Virus Nipah Kembali Bikin Dunia Khawatir, Seberapa Bahaya?

rev, CNBC Indonesia
15 September 2023 08:15
Infografis: Virus Nipah Malaysia Disebut Calon Pandemi Baru
Foto: Infografis/Virus Nipah Malaysia Disebut Calon Pandemi Baru/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus Nipah yang menyebar di Kerala (India) telah menewaskan dua orang. Alhasil, Departemen Kesehatan Kerala mengeluarkan peringatan kesehatan di distrik Kozhikode setelah dua kematian tersebut.

India sudah menutup sekolah di beberapa wilayah Kerala serta melakukan tes terhadap 706 orang untuk menghindari penyebaran. Sebelumnya, India juga pernah berkutat dengan wabah Nipah, termasuk apda 2019 dan 2021.

Dilansir dari Kementerian Kesehatan, Virus Nipah termasuk ke dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae. Penyakit Virus Nipah dapat ditularkan dari hewan, baik hewan liar atau domestik, dengan kelelawar buah yang termasuk ke dalam famili Pteropodidae sebagai host alamiahnya.

Awalnya, Virus Nipah pertama teridentifikasi di sebuah peternakan babi di Malaysia. Saat itu, beberapa jenis hewan menunjukkan gejala demam, sulit bernapas, dan kejang.
 

Menurut badan Kesehatan Dunia (WHO), virus tersebut berasal dari kelelawar buah yang ditularkan ke babi saat terjadi penebangan hutan secara besar-besaran, sehingga menyebabkan populasi kelelawar berpindah mendekati area peternakan.

Ternak babi yang telah terinfeksi dapat menularkan Virus Nipah ke peternak dan peternak pun dapat menularkannya ke sesama manusia. Proses penularan yang mudah inilah yang menjadikan Virus Nipah diduga bisa berpotensi menjadi pandemi.

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa gejala yang ditimbulkan tidak ada yang bersifat ringan, artinya gejalanya mulai dari sedang hingga berat. Selain itu, masa inkubasi hingga gejala ini muncul yakni berkisar 4-14 hari, bahkan dalam beberapa kasus ada yang sampai 45 hari.
 

Gejala Virus Nipah

Beberapa gejala yang terjadi jika seseorang terkena Virus Nipah, yakni demam tinggi dan disertai nyeri kepala, nyeri otot di punggung dan leher, vertigo, mual hingga muntah, gangguan di saluran nafas, hingga kejang (dalam kondisi parah dan umumnya meninggal).

Perihal penyebarannya, Virus Nipah dapat ditularkan lewat konsumsi makanan mentah khususnya yang terkontaminasi ludah/urin kelelawar buah, kontak erat dengan orang yang terinfeksi Virus Nipah, dan dari hewan seperti kambing, sapi, dan babi yang memakan makanan yang terkontaminasi ludah kelelawar buah.


Meujuk pada Kemenkes, berikut gajalanya:

- Memiliki masa inkubasi sekitar 4-14 hari
· Demam
· Sakit kepala
· Batuk
· Sakit tenggorokan
· Nyeri otot
· Sesak napas
· Muntah

Seberapa Bahaya?

Maka dari itu, Dicky menyampaikan untuk menghindari kontak dengan kelelawar (air liur, kencing, kotoran) khususnya bagi peternak maupun petani, makan makanan dimasak dengan benar, sayur dan buah dicuci dengan benar, penggunaan Personal Protective Equipment (PPE) dalam penangangan orang yang terjangkit Virus Nipah.

Ia pun mengatakan bahwa Virus Nipah merupakan highly pathogenic virus dan hingga saat ini belum ditemukan vaksinnya. Oleh karena itu virus ini berpotensi menjadi wabah (pandemic dan/atau endemic) dengan kemungkinan meninggalnya yakni 75%. Artinya dari 4 orang yang terdetksi, maka 3 orang umumnya akan meninggal.

Maka, Dicky menyarankan agar pemerintah perlu belajar dari peristiwa Covid-19 kemarin, pemerintah juga perlu meningkatkan kemampuan deteksi/surveillance, dan kantor kesehatan pelabuhan harus mengklasifikasikan jika ada orang yang bergejala (berasal dari negara mana, apakah negara tersebut sedang mengalami wabah penyakit, dan lainnya).

Infografis: Virus Nipah Malaysia Disebut Calon Pandemi BaruFoto: Infografis/Virus Nipah Malaysia Disebut Calon Pandemi Baru/Arie Pratama
Infografis: Virus Nipah Malaysia Disebut Calon Pandemi Baru

Kapan Menyebar?
Virus Nipah pertama kali dikenali pada 1999 setelah mewabah di Malaysia. Virus ini berasal dari kelelawar seperti SARS-CoV-2 dan dalam 20 tahun terakhir telah mewabah di Malaysia, Singapura, India, dan Australia Utara. Virus Nipah memiliki tingkat kematian 40% hingga 75% dan sampai kini belum ada vaksinnya.

Berdasarkan data Kemenkes, Kejadian Luar Biasa (KLB) dilaporkan pada September 1998 pada peternak babi di Kampung Sungai Nipah, Malaysia. KLB kedua terjadi di negara bagian Negri Sembilan pada akhir Desember 1998.

Sebagian besar pasien mengalami ensefalitis akut, dan beberapa mengalami gangguan pernapasan.

Pada Maret 1999, peneliti berhasil mengkonfirmasi virus penyebabnya merupakan virus Nipah. Kontak dengan babi terinfeksi menjadi sumber utama penularan ke manusia.

Pada Mei 1999 KLB berhasil dikendalikan. Total kasus yang dilaporkan sebanyak 265 kasus dan 105 kematian dengan angka kematian 39,6%. Selama KLB, Malaysia memusnahkan lebih dari 1 juta ekor babi.

Pada akhir Februari 1999 penyakit virus Nipah telah menyebar ke Singapura yang berasal dari impor babi terinfeksi dari Malaysia. Di Bangladesh dilaporkan kasus penyakit virus Nipah pertama pada 2001 di distrik Meherpur.

Di India KLB pertama penyakit virus nipah terjadi di wilayah Siliguri (Benggala Barat) pada Januari hingga Februari 2001 dengan jumlah kasus konfirmasi sebanyak 66 kasus dengan 45 kematian.

Menurut catatan Kementerian Kesehatan, belum dilaporkan kasus konfirmasi penyakit virus Nipah pada manusia di Indonesia. Akan tetapi, beberapa penelitian atau publikasi telah menemukan adanya temuan virus Nipah pada kelelawar buah (genus Pteropus) pada beberapa negara termasuk Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation