
Ini Sederet Strategi Baru J Trust untuk Arungi Era Digital Bank

Jakarta, CNBC Indonesia - Urusan hidup manusia saat ini lekat dengan teknologi. Mulai dari kehidupan sehari-hari sampai urusan doku alias uang, semua serba canggih.
Zaman sekarang orang tidak perlu lagi punya dompet tebal yang berisi gambar Bung Karno dan Bung Hatta yang tercetak dalam pecahan Rp100.000-an. Atau foto pahlawan Pattimura yang terlipat memojok di ujung dompet.
Saat ini zamannya e-wallet alias dompet elektronik atau digital. Uang tersimpan tanpa wujud riil. Bayar-bayar tinggal scan barcode dengan QRIS (dibaca: KRIS) semua beres.
Anti ribet, cepat, dan mudah yang ditawarkan teknologi keuangan. Masyarakat pun mulai terbiasa dan nyaman dengan adaptasi sistem yang baru.
Berdasarkan Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan Indonesia (SPIP) Bank Indonesia pada November 2023, terjadi pertumbuhan yang signifikan pada volume transaksi uang elektronik sejak 10 tahun terakhir.
Sejak tahun 2012, jumlah volume transaksi uang elektronik hingga 2023 (akumulasi Januari-Oktober 2023) telah tumbuh 16.970%. Jumlahnya adalah 17,18 miliar kali pada 2023 dibandingkan 100,64 juta kali pada 2012.
Minat masyarakat terhadap transaksi teknologi makin besar, terutama saat dan setelah pandemi Covid-19. Volume transaksi uang elektronik tertinggi sejak 2009 tercatat pada Februari 2020 sebesar 2,37 miliar kali. Total pada 2015 tercatat volume transaksi uang elektronik sebesar 15 miliar kali, naik dua kali lipat dibandingkan 2019 sebesar 7 miliar kali.
![]() Volume Transaksi Uang Elektronik vs ATM + Debit |
Tak hanya volume transaksi uang elektronik yang bertumbuh, tapi juga dari sisi nilainya. Nilai transaksi uang elektronik akumulasi Januari hingga Oktober 2023 tercatat Rp1.505 triliun. Dibandingkan 2012 tercatat Rp1,97 triliun atau tumbuh 763%.
Menariknya adalah nilai transaksi uang elektronik masih lebih rendah dibandingkan ATM dan debit.
Ini artinya ruang pertumbuhan uang elektronik masih luas. Sebab volume dan nilai uang elektronik meningkat signifikan. Sementara nilai dan volume transaksi ATM dan debit cenderung stagnan.
![]() Nilai Transaksi Uang Elektronik vs ATM & Debit |
Hal ini juga yang menciptakan permintaan alias peluang untuk memperlebar spektrum adaptasi teknologi di industri keuangan, terutama sektor perbankan.
Bank yang turut melakukan adaptasi digital adalah PT Bank JTrust Indonesia Tbk. Bank dengan aset Rp37 triliun per September 2023 tersebut mengatakan akan ada pengembangan dari sisi digitalisasi .
"Mereka (nasabah J trust) Bank rata-rata yang belum terlalu concern terkait digital dan itu jenis nasabah yang dibidik. Rata-rata merupakan company yang dalam layer bertumbuh. Sehingga sedang fokus pada pertumbuhan perusahaan sendiri. Jadi itu yang disupport," ungkap SEVP Business J Trust Bank, Saptono A kepada CNBC Indonesia.
"Kita pastikan usaha merek meningkat dan tumbuh dengan baik untuk usaha mereka dari sisi lending maupun funding. J trust Bank sehingga kebutuhan digital transaksi komersial belum terlalu banyak."
Fokus pengembangan digitalisasi J Trust Bank adalah pelayanan pembayaran kebutuhan sehari-hari bagi nasabah maupun calon nasabah. Â
Sehingga J Trust Bank bisa jadi one stop solution untuk berbagai transaksi keuangan.
Pembayaran sehari-hari misalnya untuk bayar listrik di PLN, bayar air PDAM, bayar TV kabel dan saluran pembayaran lainnya yang banyak digunakan.
Tidak cuma pembayaran, J Trust Bank akan lebih banyak bekerja sama dengan channel dompet digital seperti GoPay, OVO, Link Aja, dan DANA.
Strategi ini tentu saja dapat meningkatkan layanan digital bagi nasabah atau calon nasabah dan menjadi added value bagi J Trust Bank sebagai bank yang menawarkan layanan keuangan lengkap.
Harapannya, inovasi digital J Trust Bank juga dapat memaksimalkan potensi funding dan lending yang merupakan bisnis utama perbankan. Ini karena kue digital Indonesia masih sangat besar.
Menurut Bank Indonesia, jumlah masyarakat yang belum mengakses layanan perbankan sebesar 97,7 juta orang atau 48,8% dari penduduk.
Angka 48,8% tersebut akan menjadi sasaran bagi layanan keuangan baik perbankan maupun lainnya. Untuk menjangkaunya, digitalisasi menjadi solusi seiring dengan masyarakat Indonesia yang sudah memiliki akses internet yang lebih luas.
Data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) menjelaskan bahwa sekitar 210 juta dari 272 juta penduduk Indonesia sudah memperoleh akses internet pada 2021.
Survei yang dilakukan oleh APJII menyimpulkan bahwa sebanyak 79% responden survei menggunakan internet untuk transaksi online, sedang 72% responden mengakses layanan keuangan.
Pengembangan layanan keuangan digital di sektor keuangan sejalan dengan arah pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Nilai ekonomi digital Indonesia secara keseluruhan bisa mencapai US$ 82 miliar (Rp 1.307 triliun) berdasarkan proyeksi gross merchandise value (GMV) sepanjang 2023. Angka ini didapat dari hasil riset eConomy SEA 2023 yang dirilis oleh Google bersama Temasek, dan Bain & Company.
![]() GMV Digital Economy (US$ Miliar) |
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan naik lebih tinggi dibanding rata-rata regional dan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital
Pergerakan layanan keuangan digital di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dan akan berlangsung dalam jangka waktu panjang termasuk pembayaran non-tunai, investasi, asuransi digital, buy now pay Later, dan transfer dana.
Laporan e-Conomy SEA 2023 memperkirakan pembayaran non-tunai diperkirakan akan mencapai US$313 miliar pada 2023, naik 10% dari tahun sebelumnya dalam nilai transaksi bruto (gross transaction value).
Bahkan, pembayaran non tunai pada tahun 2030 diprediksi tumbuh pesat menjadi US$760 miliar. Pembayaran non-tunai ini termasuk pemakaian kartu kredit, kartu debit, kartu prabayar, dompet elektronik, dan transfer antar rekening.
Tantangan ke Depan
Meskipun penuh potensi ke depan, digitalisasi perbankan memiliki tantangan yang besar juga.
Pertama, soal investasi untuk membangun digital perbankan. Hal ini membutuhkan biaya besar karena harus membangun infrastruktur dari teknologi informatika, keamanan, data, integrasi data, sampai tampilan dan fungsi konsumen yang selalu diperbarui.
Terutama soal keamanan data yang menjadi isu penting dalam dunia digital. Kaitannya dengan rasa percaya nasabah untuk menyimpan uang dan datanya di bank.
Jangan sampai data nasabah dibobol oleh hacker atau bahkan ada perubahan saldo yang merugikan nasabah.
Bagi bank pertaruhannya adalah citra perusahaan. Apalagi saat ini zamannya informasi terbuka. Ada ketidakpuasan pelanggan bisa-bisa viral sehingga mencoreng nama bank.
Risiko ini yang diantisipasi oleh J Trust Bank dengan memperkuat infrastruktur IT mereka dalam menghadapi era digitalisasi.
Maka dari itu, J Trust Bank memiliki arah dan strategis serta tetap berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian dalam menghadapi era modern yang serba digital saat ini dan ke depan.
Strategi memperkuat infrastruktur IT, memperbanyak kerja sama dengan pihak ketiga demi melengkapi fitur, hingga antisipasi terhadap penyelewangan merupakan bentuk komitmen dan kesiapan J Trust Bank.
CNBCÂ INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)