Seri Underground Economy

Perbudakan di Bisnis Pijat Vitalitas Online Merajalela

CNBC Indonesia Research, CNBC Indonesia
15 August 2023 14:07
psk online
Foto: CNBC Indonesia Research
Para orang susah makin banyak, terkena PHK di masa pandemi dan belum bekerja lagi, baik perempuan, maupun laki-laki, setengah tua dan belia ada yang terjebak pada bisnis prostitusi terselubung pijat panggilan. Praktik mereka tidak lagi di rumah bordil, apartemen atau hotel, mereka datang melayani pijat biasa, vitalitas (hand job-blow jobs) hingga bersenggama di ranjang tempat tinggal para pelanggan. Sementara, pemilik platform layanan tinggal ongkang-ongkang kaki, entah dimana berada sembari menunggu setoran transfer sebesar 70% penghasilan para terapis mereka yang terpaksa melakukannya demi bisa makan dan hidup saja.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 membuat periuk nasib Mawar, perempuan setengah tua itu berantakan. Ia tidak bisa lagi mengirimkan uang kepada orang tuanya di kampung, Pandeglang, Banten untuk membelikan susu dan kebutuhan anak semata wayangnya. Mawar, janda muda itu juga tak bisa lagi membayar uang kos di gang-gang kumuh sempit yang terhimpit pohon beton, di jantung Ibu Kota Negara, Thamrin, Jakarta.

"Ya saya terpaksa pindah ke tempat tante, sambil mencari uang sebisanya," ujar dia. Mawar, sebenarnya masih bisa bekerja bila mau mengikuti ajakan majikan untuk pindah ke Bandung. Sang majikan menyerah, bisnis salonnya sepi peminat, dan bersama jutaan usaha kecil menengah mikro lainnya yang kolaps semasa Pandemi Covid 2020, hingga statusnya di cabut beberapa waktu lalu bertahan hidup sebisanya. Majikan Mawar, bertahan dengan memindahkan usahanya balik kampung, dari Tanah Abang, Jakarta Pusat ke Bandung. "Saya ditawarin, ada mess-nya, cuma saya nggak mau, jauh dari anak," tutur dia.

Untuk menggambarkan betapa peliknya situasi oleh Mawar dan majikannya adalah keputusan pahit pun juga harus diambil oleh raksasa layanan servis digital PT. GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Mereka menutup tiga layanan non inti yaitu GoMassage dan GoClean, serta Go-Food Festival. Ketiga layanan tersebut termasuk dalam layanan Go-Life. Mereka menutup Dampak dari penutupan layanan tersebut adalah 430 karyawan atau sembilan persen dari total karyawan terpaksa harus di-PHK. Menurut manajemen keputusan PHK ini merupakan satu-satunya keputusan pengurangan karyawan yang Gojek lakukan di tengah situasi covid-19.

Mawar adalah salah satu terapis pijat online. Selayaknya terapis pada rumah pijat dan spa yang dulu menjamur dimana-mana, ia datang dengan perlengkapan lengkap, yakni cuma bodylotion. Bedanya, pakaiannya sopan, tidak begitu syurdibandingkan rata-rata rumah pijat vitalitas yang membuka jasa di rumah dan ruko. Mawar adalah satu terapis yang bernaung di dua penyedia jasa pijat panggilan online sekaligus, namanya A**** Spa & Massage dan D***** Spa & Massage.

Terpaksa Melacur Demi Hidup

Tarif pijat tradisional yang ditawarkan layanan pijat online ini rata-rata sama, berkisar Rp 250 ribu sampai Rp 350 ribu untuk 60-90 menit pijat. Seperti bisnis kemitraan digital, inti dan plasma macam ojek online tarif itu akan masuk kantong pemilik platform dan pekerja. Namun, pembagian di bisnis pijat online sangat timpak, tidak adil dan cenderung menjerumus ke perbudakan. Dari pendapatan itu, 70% masuk kantong, sementara 30% diberikan hak terapis, ini sangat jauh berbeda dengan bisnis resmi seperti ride hailing, yang kutipan bagi pemilik platform bisa terbalik. Bahkan, 30% itu saja sudah termasuk ongkos terapis menuju lokasi konsumen.

Sebagai contoh, Mawar harus merogoh kocek sendiri dari bagian yang ia terima untuk bayar ojek dari pusat kota menuju Ciledug, Jakarta-Barat. Anggap saja, paling murah ongkosnya bolak balik Rp75 ribu, maka dari tarif pijat Rp300 ribu untuk satu jam, dia cuma mengantongi Rp 25 ribu saja. Lantas, mengapa ia tetap mau? Maka disinilah perbudakan paling kejam itu hadir, dimana mau tidak mau Mawar menawarkan jasa pijat vitalitas, atau urut kelamin atau populer disebut hand jobs.

