Sectoral Insight

5 Bank Digital Terbaik Semester I 2023, Allo Bank Juaranya

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
18 August 2023 20:30
Cover Artikel CNBC Indonesia Best Bank of The Year
Foto: Ilustrasi Bank (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas emiten bank digital di Indonesia mencatat pertumbuhan kinerja yang baik sepanjang semester I tahun 2023. Hal ini didorong tingginya margin bunga dan ekspansi kredit kepada nasabah.

Dari tujuh emiten bank digital terdapat dua emiten yang masih membukukan kerugian, dan lima berhasil membukukan laba meskipun satu dari lima emiten tersebut tercatat penurunan kinerja pada labanya.

Salah satu bank digital di Indonesia besutan Chairul Tanjung yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), mencatatkan kinerja topcer pada semester I 2023. Laba bersih semester I 2023 melesat43,58% menjadi Rp216,26 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp150,63 miliar.

Peningkatan laba bersih Perseroan berasal dari kenaikan pendapatan pada semester I 2023 sebesar 126,45% menjadi Rp491,94 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp217,24 miliar. Dengan demikian, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) naik ke level 8,52% dari sebelumnya di level 5,06%.

Beban operasional BBHI secara konsolidasian tercatat melonjak secara tahunan, dari sebelumnya Rp 17,48 miliar menjadi Rp 212,64 miliar per Juni 2023. Sehingga membuat biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) tercatat meningkat dari 48,98% menjadi 60,15% di semester I 2023.

Kemudian, dana pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan dari Rp 4,41 triliun di awal tahun, menjadi Rp 4,84 triliun di Juni 2023. Kinerja penyaluran kredit BBHI juga tercatat meningkat dari awal tahun sebesar Rp 7,21 triliun menjadi Rp 7,44 triliun pada Juni 2023.

Melihat dari sisi rasio kredit masalah atau non-performing loan (NPL), BBHI mencatat NPL terjaga di level 0,05% periode Juni 2023.

Sementara itu, rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) BBHI di periode Juni 2023 terpantau bertahan di level 0,49%. Sementara itu return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) masing-masing sebesar 4,59% dan 6,65%.

Sampai Juni 2023, Bank Jago melayani lebih dari 8,3 juta total nasabah, termasuk 6,7 juta nasabah funding pengguna aplikasi Jago. Jumlah pengguna aplikasi Jago tersebut naik lebih dari dua kali lipat bila dibandingkan dengan pencapaian Juni tahun lalu yang sekitar 3 juta nasabah.

BBHI telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) lebih dari Rp 500 miliar pada tahun 2023. Dana tersebut akan digunakan untuk memperkuat keamanan teknologi informasi (TI), dan pengembangan layanan digital.

Selanjutnya, ada bank digital lain yang juga mencatatkan kinerja ciamik sepanjang semester I 2023 yakni PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA). Laba bersih semester I 2023 Perseroan melesat 124,81% menjadi Rp20,75 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp9,23 miliar.

Kenaikan laba bersih Perseroan didorong oleh penyusutan beban bunga bersih 6,13% secara tahunan menjadi Rp145,38 miliar pada kuartal II 2023. Kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) juga susut dari Rp5,5 miliar pada kuartal II 2022 menjadi Rp3 miliar pada kuartal II 2023.

Pendapatan lainnya Bank Capital naik menjadi Rp459,49 miliar pada Juni 2023, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp454,76 miliar.

Rasio profitabilitas bank pun membaik. Tercatat, rasio imbal balik ekuitas (ROE) naik menjadi 1,29%. Lalu, rasio imbal balik aset (ROA) bank naik menjadi 0,26%.

Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga turun menjadi 98,60%. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.

Dari sisi intermediasi, emiten bank berkode BACA ini telah menyalurkan kredit Rp7,11 triliun pada semester I 2023, tumbuh pesat 201,27% secara tahunan. Aset pun naik 2,78% secara tahunan menjadi Rp21,38 triliun.

BACA juga mencatatkan perbaikan pada kualitas kreditnya. Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross BACA turun dari 0,21% pada Juni 2022 menjadi 0,07% pada Juni 2023. Dari sisi pendanaan, BACA telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp16,6 triliun, turun 6,58% secara tahunan pada enam bulan pertama 2023. Namun, dana murah atau current account savings account (CASA) bank naik 13,35% secara tahunan menjadi Rp9,25 triliun.

Bank digital Indonesia lainnya milik konglomerat Jerry Ng yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang berhasil mencatat kenaikan laba bersih sepanjang semester I 2023 sebesar 40,21% menjadi Rp40,5 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp28,9 miliar.

Peningkatan laba bersih ARTO didorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar Rp832,46 miliar, tumbuh 29,85 persen secara tahunan.

Pendapatan berbasis komisi atau fee based income juga naik 169,7% secara tahunan menjadi Rp16,56 miliar. Kemudian terdapat pendapatan lainya yang tumbuh enam kali lipat atau 521,73% secara tahunan menjadi Rp75,79 miliar.

Rasio profitabilitas ARTO pun membaik. Rasio imbal balik ekuitas (ROE) ARTO naik dari 0,76% pada Juni 2022 menjadi 1,13% pada Juni 2023. Lalu, rasio imbal balik aset (ROA) bank bertahan di level 0,57%.

ARTO juga berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah sebesar Rp 11,2 triliun pada semester I 2023, tumbuh 54% secara tahunan.

Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross ARTO turun dari level 2,7% pada Juni 2022 menjadi 1,2% pada Juni 2023. Lalu, NPL nett susut dari 1,41% pada Juni 2022 menjadi 0,19% pada Juni 2023.

Dari sisi pendanaan, ARTO telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp10,1 triliun, tumbuh 65% secara tahunan. Dana murah atau current account saving account (CASA) mendominasi komposisi DPK Bank Jago sebesar 71,4%, sedangkan sisanya merupakan deposito sebesar 28,6%.

Sampai Juni 2023, ARTO melayani lebih dari 8,3 juta total nasabah, termasuk 6,7 juta nasabah funding pengguna Aplikasi Jago. Jumlah pengguna Aplikasi Jago tersebut naik lebih dari dua kali lipat bila dibandingkan dengan pencapaian Juni tahun lalu yang sekitar 3 juta nasabah.

Dilansir dari CNBC Indonesia, Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan kinerja keuangan Bank Jago hingga kuartal II-2023 menunjukkan momentum yang baik dan on the right track. Bank Jago ingin menumbuhkan bisnis yang lebih besar lagi dengan terus berinovasi sebagai bank berbasis teknologi dan berkolaborasi dengan ekosistem digital.

Berbeda dengan bank digital sebelumnya, bank digital syariah Indonesia satu ini justru harus mencatatkan penurunan kinerja dengan bertambahnya kerugian.

PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) harus kembali mencatatkan kerugian pada semester I 2023 sebesar Rp96,25 miliar, angka ini naik 19,16% dibandingkan semester I 2022 sebesar Rp80,77 miliar.

Kenaikan kerugian Bank Aladin berasal dari lonjakan beban operasional Bank Aladin secara konsolidasian sekitar 94,54% menjadi Rp 204,84 miliar pada semester I 2023, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 105,29 miliar.

Beban tenaga kerja tercatat naik 55,36% secara tahunan dari Rp 60,56 miliar menjadi Rp 94,09 miliar di semester I 2023. Selain itu, beban promosi juga melesat 397,70% secara tahunan dari Rp 6,11 miliar pada tahun sebelumnya menjadi Rp 30,41 miliar pada semester I 2023.

Namun, Bank Aladin mencatat menyalurkan pembiayaan outstanding lebih dari Rp 2,1 triliun pada semester I 2023, tumbuh 50,4% dari posisi Desember 2022 sebesar Rp 1,4 Triliun.

Kenaikan ini berasal dari produk pembiayaan invoice financing, pembiayaan modal kerja dan pembiayaan investasi untuk nasabah UMKM dan korporasi, serta pembiayaan multiguna untuk nasabah ritel.

Pembiayaan tersebut berasal dari kolaborasi ekosistem bank dengan Alfamart sehingga kualitas pembiayaan bank terjaga sangat baik dengan rasio NPF di level 0,00%.

Kemudian pendapatan pengelolaan dana bank sebagai mudharabah juga mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 504,7% dari Rp23,3 miliar per Juni 2022 menjadi Rp 140,92 miliar per Juni 2023.

Selain itu, Bank Aladin telah meluncurkan QRIS dan Corporate Internet Banking untuk memperluas layanan perbankan ke segmen ritel dan segmen korporasi. Bank Aladin juga terus memperkuat kemitraannya dengan ekosistem Alfamart dengan melanjutkan peluncuran fitur Tarik Setor Tunai (Tarsetun) di gerai Alfamidi yang mempunyai lebih dari 2.000 gerai di seluruh Indonesia.

Kerja sama ini mencerminkan eksekusi lanjutan dari kerjasama dengan Alfamart grup dan dipercaya akan mempermudah serta mendekatkan masyarakat khususnya segmen underbanked dengan transaksi perbankan untuk kebutuhan sehari-hari.

Tak jauh berbeda dari Bank Aladin, bank digital satu ini juga masih membukukan kerugian meskipun kerugiannya telah menurun.

PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mencatatkan kerugian pada sepanjang semester I 2023 sebesar Rp326,77 miliar, angka kerugian ini turun 46,56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp611,44 miliar.

BBYB mencatat peningkatan penyaluran total kredit pada semester I 2023 menjadi sebesar Rp10,11 triliun, atau naik 43,57% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2022 yang sebesar Rp7,04 triliun.

Peningkatan kredit ini sejalan dengan adanya kerjasama partnership dan channeling serta penyaluran secara digital melalui aplikasi neobank . BBYB terus fokus dalam penyaluran kredit di sektor mikro dan menengah.

Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BBYB meningkat sebesar 37,11% menjadi sebesar Rp15,23 triliun pada semester I 2023, bila dibandingkan dengan semester I 2022 yang sebesar Rp11,11 triliun.

Seiring dengan kenaikan total kredit dan kenaikan DPK, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BBYB juga ikut meningkat secara signifikan menjadi Rp1,38 triliun atau naik sebesar 152,07% hingga akhir Juni 2023 dibandingkan denga posisi Juni 2022 yang sebesar Rp547,06 miliar.

Kemudian Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BNC di akhir semester I 2023 sebesar 115,99%, mengalami penurunan yang cukup besar sebesar 40,76%, dari 156,75% pada periode semester I 2022.

Rasio net interest margin (NIM) pada Juni 2023 juga berhasil naik menjadi 16,15% dari 10,16% di Juni 2022, atau naik sebesar 5,99%.

Fokus utama BBYB adalah terus melengkapi berbagai layanan dan produk keuangan yang disajikan secara digital di aplikasi neobank. Saat ini, aplikasi neobank menjadi salah satu aplikasi perbankan yang paling lengkap, terutama bila dibandingkan dengan aplikasi perbankan dengan layanan digital lainnya.

Bank digital Indonesia lainnya yang merupakan anak usaha dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga mencatatkan penurunan kinerja meskipun masih membukukan laba.

PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) mencatatkan penurunan laba sepanjang semester I 2023 sebesar 9,72% menjadi Rp9,27 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp15,4 milliar.

Anjloknya laba AGRO sejalan dengan penurunan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 34,5% secara tahunan menjadi Rp233,8 miliar dari Rp357,21 miliar.

Pendapatan bunga AGRO pun turun 17,79% secara tahunan menjadi Rp446,28 miliar. Sementara itu, beban bunga naik 14,44% secara tahunan dari Rp185,64 miliar menjadi Rp212,45 miliar pada Juni 2023.

Dari sisi rasio keuangan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) Bank Raya terpantau menebal 2.107 basis poin (bps) dari 25,53% pada Juni 2022 menjadi 46,60% pada Juni 2023.

Kemudian, rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) tercatat turun 124 bps dari 3,53% menjadi 4,77 pada akhir semester I 2023. Rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) terlihat mengalami perbaikan. NPL gross tercatat 4,35% dari 5,96%, sedangkan NPL net dari 2,57% menjadi 1,75%.

Diketahui Bank Raya telah menyalurkan pinjaman mencapai Rp 6,04 triliun, dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun lalu terjadi penurunan sebesar 35% dari posisi sebelumnya Rp9,27 triliun. Dengan demikian aset Bank Raya mencatatkan penurunan sebesar 17% menjadi Rp12 triliun dibanding periode sebelumnya Rp14,48 triliun.

Bank Raya telah meraup total simpanan nasabah Rp8,2 triliun, turun 28,76% secara tahunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp11,51 triliun. Simpanan deposito mendominasi himpunan DPK Bank Raya per Juni 2023 senilai Rp6,23 triliun atau sebesar 75,98 persen dari total DPK.

Bank Raya terus berupaya menggenjot bisnis di tahun ini. Bank Raya berupaya menggenjot penyaluran kredit berbasis pinjaman digital. Saat ini Bank Raya memiliki beberapa fasilitas kredit seperti Pinang Flexi, Pinang Performa, Pinang Maksima, dan Pinang Connect.

Selain itu, Bank Raya berupaya meningkatkan customer based yang disertai meningkatnya transaksi nasabah. Untuk mencapai target tersebut Bank Raya akan memperluas ekosistem dan kerjasama yang berfokus pada close loop ecosystem, kemudian pengembangan fitur pada aplikasi Raya apps.

Dan bank digital terakhir yakni PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) berhasil mencetak laba pada semester I 2023 setelah mengalami kerugian pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada semester I 2023 AMAR mencatatkan laba sebesar Rp 85,04 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya masih mencatatkan kerugian sebesar Rp88,09 miliar.

Penunjang laba bersih AMAR didorong oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang meningkat 18,18% menjadi Rp 401,75 miliar dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 339,96 miliar.

Selain itu, pendapatan bunga Amar Bank mengalami pertumbuhan 5,27% pada semester I 2023 menjadi Rp 437,87 miliar dari Rp 415,93 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Hal ini membuat penyusutan beban bunga sebesar 52,45% secara tahunan pada enam bulan pertama tahun ini menjadi Rp 36,12 miliar.

Kemudian rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) pun susut 3.538 bps menjadi 85,82% pada semester I 2023 dari level 121,20% pada semester I 2022.
Hal ini menunjukkan perseroan semakin efisien dalam menjalankan usahanya. Tak hanya itu, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) juga mengalami perbaikan. NPL gross tercatat menurun 203 bps menjadi 7,33% sedangkan NPL net turun 80 bps menjadi 1,84% per semester I 2023.

AMAR juga konsisten menjaga efektivitas penyaluran kredit dan pengelolaan aset produktif secara prudent, tercermin dari rasio NPL sebesar 1,84%.

Dari rasio lainnya, rasio BOPO juga mengalami tren penurunan, mencapai 85,82% dibandingkan dengan angka sebelumnya yaitu 121,20% pada Juni 2022.

Sementara dari sisi intermediasi, penyaluran kredit Bank Amar tercatat turun tipis 1%, dari Rp 2,26 triliun menjadi Rp 2,24 triliun pada semester I 2023. Alhasil aset bank Amar ikut meningkat 23% secara tahunan menjadi Rp 4,67 triliun pada semester I 2023.

Pencapaian tersebut merupakan hasil kontribusi Tunaiku sebagai platform pinjaman digital Amar Bank yang menyalurkan pinjaman kepada individu maupun UMKM, serta pertumbuhan dalam penyaluran kredit komersial dan korporasi.

Dari sisi pendanaan, tercatat total simpanan dana pihak ketiga (DPK) bank susut 12% menjadi sebesar Rp 1,10 triliun, dari capaian pada periode sebelumnya Rp 1,24 triliun.

Penurunan dana simpanan nasabah disebabkan oleh simpanan dana murah atau current accounts savings accounts (CASA) yang juga turun 19% secara tahunan menjadi Rp 176,49 miliar.

Ke depan, AMAR akan terus berkomitmen untuk mempertahankan kinerja positifnya dengan menyediakan layanan keuangan digital yang inovatif guna meningkatkan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, terutama individu dan UMKM yang masih memiliki keterbatasan akses terhadap layanan keuangan.

Dari Bank Indonesia, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo BI memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2023 dalam kisaran 9%-11% secara tahunan. Angka ini sudah dipangkas dari target sebelumnya.

Sebelumnya, BI optimis pertumbuhan kredit pada tahun 2023 berada di kisaran 10%-12% secara tahunan. Optimisme tersebut tercermin dari pertumbuhan kredit perbankan pada Desember 2022 yang tumbuh sebesar 11,35% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 5,24% secara tahunan.

Revisi pertumbuhan kredit tersebut dikarenakan pertumbuhan kredit makin melambat. Tercatat hingga Juni 2023 kredit hanya sebesar 7,76% secara tahunan terutama ditopang oleh sektor jasa dunia usaha, jasa sosial, dan pertambangan. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 9,39% secara tahunan.

Di tengah longgarnya sisi penawaran oleh tersedianya likuiditas, tingginya rencana penyaluran kredit, serta longgarnya standar penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan, korporasi cenderung mempercepat pelunasan kredit, dan berperilaku wait and see dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation