
Bursa Kripto Kebakaran di Agustus, Rapor Bitcoin cs Merah!

- Ketujuh kripto mengalami depresiasi hingga double digit selama Agustus 2023
- Ketidakpastian global menjadi kunci pelemahan harga kripto bulan Agustus
- Masa depan kripto masih ada khususnya saat bitcoin halving
Jakarta, CNBC Indonesia - Perjalanan kripto selama bulan Agustus sangat mengecewakan dengan amblesnya ketujuh koin dengan market cap terbesar di dunia. Ambruknya kripto selama bulan Agustus tak lepas dari berbagai kebijakan dari eksternal khususnya Amerika Serikat (AS) hingga peristiwa yang terjadi di industri kripto itu sendiri.
Dilansir dari Coinmarketcap.com pukul 4.51 WIB, seluruh koin dengan market cap terbesar di dunia yakni Bitcoin, Ethereum, BNB, XRP, Dogecoin, Cardano, dan Solana berada di zona merah dengan pelemahan double digit.
Pelemahan terparah dipimpin oleh XRP dengan 27,2%, lalu disusul oleh Dogecoin yang juga terkapar 17,9%, Cardano yang ambruk 17,3%, hingga BNB yang turun tajam 10,4%.
Secara umum pesimisme di pasar kripto terjadi lebih dominan dibandingkan optimismenya. Hal yang paling kentara yakni dari isu kenaikan suku bunga di beberapa bank sentral, salah satunya Bank of England (BoE).
BoE pada 3 Agustus 2023 menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poins (bps) menjadi 5,25% dari yang sebelumnya 5,00%. Kenaikan suku bunga ini disambut pesimistik oleh pasar digital aset, salah satunya kripto dan tercermin dari altcoin yang berada di zona negatif, seperti Ethereum terdepresiasi 0,48% dalam 24 jam terakhir, Cardano anjlok 2,43% secara harian, serta Solana juga ambruk 3,19% dalam 24 jam terakhir.
Kemudian pada bulan Agustus juga AS merilis data inflasi di tanggal 10 Agustus 2023. Menjelang rilis data inflasi, sikap pasar yang wait and see namun relatif pesimis karena konsensus memprediksi terjadinya kenaikan menjadi 3,3% (year on year/yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang berada di angka 3%. Hal ini menjadi kekhawatiran pasar mengingat sebelumnya tren penurunan inflasi AS telah terjadi selama 12 bulan berturut-turut.
Alhasil pada 10 Agustus 2023 tercatat inflasi AS mengalami kenaikan menjadi 3,2% yoy atau 0,1 percentage point di bawah ekspektasi pasar. Hal ini menjadi perhatian pasar karena ada tendensi bank sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunganya demi mencapai target inflasinya yakni di angka 2%.
Pada pertengahan Agustus, selain dari sikap pesimis pasar akibat inflasi AS yang mematahkan tren penurunan, terdapat sentimen negatif yang datang dari pendiri FTX, Sam Bankman-Fried dikirim ke penjara menjelang persidangan Oktober atas berbagai tuduhan kejahatan keuangan. Ia dituding mencoba mengutak-atik saksi.
Sam Bankman-Fried saat ini akan diadili pada awal Oktober atas penipuan komoditas, penipuan sekuritas, pencucian uang, dan biaya konspirasi terkait. Dia menghadapi persidangan lain, yang dijadwalkan untuk Maret mendatang, dengan tuduhan tambahan yang diajukan oleh Department of Justice (DOJ) setelah penangkapan dan ekstradisi Bankman-Fried.
Selanjutnya data penjualan retail di AS yang dirilis pada pertengahan Agustus juga menunjukkan peningkatan menjadi 3,2% yoy pada Juli 2023, kenaikan tahunan terbesar dalam lima bulan, menyusul kenaikan 1,6% yang direvisi naik pada bulan Juni.
Alhasil, perkiraan model GDPNow Fed Atlanta untuk pertumbuhan PDB riil (tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman) pada kuartal ketiga tahun 2023 adalah 5,0% pada 15 Agustus, naik dari 4,1% pada 8 Agustus.
Potensi kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal tiga berpotensi menyebabkan sulit untuk menghentikan suku bunganya atau bahkan bersikap memotong suku bunganya. Dengan kata lain, The Fed masih berpotensi untuk menaikkan suku bunganya ke depan.
Bahkan data Commodity Futures Trading Commission (CFTC) mengungkapkan bahwa short USD berada di level terendah delapan bulan, yang berarti lebih banyak institusi yang bullish pada mata uang tersebut.
Selain itu, kenaikan imbal hasil riil US 10-year treasuries yang berada di 1,84% atau berada di level tertinggi 14 tahun terakhir memicu permintaan USD. Pada gilirannya, efek riak dari perkembangan ini dapat menambah tekanan pada harga Bitcoin.
Kenaikan hasil riil yang memicu permintaan USD ini mewakili hasil yang diperoleh dari investasi dalam sekuritas treasury 10 tahun yang diterbitkan pemerintah AS, telah mencapai 1,84%, menandai level tertinggi dalam 14 tahun.
Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi juga membuat pinjaman menjadi lebih mahal bagi bisnis dan konsumen, sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan mata uang kripto.
Depresiasi pasar kripto semakin parah setelah kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS, yang saat ini berada pada level tertinggi multi-tahun.
Pada 23 Agustus 2023, US 10 Year Treasury yield berada di angka 4,308%. Sedangkan pada penutupan perdagangan kemarin (22/8/2023), US 10 Year Treasury yield berada di angka yang lebih tinggi yakni 4,328%.
Selama bulan Agustus, pasar kripto memang tidak bergairah.
"Jumlah pasokan Bitcoin likuid dan sangat likuid berada pada titik terendah sejak 2018, sementara pasokan tidak likuid mencapai titik tertinggi sepanjang masa, dan pemegang jangka panjang hanya menyimpan koin" tulis Blockware Intelligence.
Sementara itu Vetle Lunde dari K33 Research mengatakan volume perdagangan bulan Juli berada di jurang perubahan. Pasar kripto mengalami kekeringan atipikal dengan volume perdagangan yang sangat rendah dan volatilitas BTC mendekati posisi terendah lima tahun.
Masa Depan Kripto
Dalam beberapa minggu terakhir pasar kripto tidak dapat menyenangkan hati para investor. Ini dibuktikan dengan Fear & Greed Index yang dilansir dari Coinmarketcap.com yang konsisten berada di bawah level 50 yang mengindikasikan bahwa investor masih cenderung takut untuk berinvestasi di pasar kripto.
Namun begitu, para analis dari JPMorgan Chase & Co. (sebuah perusahaan induk jasa keuangan dan bank investasi multinasional asal Amerika) melaporkan bahwa momentum penurunan harga di pasar telah melambat.
Mereka menemukan penurunan jumlah kontrak berjangka terkait Bitcoin di bursa yang belum diselesaikan menjadi tanda bahwa pergerakan harga turun mulai kehilangan momentumnya.
Masih terdapat risiko-risiko negatif jika perekonomian global memasuki resesi yang lebih dalam. Namun cukup kecil kemungkinannya bahwa The Fed akan mengambil risiko ketika AS bersiap menghadapi pemilu tahun 2024 yang akan memanas.
Selain itu peristiwa Bitcoin Halving yang akan terjadi pada 2024 pun perlu dicermati para investor.
Sebagai catatan, Bitcoin Halving pertama terjadi pada 28 November 2012 dan naik hingga 9.800an% pada all-time-high di 2013.
Sedangkan pada Bitcoin Halving kedua yang terjadi pada 9 Juli 2016, BTC naik hingga 3.000% pada all-time-high di 2017. Terakhir, Bitcoin Halving ketiga yang terjadi pada 11 Mei 2020, BTC naik hingga 700an% pada all-time-high di 2021.
Dengan akan diselenggarakannya Bitcoin Halving di tahun depan, hal ini menjadi tahun yang menarik bagi investor maupun penambang Bitcoin, karena adanya fenomena tersebut, meski fenomena ini cenderung terjadi pada kuartal akhir 2023.
CEO Indodax, Oscar Darmawan mengatakan bahwa masa paling tepat untuk pembelian Bitcoin adalah setahun sebelumnya halving day. Artinya, hal ini akan terjadi pada tahun 2023.
"Pada saat Bitcoin naik, akan diikuti dengan naiknya harga altcoin lainnya. Bull run Bitcoin saya prediksi akan terjadi pada tahun 2024. Namun, tahun yang tepat untuk kembali mengakumulasi kripto adalah pada 2023. Pasalnya, pada tahun setelahnya, harga Bitcoin berpotensi bisa jadi sudah menanjak terlalu tinggi lagi," tutur Oscar Darmawan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)