Window Dressing Segera Tiba, Awas Kena jebakan Make Up MI

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
11 September 2023 15:40
Infografis, Saham Top Gainers Top Losers Sepekan
Foto: Infografis/ Saham Top Gainers Top Losers Sepekan/ Edward Ricardo Sianturi
  • Secara historis, pergerakan pasar saham ketika September cenderung menyedihkan bahkan probabilitas selama 10 tahun terakhir, 60% selalu ditutup koreksi

  • Kendati begitu, tiap akhir tahun ada masa window dressing yang selalu dinanti pasar karena banyak fund besar melakukan pemanis untuk mempercantik portofolio-nya.

  • September yang kabarnya sedih potensi jadi kesempatan investor untuk siapkan amunisi jelang window dressing ceria.

Jakarta, CNBC Indonesia - "Cruel September", istilah bagi kondisi market yang kerap menyedihkan setiap September, tetapi nyata nya bisa menjadi peluang untuk siapkan amunisi karena secara historis jelang akhir tahun akan ada "Window Dressing".

Secara seasonality, peluang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dalam zona merah setiap September dalam 10 tahun terakhir (2014-2023) mencapai 70%.

Artinya, dalam 10 tahun, terjadi koreksi selama tujuh kali sementara tiga sisanya ditutup hijau. Bahkan, secara rata-rata dalam periode yang sama hingga perdagangan Senin (11/9/2023) pergerakan IHSG pada September masih terjerembab merah sebesar -1,65%.



Kendati begitu, secara historis kesedihan September tak akan berangsur lama karena beberapa bulan setelahnya akan ada perbaikan kinerja. Hal tersebut nampak pada tabel di atas dimana pada tiga bulan terakhir (Oktober, November, November) secara rata-rata IHSG masih bisa ditutup hijau, walau kadang November ada peluang bergerak koreksi.

Namun, biasanya pada Desember akan menjadi momentum paling manis karena kenaikan IHSG paling tinggi di bulan tersebut.
Peluang IHSG ditutup hijau dalam 10 tahun terakhir mencapai 70%, dengan rata-rata kenaikan mencapai 2,84%. Maka dari itu, Cruel September tak akan selamanya jadi gelap, malah bisa jadi kesempatan menabur dan pada Desember kita bisa menuai hasil manis.

Bak habis gelap terbitlah terang itulah yang sering orang bilang dengan Window Dressing. Istilah ini memang kerap digunakan menjelang akhir tahun sebagai strategi para manajer investasi untuk meningkatkan kinerja portofolio.

Bagai memoles wajah dengan make up agar cantik, manajer investasi menggunakan strategi window dressing agar portofolio lebih "cantik" atau lebih tepatnya supaya performa portofolio dari aset yang dikelola semakin menarik bagi investor.

Dalam praktiknya, manajer investasi menerapkan berbagai cara untuk mempercantik portofolio, mulai dari menaikkan harga saham yang masih laggard dengan bantalan modal besar atau bisa mengganti saham yang memiliki kinerja kurang oke dengan yang sedang naik daun dengan tujuan mengikuti tren naik dalam jangka pendek.

Efek dari strategi tersebut biasanya tidak hanya berlangsung pada akhir kuartal tiap tahun-nya, akan tetapi bisa berlanjut ke bulan bulan setelah-nya yang juga dikenal sebagai January Effect, dengan catatan kondisi makro ekonomi juga semakin mendukung.

Meski demikian, fenomena window dressing memang paling signifikan ketika Desember, karena secara historis kinerja bulan ini terbukti mengungguli bulan lainnya. Sehingga bisa dikatakan kinerja dalam satu bulan terakhir tersebut diharapkan bisa mempercantik performa portofolio selama setahun penuh.

Lantas sektor atau saham apa yang menarik untuk dilirik menjelang window dressing?

Tren IHSG ketika window dressing jelang akhir tahun memang atraktif, akan tetapi tidak semua saham akan selalu hijau. Artinya investor juga perlu pilih-pilih sektor atau saham mana yang akan ikut terangkat mengikuti IHSG.

Blue Chip Masih Jadi Andalan

Biasanya, saham yang tergolong blue chip unggulan masih sering menjadi tiang window dressing. Banyak faktor yang mempengaruhi kenapa blue chip masih jadi penopang diantaranya memang karena kapitalisasi pasar besar, likuiditas baik, konsisten bagi dividen, hingga kualitas fundamental yang memang solid.

Contoh saham blue chip yang sering masuk dalam portofolio manajer investasi antara lain perbankan big caps yang seperti BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, kemudian perusahaan holding multi sektor (ASII), perusahaan produsen mie terbesar di RI (INDF, ICBP), perusahaan telekomunikasi (TLKM), dan lain-nya.

Industri Yang Sedang Uptrend

Dalam suatu portofolio biasanya ada satu atau beberapa saham yang kinerjanya paling laggard. Banyak faktor yang mempengaruhi kenapa kinerja suatu saham tidak perform, bisa karena profit turun, beban membengkak, dan lain-nya.

Kinerja satu saham yang sudah dianggap tak perform karena kinerja perusahaan mulai rugi, akan menjadi satu alasan manajer investor mengganti saham tersebut dengan saham lainnya.

Penggantian saham ini bisa menyasar ke sektor yang sedang uptrend supaya bisa mendulang keuntungan dalam jangka pendek. Sektor yang potensi manggung jelang akhir tahun biasanya akan mengikuti perkembangan kondisi ekonomi yang mendukung,

Melansir Tradingview berdasarkan teknikal atau data historis secara harian ada sektor infrastruktur yang bertahan dalam uptrend, kemudian ada sektor consumer cyclical dan non cyclical, serta properti yang mulai bergerak sideways tetapi masih terjaga dalam uptrend jangka menengahnya. Sementara sektor keuangan nampak dalam sideways panjang tetapi potensi jadi satu landasan untuk harga menanjak.

Sektor potensial atraktif jelang Window Dressing pada kuartal IV/2023Foto: Tradingview
Sektor potensial atraktif jelang Window Dressing pada kuartal IV/2023

Di sisi lain sektor teknologi jadi yang paling laggard akan tetapi sudah mulai terlihat ada bottoming out setelah betah dalam tren pelemahan selama berbulan-bulan.

Sektor-sektor tersebut potensi masih menjadi pilihan hingga akhir tahun sejalan dengan perbaikan ekonomi mengingat mobilitas yang ramai, akan ada booster seasonality natal dan tahun baru, dukungan kebijakan longgar Bank Indonesia (BI), serta sikap bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang potensi tidak akan terlalu agresif setelah pertemuan bulan ini.

Kendati demikian, tetap perlu dipahami pada sektor yang trending tak semua saham akan hijau, jadi tetap perlu dilakukan analisis lebih mendalam mengenai kondisi fundamental serta teknikal agar investor lebih matang ketika membeli suatu saham.

CNBC INDONESIA RESEARC
[email protected]

 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation