Jerman Mau Resesi, Pemilik Emas Malah Senyum Bahagia

mae, CNBC Indonesia
12 September 2023 06:49
Emas
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas perlahan membaik di tengah kekhawatiran resesi serta sikap wait and see pelaku pasar menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS).

Harga emas di pasar spot pada perdagangan Senin (11/9/2023) ditutup di posisi US$ 1921,66 WIB per troy ons atau menguat 0,20%.

Penguatan ini memutus laju negatif emas yang melemah pada Jumat pekan lalu.

Emas melemah pada hari ini. Pada perdagangan Selasa (12/9/2023) pukul 06: 38 WIB, harga emas melemah 0,02% ke posisi US$ 1.921,26 per troy ons.

Analis dari Bank of China International, Xiao Fu, mengatakan emas menguat tipis karena ada kekhawatiran mengenai resesi Jerman dan perlambatan ekonomi di Eropa. Emas adalah aset aman sehingga dicari saat terjadi ketidakpastian ekonomi.

Senada, analis dari Kinesis Money market, Rupert Rowling juga berpendapat risiko resesi akan membantu emas menguat.

Komisi Eropa memproyeksi ekonomi Jerman akan terkontraksi 0,4% tahun ini. Jerman akan menjadi satu-satunya negara Eropa yang terkontraksi. Ekonomi Jerman juga diperkirakan hanya akan tumbuh 1,1% pada tahun depan, lebih rendah dibandingkan proyeksi awal 1,14%.

"Prospek penguatan emas tergantung pada seberapa besar risiko resesi serta apakah risiko resesi bisa ditahan," tutur Rowling, dikutip dari Reuters.

Selain resesi, pelaku pasar emas juga menunggu pengumuman inflasi AS periode Agustus pada Rabu (13/9/2023).

Melansir data Trading Economic, inflasi umum diperkirakan akan melonjak ke 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus 2023, dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.

Apabila inflasi umum naik sesuai perkiraan ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% yoy pada Juni lalu.

Sementara dari inflasi inti diperkirakan akan melandai ke 4,3% yoy dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,7% yoy. Kendati melandai, secara keseluruhan nilai inflasi umum dan inti masih jauh dari target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) di sekitar 2%.

Bila inflasi ada di atas ekspektasi pasar maka harapan pelaku pasar melihat pelonggaran suku bunga semakin menjauh.

Namun, target inflasi tersebut nampaknya masih sulit untuk dicapai the Fed tahun ini, mengingat harga minyak mentah global yang masih lanjut naik akibat supply minyak yang ketat.

Harga minyak sempat terbang ke level US$ 90 per barel pekan lalu. Lonjakan harga minyak bisa membuat inflasi AS kembali melambung.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation