Sectoral Insight

Dunia Memanas, Sektor Energi Makin Mengganas!

Riset, CNBC Indonesia
21 August 2023 13:55
Batu bara
Foto: Pexels/igor

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks sektor energi (IDXENERGY) menjadi satu dari dua sektor yang menghijau saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot dan meninggalkan level psikologis 6.900 pada Jumat (18/8/2023).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ambles 0,59% ke 6.859,91, melanjutkan penurunan 0,21% pada Rabu (16/8) lalu. Dalam sepekan, IHSG turun 0,48% dan dalam sebulan melemah 0,06%.

Dari 11 indeks sektoral, 9 indeks memerah. Hanya IDXENERGY dan infrastruktur (IDXINFRA) yang menghijau, masing-masing 0,39% dan 0,07%.

Kenaikan IDXENERGY ditopang oleh emiten-emiten yang berkaitan dengan batu bara yang menguat seiring kenaikan harga komoditasnya. Emiten kapal yang mengangkut komoditas batu bara dan migas juga ikut melompat tinggi hari ini, seperti RIGS yang terbang 18,64% dan SOCI 14,92%.

Sedangkan, saham perdagangan batu bara SGER dan ARII melonjak 12,92% dan 9,41%. Saham anak usaha Adaro (ADRO), ADMR, juga terungkit 6,31%. ADRO sendiri naik 0,79%.

Demikian belasan emiten batu bara dan migas lainnya.

Soal batu bara, harga komoditas ini terus melanjutkan penguatan selama 10 hari beruntun dengan menguat hingga 11,4%. Harga batu bara bahkan mampu menembus US% 160 pada pekan lalu.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup di posisi US$ 160,75 per ton atau naik 3,04% pada perdagangan Jumat lalu(18/8/2023). Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 23 Mei 2023 atau tiga bulan terakhir.

Harga batu bara terus melonjak sejak Juli karena suhu udara yang mendidih. Tak hanya China, suhu mendidih juga melanda Vietnam hingga Eropa. Kondisi ini membuat penggunaan listrik meningkat sehingga kebutuhan batu bara pun naik

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan volume ekspor batu bara mencapai 231,83 juta ton pada Januari-Juli 2023 atau naik 4,8%.

India menjadi pasar terbesar dari sisi volume dengan angka mencapai 56,11 juta ton. Jumlah tersebut turun 23,13%. Berikutnya ada China dengan permintaan menyentuh 48,47 juta ton atau melonjak 61,7% pada Januari-Juli 2023.

Penguatan batu bara juga ditopang oleh aksi mogok pekerja gas alam cair (Liquified Natural Gas) Australia.

Pekerja di fasilitas Chevron Gorgon dan Wheatstone (LNG) di Australia akan mulai memberikan suara mulai Jumat pekan ini untuk memutuskan terkait aksi mogok karena perselisihan mengenai upah dan kondisi kerja, aliansi serikat pekerja dikatakan.

Regulator ketenagakerjaan Australia pekan lalu membuka jalan bagi aksi mogok di fasilitas tersebut dengan melakukan "pemilihan suara yang dilindungi," yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk secara diam-diam memilih apakah akan memulai aksi industri yang dilindungi atau tidak.

Aksi mogok pekerja Australia ukup berisiko signifikan pada harga komoditas energi, sebab berkurangnya produksi akan mengganggu pasokan Australia. Gas yang merupakan substitusi bahan bakar energi dari fosil, batu bara, berpotensi turut mengalami kenaikan harga jika pekerja Australia memutuskan penghentian.

Sentimen utama dalam pasar global batu bara juga dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan di pasar batu bara termal di Asia, yang diperkirakan akan mengalami pelemahan kembali dalam minggu ini. Perkiraan pasar menunjukkan kecenderungan "wait and see" karena para pembeli sedang menantikan sinyal positif yang lebih kuat.

Pelemahan ini disebabkan oleh melemahnya permintaan listrik dan aktivitas industri di kawasan Asia yang dipimpin oleh China.

Pertengahan musim panas di China telah mengakibatkan penurunan permintaan listrik di negara tersebut. Selain itu, harapan akan adanya kenaikan harga batu bara domestik akibat topan juga belum terwujud.

Dari sisi pasokan, stok batu bara di pabrik-pabrik China relatif tinggi. Pada awalnya, penimbunan stok dilakukan karena khawatir akan gangguan pasokan akibat dampak topan.

Dengan pasokan yang melimpah, diharapkan bahwa Negeri Tirai Bambu akan mengalami permintaan yang lemah pada bulan September-Oktober. Pelemahan permintaan ini juga berkaitan dengan redanya konsumsi listrik setelah berakhirnya musim panas.

Beralih ke India, tingginya penggunaan bahan bakar energi menyebabkan karbondioksida semester pertama tahun ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.

Utilitas India menggunakan campuran batu bara domestik kelas rendah ditambah impor untuk pembangkit listrik dan pengiriman batu bara ke konsumen batu bara terbesar kedua dapat memberikan indikator utama potensi emisi dari pembangkit listrik pesisir utama, yang merupakan salah satu yang terbesar di negara tersebut.

Sekitar 80% impor batubara termal India selama paruh pertama tahun 2023 berasal dari Indonesia, Afrika Selatan, dan Rusia, yang dikenal terutama mengekspor. batubara termal berkualitas rendah yang mengeluarkan CO2 dan sulfur dioksida saat dibakar di pembangkit listrik.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation