Newsletter

AS, Eropa -Jepang Beri Kabar Penting Hari Ini, Semoga RI Aman

Aulia Mutiara, CNBC Indonesia
Jumat, 29/09/2023 06:00 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Tanah Air tutup pada perdagangan kemarin karena perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
  • Namun, jika menilik perdagangan sebelumnya pada Rabu (27/9/2023) mencatat kinerja beragam. IHSG menghijau, namun rupiah masih tertekan.
  • Menghijaunya Wall Street diharapkan ikut membawa sentimen positif ke pasar keuangan Indonesia hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air tutup pada perdagangan kemarin, Kamis (28/9/2023), namun jika menilik perdagangan sebelumnya pada Rabu (27/9/2023) mencatat kinerja beragam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghijau, sementara rupiah masih tak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak beragam pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.

Dari sisi IHSG, pada perdagangan Rabu (27/9/2023) berakhir di zona hijau dengan apresiasi 0,2% ke posisi 6.937,83. Nilai transaksi mampu mencapai Rp 10,92 triliun dengan volume perdagangan 18,8 miliar yang diperdagangkan sebanyak 1,13 juta kali. Investor juga tercatat melakukan aksi jual (net sell) mencapai Rp 99,02 miliar di pasar reguler.

Tercatat mayoritas saham menguat yakni 276, sementara 245 lagi mengalami koreksi dan 232 sisanya stagnan.

Dengan penguatan ini selama tiga hari perdagangan pekan ini masih mencatatkan koreksi 1,05%, sementara secara bulanan IHSG terkoreksi 0,41%, namun masih mengalami penguatan 3,51% dalam tiga bulan terakhir.

Dari pasar mata uang, melansir dari Refinitiv, Rupiah masih saja mencatatkan kinerja mengecewakan. Pada perdagangan Rabu (28/9/2023) rupiah ditutup di angka Rp15.515/US% atau melemah 0,19% terhadap dolar AS.

 

Pelemahan rupiah terjadi selain dari aspek global, juga ada dampak dari repatriasi dividen. Pelaku pasar juga masih merasakan ketidakpastian atas kebijakan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed). Suku bunga acuan AS dinilai masih berpotensi naik satu kali sampai akhir tahun.

Hal ini The Fed lakukan untuk memenuhi target inflasi AS yakni 2%. Untuk diketahui, AS mencatatkan inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus 2023, naik dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.

Tingginya suku bunga AS dan sikap The Fed yang masih akan hawkish memberikan dampakcapital outflowdari negara berkembang termasuk Indonesia. Suku bunga The Fed yang berpotensi menyamai suku bunga Indonesia ini akan memicu investor untuk menarik dana dan memindahkannya ke AS yang notabene merupakan negara maju dan rating surat utangnya lebih menarik.

Dari pasar obligasi,  Surat Berharga Negara (SBN) masih dilepas investor seperti tercermin dari kenaikan imbal hasil yang mencapai 6,89%. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Maret 2023 atau enam bulan terakhir.

Imbal hasil yang meningkat menandai harganya yang turun karena dilepas investor.


(aum/aum)
Pages