
Ada Harapan Suku Bunga Bakal Turun, Saham Properti Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas emiten properti terpantau menguat pada perdagangan sesi I Jumat (14/7/2023), di tengah prospek penurunan suku bunga setelah inflasi Amerika Serikat (AS) terus melandai dan makin dekati target yang ditetapkan oleh bank sentral AS.
Per pukul 09:42 WIB, terpantau dari 12 saham properti menguat, sembilan saham menguat, satu saham cenderung stagnan, dan dua saham terkoreksi.
Berikut pergerakan saham properti pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Intiland Development | DILD | 246 | 1,65% |
Ciputra Development | CTRA | 1.085 | 1,40% |
Lippo Karawaci | LPKR | 101 | 1,00% |
Bumi Serpong Damai | BSDE | 1.110 | 0,91% |
Summarecon Agung | SMRA | 685 | 0,74% |
Alam Sutera Realty | ASRI | 191 | 0,53% |
Lippo Cikarang | LPCK | 1.030 | 0,49% |
Surya Semesta Internusa | SSIA | 450 | 0,45% |
Pakuwon Jati | PWON | 492 | 0,41% |
Puradelta Lestari | DMAS | 168 | 0,00% |
Modernland Realty | MDLN | 89 | -1,11% |
Agung Podomoro Land | APLN | 152 | -1,30% |
Sumber: RTI
Saham PT Intiland Development Tbk (DILD) memimpin penguatan saham properti pada sesi I hari ini, yakni melesat 1,65% ke posisi harga Rp 246/saham.
Namun, untuk saham PT Modernland Realty Tbk (MDLN) dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) terkoreksi masing-masing 1,11% dan 1,3%.
Cerahnya sebagian besar saham properti terjadi di tengah harapan pelaku pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat merubah sikapnya setidaknya pada pertemuan berikutnya, setelah inflasi AS terus melandai dan makin dekati target yang ditetapkan The Fed di 2%.
Dengan adanya prospek ini, maka pasar berharap bahwa Bank Indonesia (BI) juga akan bersikap lebih dovish di pertemuan berikutnya.
Jika sikap The Fed dan BI berubah menjadi lebih dovish dan turut membuat suku bunga cenderung menurun, maka hal ini dapat menguntungkan sektor properti, karena dapat menyebabkan suku bunga kredit bakal menurun dan pada akhirnya menguntungkan dari sisi masyarakat dan pelaku usaha, terutama pengusaha properti.
Sebelumnya pada Rabu dan Kamis malam waktu Indonesia, inflasi AS kembali melandai pada periode Juni 2023. Inflasi konsumen (consumer price index/CPI) AS pada Juni lalu naik 3% (year-on-year/yoy), lebih rendah dari posisi Mei lalu yang tumbuh 4%. Angka ini juga sedikit lebih baik dari prediksi pasar disurvei oleh Dow Jones sebesar 3,1%.
Laju inflasi Juni juga menjadi yang terendah sejak Maret 2021 di mana inflasi menyentuh 2,6%.
Secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Paman Sam juga melandai mencapai 0,2% pada Juni 2023, dari sebelumnya yang naik 0,1% pada Mei lalu. CPI bulanan juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi akan ada di angka 0,3%.
Sementara untuk inflasi produsen (producer price index/PPI) AS pada bulan lalu naik 0,4% (mtm), dari sebelumnya berkontraksi 0,4% pada Mei lalu. PPI tahunan AS juga jauh lebih rendah yakni naik 0,1% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Mei lalu yang naik 0,9%.
Dengan inflasi konsumen dan produsen yang kembali melandai, The Fed diharapkan bisa melunak secepatnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kala Lippo Ingin Cuci Tangan dari Pusaran Meikarta!