
Lapor, Pak Jokowi! Asing Semakin Malas Beli Surat Utang RI

- Minat asing makin seret ke surat utang negara (SUN) pada lelang 5 September 2023, bahkan terendah sejak awal tahun.
- Dua seri jangka pendek yang jatuh tempo kurang dari setahun bahkan tak dilirik asing sama sekali.
- Kendati demikian, hasil serapan pemerintah meningkat dan menjadi yang tertinggi sejak 11 Juli 2023
Jakarta, CNBC Indonesia - Minat asing pada lelang Surat Utang Lelang (SUN) pada Selasa (5/9/2023) terpantau jadi yang paling rendah sejak awal tahun, bahkan ada dua seri jangka pendek yang tak laku.
Pemerintah melaksanakan lelang SUN untuk tujuh seri antara lain seri SPN12231207 (reopening), SPN12240529 (reopening), FR0095 (reopening), FR0100 (reopening), FR0098 (reopening), FR0097 (reopening) dan FR0089 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia.
Berdasarkan data yang dikumpulkan CNBC Indonesia Research dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan minat asing yang masuk pada lelang kali sebesar Rp1,69 triliun, nilai ini merupakan yang terendah dari awal tahun atau sejak 4 Januari 2023.
Penawaran asing yang masuk tersebut setara dengan 8,43% dari total penawaran yang masuk atau incoming bids sebesar Rp20,02 triliun. Sementara yang diserap pemerintah sebesar Rp13,20 triliun, dengan porsi yang dimenangkan asing sebanyak 7,73% atau setara Rp1,02 triliun saja.
Nilai serapan pemerintah tersebut juga berada di bawah target indikatif dari rencana lelang sebesar Rp14 triliun, hal ini menunjukkan sikap pemerintah cenderung berhati-hati dalam menyerap surat utang di tengah masalah eksternal yang kompleks.
Menelisik lebih dalam pada seri yang ditawarkan pada lelang kali ini ada dua seri jangka pendek yang tidak dilirik asing sama sekali atau artinya tidak laku yaitu SPN03231122 yang jatuh tempo pada akhir tahun ini, kemudian ada seri SPN12240529 yang jatuh tempo pada 29 Mei 2024.
Seri FR0100, surat utang negara bertenor 10 tahun yang merupakan benchmark masih menjadi pilihan utama asing dengan penawaran yang masuk mencapai Rp646,50 miliar, akan tetapi yang diserap pemerintah tak sampai setengahnya hanya sebesar Rp311,73 miliar.
Seri surat utang jangka panjang dengan waktu jatuh tempo pada 15 Agustus 2051 yaitu FR0089 juga menjadi pilihan asing kedua dengan penawaran yang masuk sebesar Rp410 miliar. Dari nilai tersebut pemerintah menyerap Rp383,75 miliar, serapan ini bahkan lebih tinggi dari seri acuan 10 tahun.
Minat asing pada lelang SUN kali ini terbilang paling sepi sejak awal tahun disinyalir karena ketidakpastian eksternal yang masih terus berlanjut, apalagi indeks dolar AS (DXY) terpantau kembali naik pada hari ini.
Diketahui DXY mengalami apresiasi di angka 104,51 atau menguat sekitar 0,27% dari hari kemarin. Tak hanya itu, kenaikan indeks dolar AS membuat yield obligasi acuan selama 10 tahun negeri Paman Sam tersebut juga naik, sejak awal September hingga 5 September 2023 penguatan nyaris 2% ke posisi 4,18%.
Sebagai informasi, peningkatan imbal hasil atau yield obligasi berbanding terbalik dengan harga. Ketika yield naik harga akan turun, kondisi seperti ini biasanya akan kurang menarik bagi investor yang punya tujuan jangka pendek.
Sehingga tak heran kalau akhir-akhir ini sikap investor lebih cenderung hati-hati untuk membeli obligasi ataupun risk asset lain-nya. Kendati demikian, secara keseluruhan dari hasil lelang SUN pada awal September ini masih lebih baik dan menjadi yang tertinggi sejak 11 Juli 2023 lalu.
Di lain sisi, dari China sudah mulai ada geliat manufaktur yang membaik serta sentimen domestik yang diharapkan menopang pasar keuangan ke depan-nya dari perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang berlangsung mulai 5 - 7 September 2023.
Adapun untuk rincian hasil lelang SUN hari ini sebagai berikut :
![]() Hasil lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN) pada 5 September 2023 |
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]