
Masih Merugi dan Bisnisnya Terancam, IPO BABY Berani Melantai

1. Brand mothercare cukup populer namun sayangnya Perseroan masih membukukan kerugian.
2. Aangka kelahiran anak di Indonesia terus menurun sejak tahun 1990 hingga tahun 2022, hal ini dapat mengancam bisnis di industri perlengkapan bayi dan pendukungnya.
3. Tingginya beban-beban usaha yang masih menggerus laba Perseroan, sehingga sulit mencetak laba meskipun secara pendapatan meningkat.
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Multitrend Indo Tbk (BABY) yang akan melakukan Intial Public Offering (IPO) dan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) meskipun kondisi keuangan sedang pincang alias rugi.
Harga penawaran berada di Rp250 hingga Rp266 per lembar saham. Penawaran umum dilaksanakan pada 31 Agustus hingga 5 September 2023. Penjatahan efek dilakukan 5 September 2023 dan pendistribusian saham akan dilaksanakan pada 6 September 2023. Perseroan akan listing pada 7 September 2023.
Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 6 juta lot atau dana IPO yang diraih berkisar Rp150 miliar hingga Rp159,6 miliar. Market cap setara dengan Rp705 miliar hingga Rp750,12 miliar. Penjamin emisi IPO BABY adalah UOB KAY HIAN Sekuritas.
Perseroan bergerak di bidang perdagangan ritel pakaian bayi dan anak dengan brand paling familiar yakni Mothercare. Namun, sayangnya Perseroan masih membukukan kerugian hingga laporan keuangan per Februari 2023. Selain itu, angka kelahiran anak di Indonesia terus menurun sejak tahun 1990 hingga tahun 2022.
Apakah bisnis yang dijalankan oleh Perseroan dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama? Mengingat kompetitor dalam industri perlengkapan bayi juga cukup ketat.
Investor dapat menilai mulai dari untuk apa saja penggunaan dana IPO yang akan diraih oleh Perseroan, kinerja keuangan hingga prospek bisnis Perseroan ke depan.
Penggunaan Dana IPO
Terdapat rincian penggunaan dana IPO Perseroan, yakni:
a) 18,23% akan digunakan Perseroan untuk pengembangan usaha dalam bentuk belanja modal dengan rincian sebagai berikut:
- 84,91% akan digunakan oleh Perseroan untuk belanja modal yang berkaitan dengan renovasi tempat untuk pembukaan 15 toko baru di Jabodetabek, Makassar, Bali, Surabaya, dan Yogyakarta yang direncanakan dilakukan pada tahun 2023 dan 2024.
- 15,09% akan digunakan sebagai deposit penyewaan tempat atas toko-toko baru kepada pihak ketiga.
b) 81,77% akan digunakan Perseroan untuk pengembangan usaha dalam bentuk modal kerja yaitu pembiayaan kebutuhan operasional sehari-hari, antara lain namun tidak terbatas untuk pembelian persediaan, pembayaran gaji karyawan, periklanan, pembiayaan kegiatan operasional dan lain-lain.
Kinerja Keuangan
Berdasarkan laporan keuangan per 28 Februari 2023, Perseroan masih membukukan kerugian periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp5,2 miliar, angka kerugian ini lebih turun dibandingkan kerugian 28 Februari 2022 sebesar Rp15,8 miliar.
Penurunan kerugian karena didorong oleh peningkatan pendapatan per 28 Februari 2023 menjadi Rp162,4 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp129,5 miliar.
Namun, tingginya beban-beban usaha dan beban pajak kini masih menggerus laba Perseroan, sehingga Perseroan belum mampu membukukan laba hingga Februari 2023.
Jika melihat dari laporan keuangan Perseroan, dimana per 28 Februari 2023 terdapat beban pajak kini sebesar Rp796,2 juta, yang dimana pada periode yang sama tahun sebelumnya tidak terdapat beban pajak kini.
Aset dan liabilitas pajak kini untuk tahun berjalan diukur sebesar jumlah yang diharapkan dapat direstitusi dari atau dibayarkan kepada otoritas perpajakan. Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak tahun berjalan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku. Bunga dan denda atas pajak disajikan sebagai bagian dari pendapatan atau beban.
Selanjutnya, investor dapat melihat rincian penjualan dari Perseroan.
Penjualan Perseroan ditopang dari penjualan eceran yang berasal dari penjualan barang kepada pelanggan eceran. Dan sisanya ditopang dari penjualan non-eceran yakni penjualan grosir.
Rasio Keuangan
Harga IPO yang ditawarkan Perseroan satu kali lebih mahal dibandingkan dengan harga kewajarannya, sehingga PBV nya berada diatas satu.
Namun, secara sektoral IPO BABY masih berada di bawah Price Earning Ratio (PER) rata-rata industrinya di PER 12 kali. Sehingga secara sektoral IPO BABY masih terbilang murah.
Margin perseroan juga cukup tinggi di angka 45,83%. Namun sayangnya meskipun margin Perseroan tinggi, tapi tingginya beban-beban Perseroan belum mampu membuat Perseroan mencetak laba. Sehingga hal ini membuat Net Profit Margin (NPM) Perseroan berada di angka negatif 3,18%.
Hal ini pun membuat Return On Equity (ROE) berada di angka negatif 1,34%. Sehingga dalam mengelola modal terhadap laba tidak berhasil karena masih membukukan kerugian.
Begitu juga dengan Return On Asset (ROA) berada di angka negatif 0,74%. Sehingga dalam mengelola aset terhadap laba juga buruk karena masih membukukan kerugian.
Namun, untuk Debt to Equity (DER) Perseroan berada di angka yang sehat di bawah 100%. Hal ini berarti total modal Perseroan jauh lebih besar dibandingkan dengan total hutangnya. Total modal Perseroan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk per 28 Februari 2023 sebesar Rp385,6 miliar, sedangkan total hutang Perseroan per 28 Februari 2023 sebesar Rp310,7 miliar. Sehingga kemampuan dalam membayar kewajiban terhadap modal cukup sehat.
Dan Current Ratio (CR) Perseroan berada di likuiditas yang tinggi. Sehingga kemampuan dalam membayar kewajiban lancar terhadap aset lancar sangat sehat.
Kompetitor
PER di sektor perdagangan ritel terutama untuk perlengkapan bayi, dapat dikatakan murah jika berada di bawah PER 12. Sehingg PER saham BABY dan MICE masih dapat dikatakan murah secara sektoral, sayangnya UCID harus sedikit overvalued.
Namun, dalam menghasilkan laba bersih, MICE dan UCID lebih unggul dibandingkan dengan BABY yang justru mencatatkan NPM negatif karena Perseroan masih membukukan kerugian.
Bisnis
Kegiatan usaha Perseroan bergerak di bidang perdagangan, eceran atas produk sports, golf, kids, dan lifestyle. Kegiatan Perseroan tersebar diberbagai kota di Indonesia, antara lain adalah Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Medan, Makassar, Manado, dan kota-kota lainnya di Indonesia.
Sebagai perusahaan ritel pakaian bayi dan anak terkemuka, Perseroan bergerak di tiga bidang utama antara lain:
a) Ritel Offline
Perseroan bertindak sebagai pemegang lisensi eksklusif Indonesia untuk merek global bayi dan anak-anak seperti Mothercare, ELC, Gingersnaps, Justice dan Wilio dimana Perseroan mendapatkan produk dari prinsipal ini dan menjualnya di toko ritel milik Perseroan di berbagai pusat perbelanjaan.
![]() |
b) Ritel Online
Untuk memperkuat jangkauan pelanggan Perseroan, Perseroan telah meningkatkan kehadirannya secara online melalui penjualan produk di situs web dan platform e-commerce di Indonesia. Dengan cara ini pelanggan dapat memilih untuk pergi ke toko atau pengalaman online berdasarkan preferensi mereka.
c) Distribusi
Selain beberapa merek yang dijual Perseroan di tokonya sendiri, Perseroan menjual produk prinsipal dan produk sendiri di mitra pengecer melalui anak perusahaannya, KMG. Merek-merek tersebut antara lain sebagai berikut:
- Banz
- HEAD
- J&J
- MICRO
- NUBY
- Playgro
- TY Brand
- YAMATOYA
- ZOGGS
- PT Actavis Indonesia
Prospek Bisnis
Grafik diatas menunjukkan bahwa angka kelahiran anak di Indonesia menurun tajam sejak tahun 1990 ke tahun 2020. Menurut data World Population Prospects, pada tahun 1990 angka kelahiran anak di Indonesia masih di level 3,10. Artinya, setiap satu orang perempuan rata-rata melahirkan tiga anak sepanjang masa reproduksinya.
Kemudian di tahun-tahun berikutnya angka kelahiran anak di Indonesia bergerak turun hingga mencapai 2,15 pada tahun 2022. Secara kumulatif, angka kelahiran Indonesia sudah berkurang 30,64% selama periode 1990 hingga 2022.
Penurunan angka kelahiran di Indonesia tentu berpengaruh terhadap permintaan terhadap perlengkapan bayi. Semakin rendahnya angka kelahiran di Indonesia, maka hal ini akan mengancam bisnis di industri perlengkapan bayi dan pendukungnya.
Layak koleksi atau tidak?
Dengan kerugian yang masih dicatatkan oleh Perseroan karena tingginya beban-beban usaha membuat harga IPO yang ditawarkan oleh Perseroan menjadi kurang menarik. Selain itu, turunnya angka kelahiran di Indonesia dapat mengancam bisnis di industri perlengkapan bayi dan pendukungnya karena akan menyebabkan turunnya permintaan. Hal ini membuat IPO BABY menjadi kurang menarik, sehingga belum layak untuk dikoleksi sebagai investasi jangka panjang.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.