IPO WATCH

Masih Merugi, Kok Multi Garam Utama (FOLK) Ngotot Mau IPO?

CNBC Indonesia Research, CNBC Indonesia
31 July 2023 12:55
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

1. Perseroan masih membukukan kerugian pada laporan keuangan yang berakhir 31 Maret 2023 karena turunnya pendapatan hingga tingginya beban-beban usaha.
2. Gratis waran dengan rasio waran 2:1, setiap pembelian dua saham perdana FOLK akan mendapatkan gratis satu waran.
3. ROE dan ROA FOLK negatif karena Perseroan masih merugi.


Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor perindustrian Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan penghuni baru yakni PT Multi Garam Utama Tbk (FOLK) yang akan melakukan Intial Public Offering (IPO).

Harga penawaran awal berkisar Rp100 hingga Rp105 per lembar saham. Penawaran awal telah di lakukan pada 20 hingga 24 Juli 2023. Penawaran umum akan dilaksanakan pada 1 hingga 3 Agustus 2023. Dan akan listing pada 7 Agustus 2023.

Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 5,7 juta lot atau dana IPO yang diraih berkisar Rp57 miliar hingga Rp59,8 miliar. Market cap setara dengan Rp394,8 miliar hingga Rp414,5 miliar.

Sebagai pemanis akan ada gratis waran dengan rasio waran 2:1, yang dimana setiap pembelian dua saham perdana FOLK akan mendapatkan gratis satu waran.

Sayangnya, Perseroan masih membukukan kerugian pada laporan keuangan yang berakhir 31 Maret 2023. Turunnya pendapatan hingga tingginya beban-beban usaha karena kurangnya efisiensi biaya yang dilakukan oleh Perseroan membuat Perseroan harus membukukan kerugian.

Para calon investor harus melihat sisi kinerja lainnya hingga disalurkan kemana saja dana IPO Perseroan, untuk menilai apakah IPO FOLK layak di koleksi atau tidak.

Penggunaan Dana IPO

Kinerja Keuangan

folkFoto: FOLK

Dalam laporan keuangan FOLK terjadi kenaikan laba tahun berjalan pada tahun 2022 menjadi Rp5,2 miliar, dari sebelumnya pada tahun 2021 sebesar Rp180 juta saja. Kenaikan laba didorong dari peningkatan pendapatan yang begitu signifikan pada tahun 2022 menjadi Rp40,2 miliar, dari sebelumnya pada tahun 2021 sebesar Rp23,8 miliar.

Namun per 31 Maret 2023, Perseroan membukukan kerugian berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,7 miliar. Sedangkan rugi tahun berjalan sebesar Rp378,4 juta. Kerugian terjadi salah satunya didorong dari penurunan pendapatan per 31 Maret 2023 menjadi Rp7,5 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp8,9 miliar.

Selain dari penurunan pendapatan, melihat dari hasil laba usaha Perseroan yang negatif di Rp514,9 juta per 31 Maret 2023, hal ini menandakan terjadi kenaikan beban-beban usaha Perseroan yang mendorong kerugian.

Per 31 Maret 2023 beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp1 miliar, angka ini turun tipis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,48 miliar. Namun untuk beban umum dan administrasi justru naik per 31 Maret 2023 menjadi Rp4,2 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,6 miliar.

Efisiensi pada beban-beban belum dilakukan dengan baik oleh Perseroan sehingga tingginya beban-beban masih menggerus laba hingga menyebabkan kerugian.

folk1Foto: FOLK

Melihat pendapatan tahun 2020 hingga tahun 2022, kontribusi pendapatan Perseroan masih dominan di topang oleh penjualan barang. Pendapatan dari pelanggan yang melebihi 10% dari jumlah konsolidasian terdapat PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Shopee International Indonesia dan PT Filia Sukses Mandiri.

Rasio Keuangan

Harga IPO yang ditawarkan FOLK tiga kali lebih mahal, dapat dilihat dari PBV nya.

Namun margin per 31 Maret 2023 cukup baik denagn 61,38%. Angka ini adalah selisih pendapatan dengan beban pokok pendapatan.

Dalam menghasilkan laba bersih atau Net Profit Margin (NPM) FOLK berada di angka yang buruk dengan negatif 5,03%. Hal ini karena per 31 Maret 2023 Perseroan masih membukukan kerugian sehingga NPM nya negatif.

Begitu pula Return On Equity (ROE) yang berada di angka negatif 0,52%. Sehingga dalam mengelola modal terhadap laba justru bukan menghasilkan laba namun kerugian.

Hal ini juga terjadi pada Return On Asset (ROA) yang berada di angka negatif 0,49%. Sehingga dalam mengelola aset terhadap laba justru bukan menghasilkan laba namun kerugian.

Namun Debt to Equity Ratio (DER) Perseroan berada di angka yang sehat di 6,19%. Dimana DER di bawah 100% menandakan bahwa total modal jauh lebih besar dibandingkan total hutang. Total modal FOLK per 31 Maret 2023 sebesar Rp72,2 miliar, sedangkan total hutang per 31 Maret 2023 sebesar Rp4,5 miliar. Sehingga dalam membayar kewajiban terhadap modalnya cukup baik.

Dan Current Ratio (CR) Perseroan berada di angka yang tinggi 1.250,38%. Tingginya likuiditas pada Perseroan membuat Perseroan dalam membayar kewajiban lancar terhadap aset lancarnya cukup baik.

Bisnis

Perseroan bergerak di perusahaan holding multi-sektor di sektor omnichannel retail dan new age media untuk membangun ekonomi kreatif melalui media, brand, dan intelektual property dengan misi untuk membangun ekosistem yang scalable dan sustainable dengan berkolaborasi aktif dengan para disruptors. Target pelanggannya yang terdiri dari generasi milenial dan gen Z.

Perseroan memiliki Entitas Anak sebagai berikut (posisi per 31 Desember 2022) :

Perseroan memiliki Investee Company sebagai berikut :

Layak di Koleksi atau Tidak?

Kerugian yang masih dicatatkan oleh Perseroan per 31 Maret 2023 membuat IPO FOLK menjadi kurang menarik. Kerugian di dorong karena turunnya pendapatan hingga kurangnya efisiensi biaya yang dilakukan Perseroan sehingga membuat beban usaha Perseroan masih tinggi.

Selain itu, harga IPO yang ditawarkan juga cukup mahal. Para calon investor harus membayar tiga kali lebih mahal untuk sebuah saham yang masih membukukan kerugian. Sehingga IPO FOLK belum layak di koleksi saat ini.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation