Surat Utang Diobral Gede-Gedean! AS, Inggris-RI Dibuat Pusing

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
05 October 2023 13:37
'Kiamat' di Mana-mana, Dunia Gelap Tahun Depan Sungguh Nyata
Foto: Infografis/ 'Kiamat' di Mana-mana, Dunia Gelap Tahun Depan Sungguh Nyata/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi mengalami guncangan setelah aksi jual besar-besaran yang dilakukan investor. Aksi tersebut membuat harga obligasi pemerinrah jatuh sehingga imbal hasil atau yield pun melesat.

Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun terbang ke level tertingginya dalam 16 tahun terakhir. Imbal hasil US Treasury 10 tahun (US10YT=RR) naik 6,9 basis poin (bps) menjadi 4,8% pada Selasa (3/10/2023). Level tersebut adalah yang tertinggu sejak awal Agustus 2007 atau tepat sebelum krisis keuangan global.

Obligasi Eropa dan Asia juga mengikuti tren yang sama. Imbal hasil obligasi Jerman bertenor 10 tahun (DE10TY=RR) naik di atas 3% untuk pertama kalinya sejak tahun 2011. Imbal hasil obligasi Jerman bertenor 30 tahun naik ke level tertinggi terbaru dalam 12 tahun.

Bahkan imbal hasil Jepang 10 tahun (JP10YTN=JBTC), yang dibatasi oleh Bank of Japan (BOJ), naik 4,5 bps ke level tertinggi dalam satu dekade meskipun BOJ menawarkan untuk membeli obligasi senilai US$4,5 miliar pada Rabu kemarin. Imbal hasil surat utang Jepang tenor 10 tahun melesat ke 0,8% atau tertinggi dalam 10 tahun.

Imbal hasil obligasi pemerintah Australia, Kanada, dan Inggris juga melonjak minggu ini.

Imbal hasil obligasi pemerintah Inggris telah melonjak ke level tertinggi sejak tahun 1998. Imbal hasil obligasi pemerintah Inggris bertenor 30 tahun juga dikenal sebagai gilt mencapai 5,115% pada satu tahap pada Rabu pagi, yang merupakan level tertinggi sejak September 1998.

Inggris mempunyai utang nasional yang membengkak, saat ini mencapai £2,59 triliun, sementara tumpukan utang AS melampaui US$33 triliun (£27,2 triliun) pada bulan lalu dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang menjelang pemilihan presiden mendatang.

Indonesia juga tak kebal dari aksi jual. Surat Berharga Negara (SBN) masih dilepas investor seperti tercermin dari kenaikan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melesat 0,83% di level 7.083 pada perdagangan Rabu (4/10/2023). Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Maret 2023 atau enam bulan terakhir.

Imbal hasil obligasi pemerintah memang sudah sedikit melandai pada hari ini tetapi levelnya masih sangat tinggi. 

"Terjadi aksi jual besar-besaran di obligasi pemerintah karena market selama ini sudah salah posisi. Pasar memperkirakan siklus kenaikan suku bunga sehingga membeli obligasi tetapi ternyata kebijakan ketat masih berlanjut," tutur analis Juan Valenzuela, analis dari Artemis, dikutip dari Reuters.

The Fed dan Utang Membuat Investor Menjual Obligasi

Investor menjual obligasi secara besar-besaran pada Selasa dan Rabu setelah meningkatnya ekspektasi pasar mengenai kebijakan hawkish bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Ekspektasi meningkat setelah data menunjukkan ekonomi AS masih tangguh sehingga inflasi sulit melandai.

Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS)mencapai9,6 juta pada Agustus 2023,Jumlah tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yakni 8,8 juta ataupun pada Juli yang tercatat 8,9 juta. 

AS, sebelumnya, juga melaporkan jika aktivitas manufaktur mereka justru membaik meskipun masih belum ekspansif.

Data ISM Manufacturing PMI menunjukkan indeks ada di angka 49 pada September 2023, lebih tinggi dibandingkan pada Agustus yang tercatat 47,6 dan konsensus pasar yakni 47,8.
Data ISM Manufacturing dari S&P Global juga menunjukkan indeks ada di angka 49,8 pada September, lebih tinggi dibandingkan pada Agustus yakni 47,9.

PMI Manufacturing memang belum masuk dalam tahap ekspansif tetapi angkanya terus meningkat karena permintaan yang masih kencang. Kondisi ini menunjukkan jika ekonomi AS masih kuat sehingga kemungkinan inflasi akan sulit melandai.

Selain The Fed, persoalan utang juga membuat harga obligasi jatuh. Besarnya defisit ataupun utang pemerintah membuat pemerintah mau tidak mau menerbitkan utang dalam jumlah besar sehingga pasokan melimpah, hargapun jatuh.

Melonjaknya imbal hasil pemerintah ini menimbulkan kekhawatiran karena bisa berimbas pada terkereknya obligasi swasta. Akibatnya, beban perusahaan dalam mencari pendanaan ataupun membayar utang akan semakin besar. Bila imbal hasil terus melonjak maka ancaman krisis ada di depan mata.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation