CNBC Indonesia Fund

TPMA: Siap Angkut Nikel, Kinerja Diramal Solid ke Depan

Riset, CNBC Indonesia
14 August 2023 06:30
Trans Power Marine
Foto: TPMA
  • Kinerja keuangan yang solid dan ekspansi ke nikel membuat saham TPMA menarik diperhatikan
  •  Valuasi TPMA terbilang murah (undervalued), menyisakan banyak ruang kenaikan
  • Prospek sektor pelayaran cerah dan bisa menjadi peluang yang perlu dimanfaatkan perusahaan ke depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) menawarkan peluang yang atraktif di tengah pertumbuhan bisnis yang solid dan ekspansi perusahaan ke sektor pengangkutan nikel.

Perusahaan jasa angkutan batu bara dan woodchip tersebut turut mendulang keuntungan yang tinggi di tengah melonjaknya harga batu bara dunia pada 2022 dipicu krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina.

Sebagaimana diketahui, Indonesia adalah salah satu eksportir batu bara terbesar dunia. Artinya, permintaan si batu hitam yang tinggi akan ikut berdampak pada sektor pengangkutan laut.

Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ekspor batu bara Indonesia mencapai 325,84 juta ton pada 2022.

Selama 2022, TPMA meraup laba US$14,29 juta atau melonjak 261,08% secara tahunan (yoy) dari perolehan 2021 US$3,96 juta. Ini berkat pendapatan bersih TPMA yang melejit 49,47% yoy menjadi US$ 62,81 juta selama 2022.

Pendapatan dari jasa kapal tunda (tug boats) dan tongkang (barges) mencapai US$43,80 juta dan floating crane US$18,99 juta sepanjang tahun lalu.

Saat ini, Trans Power memiliki 38 kapal tunda dan 33 tongkang digunakan untuk pengangkutan komoditas curah.

Selain itu, perusahaan memiliki 3 crane barge yang memiliki kapasitas sebesar 18.000-24.000 MT/hari yang digunakan untuk jasa pengangkutan transshipment.

Memanfaatkan momentum pertumbuhan demi memenuhi permintaan pasar, Trans Power juga memiliki 10 kapal anyar senilai US$19,7 juta. Sebanyak 4 unit pengiriman pada Mei 2023 dan 6 unit pada 2023/2024.

Apabila menilik kinerja 5 tahun terakhir, pendapatan TPMA tumbuh sebesar 8,35% secara rerata tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) dan laba bersih naik 14,36% CAGR.

Durian runtuh yang dinikmati TPMA juga turut dirasakan pemegang saham. Ini karena perusahaan membagikan rekor dividen tunai jumbo, yakni sebesar US$10,69 juta atau setara dengan Rp157,99 miliar untuk tahun buku 2022 pada 21 Juni lalu.

Jumlah tersebut setara dengan dividen Rp60 per saham.

Apabila menggunakan harga pasar pada saat cum date dividen, 26 Mei 2023, di angka Rp416/saham, dividend yield TPMA tergolong besar, yakni mencapai 14,42%.

Kinerja terbaru, pendapatan TPMA tumbuh 12,75% yoy menjadi US$32,42 juta hingga semester I 2023.

Laba bersih TPMA sepanjang 6 bulan pertama 2023 mencapai US$9,07 juta, melonjak 53,07% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya US$5,93 juta.

Dibandingkan dengan emiten sejenis di RI (peers), rasio profitabilitas TPMA juga boleh diadu.

Marjin laba kotor (GPM) TPMA mencapai 34,92%, di atas rerata industri 30,06%. Marjin laba usaha (OPM) TPMA dan marjin laba bersih (NPM) perusahaan juga di atas industri, yang secara berturut-turut 23,00% dan 14,52%.

Perusahaan juga mampu memberikan imbal hasil (return) terhadap pemegang saham dalam bentuk return on equity (ROE) yang tinggi, mencapai 20,82% dan ROA 16,38%.

Dorong Pertumbuhan, Ekspansi ke Nikel

Moncernya profitabilitas perusahaan terlihat dari manajemen TPMA yang mematok pertumbuhan laba bersih dua digit untuk 2023, tepatnya di kisaran 20-30%, mengacu pada kinerja 4 bulan pertama tahun ini.

Untuk kontrak baru pada 2023, Trans Power telah mendapatkan beberapa kontrak baru, antara lain PT Indexim Coalindo, PT Korintiga Hutani, PT Jorong Barutama Grestone dan PT Solusi Bangun Indonesia dengan jangka waktu antara 1 dan 5 tahun.

Menurut penjelasan manajemen dalam public expose lalu, industri pengangkutan batubara tidak terpengaruh secara signifikan dengan harga batu bara karena industri ini adalah volume-driven bukan price-driven.

Artinya, selama ada produksi batu bara dan ditunjang volume yang besar maka bisnis pengangkutan pasti berjalan.

Jumlah produksi batu bara tahun ini juga sangat besar, yang mana 90% lebih dari produksi batubara diangkut menggunakan tongkang. Kemudian, ditambah dengan produksi nikel yang mencapai 100 juta ton untuk memenuhi kebutuhan smelter baik yang sudah ada maupun yang baru.

Menyambung penjelasan di atas, Trans Power memang melakukan ekspansi berupa diversifikasi layanan pengangkutan komoditas, yaitu biji nikel melalui anak perusahaan PT Trans Logistik Perkasa (TLP), kerja sama dengan PT Pacific Pelayaran Indonesia dan pemain nikel asal China Tsingshan Industrial Holding yang telah beroperasi sejak 2022.

Informasi saja, dirikan pada tahun 1988, Tsingshan menjadi salah satu pemain utama pasar nikel dalam beberapa tahun terakhir setelah membanjiri pasar dengan produksi bahan murah yang dikenal sebagai nikel-pig iron (NPI).

Di Indonesia sendiri Tsingshan merupakan pemilik Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) melalui Shanghai Decent Investment (Group) Co Ltd yang menguasai 49,69%.

Di kawasan tersebut, anak usahanya memproduksi NPI yang selanjutnya dioper ke perusahaan dalam kawasan industri sama untuk memproduksi baja nirkarat (stainless steel).

Pada 2023, Trans Power berencana untuk menambah investasi di TLP berupa penambahan armada.

Tahap awal 30 unit kapal baru senilai US$58,5 juta, dengan pengiriman mulai dari pertengahan 2023 sampai dengan 2024.

Sejatinya, selain batu bara dan nikel, TPMA juga melayani pengangkutan komoditas lainnya, seperti pasir besi, clinker, biji besi olahan (sponge rotary kiln), woodchip, gypsum, dan wood pellets.

Tawarkan Valuasi Menarik

Kinerja fundamental dan prospek TPMA yang moncer ternyata masih belum begitu diapresiasi pasar.

Dengan harga Rp535/saham per 10 Agustus 2023, hal itu mengimplikasikan saat ini saham TPMA hanya diperdagangkan 5,17 kali di atas laba perusahaan. Singkatnya, rasio price-to earning (P/E, PER) TPMA 5,17 kali.

Angka tersebut lebih murah dari peers dan rerata industri RI (6,8 kali) dan industri Asia (6,7 kali). Demikian pula, rasio P/E TPMA masih di bawah rule of thumb 10 kali.

Rasio price-to book value (PBV), atau harga saham dibandingkan dengan nilai buku perusahaan, TPMA juga masih terbilang murah, yakni 1,08 kali, mendekati rule of thumb 1 kali dan rerata industri 1,9 kali.

Dengan melihat kedua metrik multiples di atas dan digabungkan dengan proyeksi laba per saham (EPS) full year (FY) 2023 mencapai Rp87 per saham (dirupiahkan), estimasi P/E 9,92% dan dividend payout ratio (DPR) 87%, saat ini saham TPMA memiliki nilai wajar (fair value) TPMA mencapai Rp863.

Praktis, saham TPMA dapat dikategorikan sebagai saham yang salah harga karena valuasinya yang masih kemurahan. Untuk itu, saham TPMA layak untuk dikoleksi setidaknya hingga pembagian dividen 2024. Ini karena, pertumbuhan dividen perusahaan akan beriringan dengan pertumbuhan bottom line atau kinerja laba ke depan.

Prospek Bisnis

Secara umum, inovasi di sektor transportasi dan pergudangan akan terus didorong melalui digitalisasi untuk meningkatkan kinerja sektor tersebut.

Namun, Asosiasi Pengusaha Nasional Pelayaran Indonesia (INSA) berpendapat bahwa industri pelayaran nasional perlu bersiap dan waspada terhadap ancaman resesi global yang terjadi pada tahun 2023, terutama terhadap kinerja ekspor yang dapat berdampak pada kegiatan angkutan kapal untuk ekspor-impor dan kapal feeder.

Dalam sektor pengangkutan batu bara, kebutuhan ekspor diperkirakan akan meningkat karena adanya peningkatan kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa kebutuhan batu bara dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) diperkirakan mencapai sekitar 161,15 juta ton pada tahun 2023, meningkat dari 130 juta ton pada tahun 2022. Produksi batu bara pada tahun 2023 juga ditargetkan mencapai 694 juta ton.

Di sisi lain, kebijakan hilirisasi sumber daya alam yang sedang ditekankan oleh pemerintah juga dapat berdampak pada pengangkutan batu bara.

Kebijakan hilirisasi sumber daya alam ini akan memberikan nilai tambah bagi ekspor Indonesia di masa depan, dan dari sisi pelayaran nasional dalam negeri, hilirisasi ini juga dapat meningkatkan muatan karena adanya pengangkutan bahan baku ke pabrik pengolahan.

Kerja sama dengan Tsingshan lewat TLP dalam pengangkutan bijih nikel juga akan menjadi pendorong laba TPMA di masa depan.

Singkatnya, memasukkan saham TPMA ke dalam portofolio bisa menjadi salah satu pilihan yang menarik, dengan harga yang murah dan potensi kenaikan yang bisa mencapai bagger seperti disinggung di atas.

Bagi investor yang memiliki preferensi ke saham syairah, TPMA juga bisa menjadi salah satu koleksi. Ini karena TPMA menjadi salah satu konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Namun, sejumlah risiko, termasuk potensi penurunan volume pengiriman komoditas hingga persaingan dengan pemain lainnya (sebut saja, MBSS yang memiliki 54 kapal tunda dan tongkang hingga PSSI dengan 39 kapal tunda dan tongkang) tetap perlu diperhatikan investor.

Ini artinya, risiko tersebut, termasuk jika ada force majeure di industri perkapalan, akan menekan pendapatan atau bottom line mulai stagnan alias tidak tumbuh lagi. Apabila hal itu terjadi, menahan saham TPMA tentu bukan pilihan yang efektif.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation