahan di Gaza.
Sementara, Palestina menuntut diakhirinya perang Gaza dan pembebasan semua tahanan. Namun karena militer Israel masih melancarkan serangan udara dan operasi darat secara rutin di Gaza, yang semuanya dikatakan menargetkan penguasa lama Hamas di wilayah Palestina atau kelompok ekstremis lainnya, dan jumlah korban tewas dikatakan lebih dari 13.000 orang, penduduk yang terkepung mengatakan kepada CBS News bahwa jeda empat hari dalam pertempuran tidaklah cukup.
Sementara itu, dengan waktu kurang dari 24 jam menuju penghentian pertempuran yang diharapkan, Israel melanjutkan misi yang dinyatakannya untuk "menghancurkan Hamas."
Perang tersebut tidak lepas dari keterlibatan sejumlah negara melalui pasokan senjata kepada Israel-Palestina. Amerika Serikat (AS) adalah salah satu pemasok senjata terbesar ke Israel. Rata-rata AS memberikan bantuan militer kepada Israel setara dengan US$3,8 miliar per tahun atau sekitar Rp 59,22 triliun.
Berdasarkan catatan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), selain bantuan militer, AS juga memasok sejumlah persenjataan ke negara tersebut.
Tercatat selama periode 2000-2022 ada 39 kontrak pengiriman senjata dari AS ke Israel yang dilaporkan secara publik, dimana AS mengekspor puluhan ribu unit senjata yang sekaligus menjadikannya negara pemasok peralatan militer dan senjata terbesar ke Israel.
Beberapa peralatan militer yang dipasok AS antara lain, berbagai pesawat jenis FGA, Gulfstream, King Air, AEW&C, hingga Hercules. AS juga mengirimkan misil dan rudal udara, beberapa jenis helikopter, hingga tank.
SIPRI tidak menemukan secara lengkap nilai 39 kontrak tersebut. Namun, dari beberapa data yang tersedia, akumulasi nilai kontrak pengiriman senjata dari AS ke Israel periode 2010-2022 mencapai US$9,8 miliar, dan ini baru sebagian saja.
Nilai kontrak termahal adalah pengiriman Fighter Ground Attack (FGA) Aircraft, pesawat militer yang dirancang untuk serangan darat, dengan kemampuan pengeboman terhadap tank, kendaraan lapis baja jenis lain, maupun berbagai instalasi milik musuh yang berada di daratan.
Selama periode 2010-2022 AS tercatat mengirimkan sekitar 37 unit pesawat tempur FGA ke Israel, dengan nilai yang tercatat sekitar US$5,5 miliar. Sedangkan jika dilihat dari volumenya, senjata yang paling banyak dikirim AS ke Israel pada periode tersebut adalah bom berpemandu (guided bomb), yakni sekitar 21 ribu unit.
Selain dengan AS, Israel juga melakukan transaksi militer dengan sejumlah negara lain yang tercatat memiliki kontrak transaksi senjata dengan Jerman (10 kontrak), Italia (3 kontrak), dan Kanada (3 kontrak).
Selama periode 2010-2022, Jerman tercatat mengirim senjata ke Israel berupa mesin kendaraan perang, radar, kapal selam, kapal perang, dan proyektil bawah laut atau torpedo.
Kemudian Kanada mengirim mesin pesawat tempur, sementara Italia memasok artileri kapal perang, pesawat tempur, dan helikopter militer.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)