Fitur layanan ini di luar pemilik platform, bentuknya deal-dealan pribadi dengan konsumen. Mawar mematok angka Rp200 ribu, untuk layanan plus plus ini. "Ya bagaimana, mereka bilang biaya bikin website dan manajemennya mahal. Saya sih, maksimal paling ya pijat vitalitas, kalau selebihnya (senggama) saya tidak mau. Saya masih ada keinginan keluar dari profesi ini, semoga saja ada kesempatannya," ujar Mawar.

Kisah tak jauh berbeda dialami Bunga yang merupakan salah satu terapis muda di bisnis ini, usianya mau beranjak 21. Sebagai informasi, rata-rata terapis di jasa pijat online ini sudah mulai uzur, umur 28 tahun ke atas. "Tidak ada pilihan ya mas, soalnya saya kena PHK karena hotel sepi pengunjung waktu Covid-19, dan setelah sekarang kondisi normal mereka sudah tidak mau menerima saya kerja lagi," tutur gadis belia bertubuh sintal dari Indramayu ini.

Karena masih muda, Bunga punya daya tawar yang tinggi dari Mawar untuk mendapatkan cuan lebih banyak. Seperti juga, Mawar, 70% uang tarif pijat ditransfer ke pemilik, sementara setelah dipotong biaya transport tinggal tersisa beberapa puluh ribu. Tentu dia harus cuan, maka dengan tubuh yang lebih molek, Bunga menawarkan full services sampai bercinta di ranjang dan sofa pelanggan sampai sepuasnya. "Biasanya saya Rp1,5 juta, cuma ya bisa negolah, apalagi lagi sepi beberapa waktu ini," kata dia.

Baik Mawar dan Bunga biasanya melayani dua pelanggan dalam satu hari, paling apes satu orang atau tidak sama sekali. Mawar bilang, rata-rata tanpa layanan senggama ia bisa mengantongi Rp12-15 juta per bulan, sementara Bunga bisa Rp25 jutaan. Tidak hanya wanita saja dalam bisnis ini yang terjerat situasi simalakama itu, sebab platform pijat online panggilan ini juga menyediakan terapis pria, untuk jasa yang kurang lebih sama.

Baca lebih lengkap bisnis prostitusi ini pada liputan sebelumnya: Menjerat Om-Om Dengan Staycation

Perbudakan sangat kental di bisnis ini karena pemilik platform layanan pijat ini menggunakan ketidaktahuan dari para terapis bila jasa pembuatan website untuk memasarkan jasa ini bahkan bisa dibiayai dari sekali tarif kencan. Periksa saja, googling; jasa pijat panggilan, maka rata-rata platform website itu sangat sederhana, berbasis satu halaman muka atau landing page. Cek saja harga pembuatannya di jasa hosting murah, biayanya tak lebih dari Rp200 ribu untuk website jadi, siap pakai.

Yang menarik adalah, baik Mawar dan Bunga tidak pernah bertemu dengan pemilik platform mereka, karena tidak memiliki kantor fisik. Mereka misalnya tidak tahu, dimana partner mereka itu berada. Biasanya, mereka cuma direktur dan dihubungi orang yang kenal secara pribadi, atau dikenalkan oleh terapis yang terlebih dahulu terjun ke profesi itu. CNBC Indonesia pernah mencoba untuk berpura-pura untuk melamar sebagai terapis.

"Kirimkan saya fotonya dan tinggal dimana," kata salah satu customer services platform pijat online yang cukup ternama. "Ya boleh, nanti akan dihubungi kalau ada permintaan," ujarnya tanpa mau meneruskan perbincangan. Mereka misalnya tidak mempersyaratkan apakah terapis punya keahlian training yang memadai. Makanya, seringkali terapis antar platform ini adalah orang yang sama, seperti halnya pada pekerja ojek online yang bermitra dengan merek berbeda.

Pengangguran Terselubung Merebak

Dari pengamatan selama satu dekade terakhir, kombinasi kemajuan teknologi digital, serapan tenaga kerja formal rendah dan kebijakan pemerintah turut serta memicu menjamurnya praktik prostitusi mandiri berbasis online di Indonesia. Dimulai dari lonjakan kepemilikan telepon seluler tahun 2012 oleh ponsel murah bersistem operasi Android, angka pengangguran pemuda yang tinggi, dan kebijakan penutupan lokalisasi PSK pada 2014 memicu pekerja seks berbondong-bondong menawarkan jasanya secara virtual. Jasa pijat vitalitas ikut dalam arus itu.

Sumber kuat CNBC Indonesia di Kementerian Ketenagakerjaan mengungkapkan bahwa fenomena "staycation bareng bos' demi karyawati memperpanjang kontrak di pabrik-pabrik di CIkarang beberapa waktu lalu benar adanya. Berdasarkan penelusuran Kemenaker, fenomena itu banyak terjadi, baik dilakukan secara sadar dan sukarela maupun terpaksa karena keadaan agar tidak kehilangan pekerjaan.

Posisi buruh perempuan muda memang dilema, kata dia. Bahkan, tren buruh menjadi pekerja seks pada malam hari juga sudah terjadi sejak lama karena tuntutan biaya hidup yang tinggi, akibat kenaikan laju inflasi harga kebutuhan pokok yang tidak mampu dibarengi dengan pertambahan upah. Dengan situasi dunia kerja yang sulit, kata dia, irisan pekerja terjerembab pada jasa asusila semakin besar.

Peta demografi pengangguran di Indonesia memang mengkhawatirkan dan menunjang simpulan dari sumber di Kemnaker itu. Tingkat pengangguran pemuda berusia antara 15-30 tahun konsisten tinggi sejak 2015 hingga 2022 rata-rata 14,1% versus pengangguran semua umur 5,8%. Data ini diperjelas dengan proporsi usia pengangguran yang tahun lalu berjumlah 7,99 juta orang, dimana anak muda usia 15-24 mendominasi sebesar 46% sementara usia 25-59 sebesar 23%.

Serba Serbi Digital Underground Economy

Underground economy adalah kegiatan-kegiatan ekonomi baik secara legal maupun ilegal yang terlewat dari perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB), atau dikenal juga sebagai unofficially economy, black economy (Scheineider & Enste, 2000). Aktivitas ekonomi bawah tanah ini marak terjadi di negara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Mencakup praktik korupsi pejabat, penambangan dan pembalakan liar, pencurian ikan, penghindaran pajak, bisnis UMKM, hingga di level masyarakat seperti prostitusi, pencurian, dan perjudian. Praktik Mawar, Bunga dan platform penyediaanya adalah bagian nyata dari praktek aktivitas ekonomi di bawah tanah ini.

Studi Sri Juli Asdiyanti Samuda (2016) yang menyimpulkan nilai rata-rata underground economy di Indonesia sebesar Rp 94 triliun setiap kuartal atau sekitar 8,33% dari PDB Indonesia. Ini juga mengakibatkan potensi pajak hilang sebesar Rp11 triliun atau sekitar 1% terhadap PDB. Menggunakan pendekatan yang sama, Kharisma & Khoirunurrofik (2019) mengatakan nilai underground economy di provinsi seluruh Indonesia berkisar antara 3.8-11.6% dari PDRB, atau rata-rata 8% setiap provinsi per tahun.

Akan tetapi, rasio temuan Samuda (2016) dan Kharisma & Khoirunurrofik (2019) masih jauh di bawah estimasi Bank Dunia yang memperkirakan nilai aktivitas underground economydi Indonesia mencapai 21,76% terhadap PDB. Bank Dunia mengacu hasil riset Medina & Schneider (2018) dengan paper berjudul Shadow Economies Around the World: What Did We Learn Over the Last 20 Years? Kedua ekonom itu menggunakan metode baru Currency Demand Approach (CDA) dan Multiple Indicators Multiple Causes (MIMIC) yang lebih komplit daripada pendekatan moneter semata.

Menggunakan asumsi rasio underground economy versi Medina & Schneider terhadap PDB sejak tahun 2015 hingga kuartal pertama tahun ini, maka Indonesia telah kehilangan potensi ekonomi akumulatif sebesar Rp27,258 triliun, atau rata-rata Rp826 triliun per kuartal, atau tidak tercatat secara resmi. Sementara versi Samudra (2016) kehilangan potensi ekonomi Rp10,444 triliun dan kehilangan potensi penerimaan pajak Rp1,252 triliun. Ini menunjukkan PDB yang setiap kuartal dipublikasikan pemerintah kurang akurat merekam situasi ekonomi sebenarnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH - CNBC INDONESIA INTELLIGENCE UNIT

[email protected]

(mum/mum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation