Fundamental Pundit

Menilik Prospek Bisnis Emiten BAYU, Masa Depan Suram!

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
18 August 2023 17:25
Pecalang Bali berpatroli di luar bandara internasional Ngurah Rai di Badung, Bali. (NurPhoto via Getty Images)
Foto: Pecalang Bali berpatroli di luar bandara internasional Ngurah Rai di Badung, Bali. (NurPhoto via Getty Images)
  • PT Bayu Buana Tbk (BAYU) merupakan perusahaan di sektor pariwisata yang kinerjanya sedang terdorong seiring dengan industri pariwisata yang sedang diminati.
  • Sayangnya, industri pariwisata nasional tercatat memuncak tahun Januari 2023 dan menunjukkan potensi downtrend akibat sedikitnya hari libur semester-II. 
  • Saham BAYU telah melesat 65% dalam 3 bulan, namun terdapat potensi perbalikan arah akibat industri wisata menunjukkan tren penurunan, sehingga menjadi risiko anjloknya kinerja seiring laba yang telah memuncak.

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bayu Buana Tbk (BAYU) membukukan pertumbuhan kinerja signifikan pada kuartal pertama dan kedua 2023. Sayangnya, pariwisata nasional mulai menunjukkan penurunan dari titik tertingginya pada Januari 2023.

BAYU sebagai perusahaan yang pendapatan utamanya dari tur dan penjualan tiket tentunya memiliki korelasi kinerja, seiring minat pariwisata yang menunjukkan adanya downtrend dari industri.

Sebelumnya, permintaan pariwisata melesat diakibatkan tahun ini cukup banyak tanggal merah panjang yang memberi kesempatan masyarakat untuk berlibur. Pasalnya, pada periode April-Juni tahun ini terdapat dua momen Lebaran yakni Idul Adha dan Idul Fitri.

Pemerintah juga memberikan dua kali cuti bersama panjang. Hal tersebut mampu mendongkrak perjalanan masyarakat serta aktivitas ekonomi.
Sebagai catatan,momen Ramadan tahun ini jatuh pada Kuartal I (Maret) sementara Lebaran Idul Fitri pada kuartal II (April).
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Hari Raya Idul Adha juga jatuh pada kuartal II (akhir Juni).

Namun, libur lebaran idul Adha gagal memacu tingkat pariwisata dengan mencatatkan perjalanan terendah sepanjang 2023.

Melansir BPS, terdapat tren kenaikan jumlah perjalanan wisatawan yang memuncak pada Januari 2023 berada di 660 ribu. Namun, data Juni 2023 menunjukkan penurunan 21% dari titik tertingginya, sehingga berada di 521,5 ribu perjalanan menjadi terendah sejak Oktober 2022.

Penurunan ini dikhawatirkan akan terus berlanjut seiring dengan hari libur nasional dan cuti Bersama 2023 pada paruh kedua tahun ini tercatat hanya sebanyak 5 hari dibanding paruh pertama yang sebanyak 20 hari.

Rendahnya jumlah libur berpotensi menekan minat berwisata masyarakat nasional. Alhasil, kinerja perusahaan tur dan penjualan tiket berisiko turut tertekan pada paruh kedua tahun ini.

Dampak Perjalanan Wisatawan terhadap Kinerja BAYU

Kinerja sektor pariwisata berkorelasi dengan tingkat pendapatan BAYU. Pendapatan perseroan memuncak pada kuartal-IV 2022. Namun, BAYU terus mengalami penurunan pendapatan beruntun pada dua kuartal selanjutnya.

Keberhasilan pemulihan sektor pariwisata berpotensi tidak mampu berlanjut, sebab kinerja riil yang terlihat dari sisi pendapatan atau top line sebagai cerminan industri mengalami tren penurunan.

Memuncaknya pariwisata pada Januari 2023 terjadi disebabkan pariwisata telah recovery atau mengalami perbaikan. Namun, sektor ini belum sepenuhnya dapat pulih, sebab pendapatan BAYU masih terlihat lebih rendah dibanding pra pandemi (2019)

Walau begitu, perbaikan kinerja dari sisi bottom line telah menunjukkan perkembangan signifikan, sebab laba bersih telah menunjukkan nilai yang lebih baik dibanding 2019, bahkan secara kuartalan laba bersih kuartal-II 2023 telah membaik hingga menyentuh laba tertinggi sepanjang masa (All Time High/ATH).

Namun, kinerja yang memuncak akan menjadi risiko pada perusahaan yang bergantung pada industri. Hal ini disebabkan perilaku pasar biasa bertindak mendahului kinerja keuangan dengan melihat faktor makro.

Tren pariwisata mulai menunjukkan penurunan pada Juni 2023, hal ini menjadi potensi industri pariwisata juga akan terus menurun seiring dengan terbatasnya tanggal merah dan tingkat perjalanan Juni 2023 yang terendah sepanjang tahun.

Laba bersih semester-I BAYU telah diapresiasi pasar dengan kenaikan 65%

Kenaikan laba bersih disebabkan oleh perseroan disebabkan adanya efisiensi, khususnya beban usaha (Selling Expense, General & Administration/SG&A). Beban ini mengalami perbaikan sebesar 47,5% padahal pendapatannya terkoreksi 13,7%.

Efisiensi tercermin dari beban iklan dan promosi serta gaji dan tunjangan yang menyusut signifikan. Beban iklan dan promosi turun 8,5% atau setara 2 miliar dan beban gaji turun 2,6% atau setara 8,1 miliar. Kedua komponen ini yang menjadi penyebab kinerja kuartal kedua 2023 dapat lebih baik dibanding kuartal-IV 2019 (ATH sebelumnya).

Namun, perbaikan kinerja tersebut telah diapresiasi pasar dengan kenaikan harga saham dalam 3 bulan terakhir melesat 65%. Melesatnya saham BAYU menyebabkan emiten ini tidak lagi undervalue. Saham BAYU berada di harga wajarnya dengan price to book value (PBV) sudah berada di nilai 1,2 kali di atas kategori saham murah yang berada di bawah 1 kali.

Kas tinggi, tidak ada aksi korporasi?

BAYU memiliki saldo kas yang tinggi berada di Rp 492 miliar pada kuartal-II 2023. Sayangnya, kas tinggi yang dimiliki tidak tercermin dari aksi korporasi yang signifikan pada perseroan.

Sebagai informasi, saldo kas dapat digunakan untuk membayar utang, membeli saham kembali (buyback), untuk ekspansi bisnis (capital expenditure/capex), dan membagikan dividen.

BAYU yang tidak memiliki utang berbunga, otomatis akan memilih aksi korporasi selain itu. Salah satu aksi korporasi yang terlihat signifikan yaitu pembagian dividen. BAYU membagikan dividen pada periode 2020-2023 dengan kisaran Rp 8-16 miliar atau Rp 25-50 per saham.

Rendahnya nilai tersebut tidak diiringi dengan kiat nyata perseroan dalam memanfaatkan kasnya dengan buyback atau ekspansi. Perseroan malah memilih meletakkan kas dalam bentuk deposito sebesar Rp 406,4 miliar atau 82,6%.

Hal ini mengindikasikan bahwa bisnis BAYU telah saturated, sehingga tidak dimanfaatkan pengembangan bisnis yang seharusnya diharapkan dapat membeli imbal hasil lebih tinggi dibanding deposit.

Valuasi

Standar Deviasi BAYUFoto: Source: Stockbit
Standar Deviasi BAYU

BAYU sebagai pemain di industri pariwisata, khususnya tur dan penjualan tiket tidak memiliki perusahaan serupa. Hal ini menjadikan teknik valuasi dapat dilakukan dengan menggunakan standar deviasi dari perbandingan harga saham dengan nilai bukunya (PBV).

Data Stockbit mencatat PBV Band dari BAYU berada di 1,19 kali. Nilai ini lebih tinggi dari +2 PBV standar deviasi yang menunjukkan PBV perseroan berada di level tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Tingginya level PBV dalam 3 tahun dan potensi penurunan kinerja laba bersih seiring perlambatan industri pariwisata akan menjadi sentimen positif saham BAYU kembali terkoreksi.

Layakkah Investasi?

Industri pariwisata tampak mulai menunjukkan adanya penurunan, setelah memuncak pada Januari 2023. Selain itu, tingkat perjalanan wisatawan nasional yang cukup tinggi di semester pertama digenjot oleh hari libur yang juga tinggi sebanyak dua hari. Namun, semester kedua ini jumlah hari libur tercatat hanya sebanyak 5 kali. Ini berpotensi menyebabkan kinerja topline atau pendapatan BAYU akan tergerus pada kuartal selanjutnya.

Potensi penurunan akan diperparah dengan laba bersih BAYU yang memuncak pada kuartal-II 2023, sehingga ini akan mengecewakan investor dan ada potensi harga saham anjlok. Potensi penurunan terjadi seiring harga saham BAYU yang juga telah melesat 65% selama 3 bulan.

Selain itu, kas BAYU juga cukup tinggi dan bebas utang tidak dimanfaatkan dengan baik. BAYU tidak terpantau melakukan aksi korporasi seperti buyback, peningkatan pembagian dividen, atau belanja modal yang seharusnya dapat memberi nilai tambah pada pemegang saham.

Ini menandakan saham BAYU akan mengalami fase perbalikan arah, sehingga harga saham perseroan yang telah melesat hingga berada di standar deviasi yang tinggi akan kembali ke harga wajarnya. Berdasarkan hal tersebut, investor perlu berhati-hati dalam berinvestasi di emiten BAYU. Jika perseroan kembali ke nilai book value di 1.176, akan ada potensi downside risk sekitar 16%.

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation