Sectoral Insight

Sinarmas dan Mayora Senyum-Senyum Nih Lihat Rupiah Melemah

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
11 July 2023 16:15
Infografis, Pergerakan Grafik Rupiah Sepekan
Foto: Infografis/ Rupiah Sepekan/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Terpantau hingga perdagangan Selasa (11/7/2023) nilai tukar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih berada di atas level psikologis Rp15.000/US$.

Merujuk data Refinitiv, rupiah  pada awal perdagangan hari ini di Rp15.180/US$, tetapi sedikit menguat 0,07% dari perdagangan hari sebelumnya

Kendati begitu, penguatan rupiah ini masih dibayangi risiko eksternal terutama dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) dengan potensi kebijakan ketat yang masih akan berlangsung di sisa tahun ini.

Menurut CME Group melalui FedWatch Tool menunjukkan peluang kenaikan suku bunga acuan the Fed sudah di zona mayoritas mencapai 92,4%, sementara sisanya 7,6% masih mempertahankan suku bunga di level 5,00% - 5,25%.

Kenaikan suku bunga akan mengimplikasi pada kekuatan dolar AS yang masih berlanjut dan bisa menekan mata uang emerging market, termasuk Indonesia. Dalam hal ini tentu menjadi tantangan bagi pasar modal dalam negeri karena potensi asing masih bisa kabur, dampaknya kinerja sejumlah emiten pun jadi melempem.

Namun ternyata ada beberapa emiten yang masih tahan banting melawan ketika dolar makin perkasa. Emiten tersebut biasanya yang memiliki pendapatan dari ekspor dan utang ber-denominasi mata uang asing rendah atau tidak punya sama sekali.

Sektor Komoditas - Kertas
Emiten yang banyak ekspor ini biasanya di sektor komoditas, beberapa yang sudah mulai terlihat mengepakkan sayapnya ada duo emiten di sektor kertas yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM)

Pada perdagangan hari ini, Selasa (11/7/2023) INKP dan TKIM terpantau melesat masing-masing sebesar4,46% menjadi Rp9375/saham dan 3,89% menjadi Rp6675/saham. Bahkan selama sebulan sudah berada di zona hijau masing-masing 27,99% dan 11,72%.

Duo produsen kertas milik grup Sinarmas ini diketahui memang memiliki pendapatan ekspor yang dominan. Tercatat hingga tiga bulan pertama 2023 porsi ekspor terhadap total penjualan mencapai lebih dari 50%.

Ketika rupiah melemah dengan kondisi penjualan ekspor yang dominan tentu menjadi keuntungan duo produsen kertas tersebut karena pendapatan akan lebih optimal akibat keuntungan dari selisih kurs mata uang Garuda dan the Greenback.

Sektor Komoditas - Batubara

Sektor batubara juga menjadi yang diuntungkan ketika dolar makin perkasa karena ekspor masih menjadi andalan pendapatan.

Merespon ini beberapa emiten juga terpantau bergerak menghijau hari ini hingga pukul 14.13 WIB seperti PT Bayan Resources Tbk (BYAN) melesat 4,13% menjadi Rp17.025/saham, lanjut disusul PT Bumi Resources Tbk naik 4,00% menjadi Rp130/saham, kemudian ada PT Indo Tambangaraya Tbk (ITMG) dan PT Indika Energy Tbk (INDY) yang sama-sama menguat sebesar 0,69% dan 0,41%.

Sentimen lain yang potensi menopang batubara dalam jangka pendek ada dari badai El-nino atau gelombang panas yang akan memicu kebutuhan energi meningkat untuk pendingin udara. Sebagai informasi, menurut Montel gelombang panas yang terjadi di Spanyol sempat menyentuh suhu 44 derajat Celcius.

Selain itu, pada akhir tahun musim dingin juga bisa menjadi penyelamat akibat negara bermusim empat cenderung menyiapkan kebutuhan energi dari jauh-jauh hari.

Kendati begitu, sektor batubara masih memiliki risiko dari penurunan harga komoditas yang sejak awal tahun ambles hingga 64% dan kondisi ekonomi China yang potensi menekan pendapatan mengingat negara asal panda tersebut merupakan negara tujuan ekspor terbesar.

Sektor Komoditas - Crude Palm Oil (CPO)

Masih dari sektor komoditas yaitu Crude Palm Oil (CPO) yang diuntungkan dengan penguatan dolar AS karena kinerja pendapatan yang juga ditopang ekspor. Sentimen badai El-Nino juga turut menjadi katalis positif akibat potensi panen yang bisa turun karena cuaca buruk.

Supply yang berkurang sedangkan demand di masyarakat masih tinggi potensi bisa menyebabkan harga komoditas meningkat. Hal ini juga sudah mulai tercermin dari harga minyak sawit mentah Malaysian Palm Oil selama sebulan terakhir sebesar 17,14% menjadi MYR 3919 per ton.

Emiten lain yang ditopang ekspor

Selanjutnya emiten lain-nya yang akan diuntungkan dari pelemahan rupiah adalah yang bisnisnya ditopang oleh kinerja ekspor.

Salah satunya, PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Perusahaan produsen permen Kopiko ini memang terkenal mengandalkan ekspor sebagai penopang bisnisnya yang bahkan sudah merambah hingga ke Korea Selatan.

Menurut data laporan keuangan hingga kuartal I-2023, pendapatan ekspor MYOR mencapai Rp3,32 triliun atau setara dengan 39% dari pendapatan total yang senilai Rp8,45 triliun.
Kemudian dari neraca sebanyak 80% disimpan dengan mata uang asing dolar AS senilai Rp3,29 triliun dari total kas dan setara kas sebesar Rp4,12 triliun.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation