Ikuti Gaya China, Korea & RI Diramal Segera Potong Suku Bunga

rev, CNBC Indonesia
14 July 2023 12:20
Ilustrasi Jerome Powell (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)
Foto: ilustrasi Jerome Powell (Edward Ricardo/ CNBC Indonesia)
  • Inflasi AS melandai pada Juni, jauh di bawah ekspektasi pelaku pasar
  • Melandainya inflasi AS diperkirakan membuat The Fed melunak
  • Bank-bank sentral Asia seperti Korea Selatan dan Indonesia diperkirakan akan segera memangkas suku bunga

Jakarta, CNBC Indonesia - Melandainya inflasi Amerika Serikat (AS) diharapkan bisa membuat bank sentral Amerika Serikat (AS) mengakhiri kebijakan moneter ketatnya. Jika The Fed melonggar maka bank sentral lain diharapkan ikut megendurkan kebijakan moneter ketat mereka.

Inflasi AS melandai menjadi 3% (year on year/yoy) pada Juni 2023 dari 4% (yoy) pada Mei. Laju inflasi ini sedikit di bawah ekspektasi pasar yakni 3,1% dan sebagai tambahan, dengan laju inflasi 3%, maka dapat dikatakan yang terendah sejak Maret 2021.

Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi AS melandai mencapai 0,2% pada Juni 2023 dari 0,1% pada bulan Mei. Inflasi tersebut juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi akan ada di angka 0,3%.

Inflasi (mtm) dipicu oleh sektor perumahan serta makanan. Kendati demikian, harga pangan AS hanya naik 0,1% (mtm) pada Juni, lebih rendah dibandingkan 0,2% (mtm) pada Mei.

Sementara itu, inflasi inti AS mencapai 4,8% (yoy) pada Juni 2023, dari 5,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Secara bulanan, inflasi inti mencapai 0,2% (mtm) pada Juni tahun ini, lebih rendah dibandingkan 0,4% pada Mei.

Tren penurunan inflasi AS terus terjadi sehingga laju Indeks Harga Konsumen (IHK) AS sudah turun jauh dari 9,1% (yoy) pada Juni 2022 menjadi 3% (yoy) pada Juni.

Melandainya inflasi merupakan salah satu bukti bahwa suku bunga ketat di AS telah berdampak besar. Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) telah mengerek suku bunga sejak Maret 2022 sebesar 500 bps menjadi 5,0-5,25%.

Sepanjang setahun terakhir, bank sentral hampir seluruh negara di dunia pun turut menaikkan suku bunganya untuk menghindari capital outflow dari negaranya masing-masing.
Capital outflow terjadi karena investor memilih membeli dolar AS yang menguat tajam setelah kebijakan ketat moneter The Fed.

The Fed Diharapkan Segera Shifting Kebijakan, Siapa Pangkas Suku Bunga Pertama?

Dilansir dari CNBC International, menurut survei real-time yang dilakukan oleh tim riset Nomura, lebih dari 32% responden memperkirakan bank sentral Korea Selatan akan menjadi yang pertama menurunkan suku bunga setelah China, diikuti oleh india, Filipina, lalu India.

Setelah China, Korea, India, dan Indonesia dapat memangkas suku bunga menjelang The Fed, karena disinflasi yang lebih cepat, permintaan yang lemah, dan suku bunga riil yang lebih tinggi," tulis para ekonom.

Disinflasi yang lebih cepat menjadi perhatian

Ekonom Nomura menunjukkan sudah ada mulia tanda-tanda perlambatan permintaan barang seperti tercermin dari menurunnya aktivitas manufaktur. Disinflasi juga menjadi alasan utama mengapa mereka memperkirakan bank sentral Asia untuk memangkas suku bunga sebelum The Fed.

Inflasi di Korea Selatan sudah melandai dari 6,3% (yoy) pada Juli 2022 menjadi 2,27% (yoy) pada Juni 2023. Inflasi Indonesia melandai dari 5,95% (yoy) pada September 2022 menjadi 3,52% (yoy) pada Juni 2023.

"Kawasan ini sekarang juga memasuki periode di mana permintaan domestik cenderung melambat, menurut pandangan kami, yang mencerminkan efek lambat dari normalisasi kebijakan moneter," kata ekonom Nomura.

"Karena permintaan domestik mendingin dan inflasi inti turun secara terus-menerus, ini akan memerlukan perubahan suku bunga ke pengaturan yang tidak terlalu ketat, dalam pandangan kami," tambah Nomura.

Mereka menambahkan kondisi yang lebih ketat di pasar tenaga kerja, tidak seperti AS, "tidak menjadi perhatian Asia", kecuali Singapura. Inflasi di Asia juga lebih didorong oleh penawaran daripada permintaan. Artinya, ketika supply membaik maka inflasi akan lebih cepat turun.
Indeks Harga Konsumen (IHK) China telah mencatatkan deflasi (secara bulanan/mtm) dalam lima bulan beruntun. Secara tahunan, inflasi China stagnan (0%0 pada Juni. 

"Disinflasi berkembang jauh lebih cepat di kawasan ini, terutama di EM (Emerging Markets) Asia, di mana makanan dan energi memiliki bobot lebih tinggi dalam keranjang CPI dan lonjakan inflasi lebih didorong oleh sisi penawaran," tulis para ekonom.

Bank Sentral Korea Selatan bisa mulai memotong suku bunga

Nomura memperkirakan bank sentral Korea (Bank of Korea) menjadi salah satu bank sentral pertama setelah China yang menurunkan suku bunga pada Juni 2022.

Bank of Korea diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan Oktober dan pemotongan tambahan 25 basis poin pada akhir tahun. Bank sentral Korea sudah menahan suku bunga acuan di level 3,5% dalam empat pertemuan terakhir.

"Bank of Korea telah meningkatkan penekanan pada faktor domestik (pertumbuhan) meskipun tampaknya tetap sensitif terhadap sikap kebijakan Fed," tulis Nomura

Mereka menunjuk gubernur bank sentral Rhee Chang-yong mengabaikan kekhawatiran investor tentang melemahnya mata uang Korea Selatan. Rhee mengatakan kepada CNBC pada bulan Mei bahwa pembicaraan tentang penurunan suku bunga akan menjadi "prematur".

Ekonom Nomura menulis, "Gubernur Rhee dengan jelas menyatakan bahwa perbedaan suku bunga bukanlah pendorong utama pelemahan KRW, dan mengabaikan risiko peristiwa keuangan karena pelemahan mata uang."

Orang Korea menang diperdagangkan pada 1.298,57 melawan dolar AS pada Selasa pagi karena investor menantikan keputusan kebijakan moneter bank sentral yang dijadwalkan untuk akhir pekan ini.

India dan India Bisa Menyusul

Ekonom di Nomura juga menunjuk ekonomi berbasis domestik India. Bank sentral India bisa memangkas suku bunga jika ketidakpastan global melandai serta kebutuhan untuk mengungkit ekonomi domestik.

"Kebijakan (Reserve Bank of India) terutama didorong oleh faktor domestik dan jika mereka menjamin pelonggaran kebijakan (karena pertumbuhan dan inflasi yang lebih rendah), maka RBI dapat bergerak mendahului Fed," tulis para ekonom.

Nomura mengharapkan Reserve Bank of India untuk mulai memangkas suku bunga pada Oktober dengan prediksi total pemotongan sebesar 75 basis poin. Saat ini, suku bunga acuan moneter di India ada di posisi 6,5% sejak Februari tahun ini.

India diperkirakan akan tetap memangkas suku bunga meskipun transaksi berjalan mereka masih bercokol di angka 2,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Penilaian kami adalah, karena pertumbuhan India mulai mengecewakan, rezim penargetan inflasi fleksibel RBI akan berarti menempatkan lebih banyak penekanan pada pertumbuhan, selama inflasi yang mendasarinya mendekati 4,5%, yang sudah terjadi," tulis mereka.

secara historis, Reserve Bank of India mulai memangkas suku bunga pada Februari 2019, beberapa bulan sebelum Federal Reserve melakukan penurunan suku bunga pertama dalam beberapa dekade.

"Hal ini bertentangan dengan pandangan yang dipegang secara luas bahwa kebijakan moneter di negara-negara dengan defisit neraca berjalan/hasil tinggi selaras dengan Fed karena kekhawatiran cadangan devisa," tulis para ekonom.

Nomura juga memperkirakan Bank Indonesia akan masuk dalam deretan bank sentral yang akan segera memangkas suku bunga. BI sudah menahan suku bunga acuan di level 5,75% dalam lima bulan terakhir.
Bank Indonesia (BI) menjelaskan inflasi turun lebih cepat dibandingkan proyeksi sebelumnya. Namun, fokus BI saat ini adalah manajemen rupiah yang masih kerap terganggu oleh dampak kebijakan The Fed.
Bila The Fed segera melunak maka BI diperkirakan bisa memangkas bunga lebih cepat atau sebelum akhir tahun ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation