
Coldplay & Taylor Swift Bisa Selamatkan Singapura dari Resesi

- Singapura menjadi pilihan banyak musisi dunia untuk menggelar konser
- Singapura akan mendapatkan banyak keuntungan sebagai tempat konser mulai dari akomodasi hingga jasa makanan dan minuman
- Singapura terus berbenah menjadi hub konser dunia
Jakarta, CNBC Indonesia -Singapura menjelma menjadi hub konser musisi dunia. Puluhan konser, mulai dari Coldplay hingga Taylor Swift, tak hanya memberi pundi-pundi devisa kepada Singapura tetapi juga bisa menyelamatkan Singapura dari resesi.
Tak kurang dari 33 penyanyi internasional telah dan akan menggelar konser di Singapura pada tahun ini.
Selain Coldplay dan Taylor Swift, musisi dunia seperti Sting dan Sam Smith juga direncanakan menggelar konser di sana. Sebelumnya, Harry Style sudah menggelar konser pada Maret 2023.
Deretan bintang K-pop juga telah dan akan menggelar konser di sana mulai dari Blackpink, Twice, hingga Nmixx.
Terpilihnya Singapura sebagai tempat konser tentu saja menjadi berkah.
Negara yang selama ini terkenal sebagai pusat keuangan dan hub Asia Tenggara tersebut akan kebanjiran pundi-pundi di sektor pariwisata, penginapan, sektor jasa transportasi, industri makanan dan minuman, hingga jasa lainnya.
Besarnya pundi-pundi uang dari puluhan konser tersebut setidaknya akan menjauhkan Singapura dari jurang resesi.
Peringkat Heritage Foundation's 2021 Index of Economic Freedom menempatkan Singapura menempati urutan pertama sebagai negara dengan perekonomian paling terbuka di dunia.
Singapura juga menggantungkan sekitar 70% ekonominya kepada sektor jasa.
Dengan kondisi seperti itu,ekonom Maybank Chua Hak Bin pernah mengingatkan jika Singapura menjadi negara ASEAN yang paling rentan terkena resesi.
Ekonomi Singapura hanya tumbuh 0,04% (year on year/yoy) pada kuartal I-2023, terendah dalam sembilan kuartal terakhir.
Nilai Ekonomi Konser dan Kunjungan Turis
Puluhan konser di Singapura diyakini akan melipatgandakan jumlah turis hingga devisa pada tahun ini.
Sebagai catatan, kunjungan turis ke Singapura pada 2019 atau pra-pandemi mencapai 19,1 juta sementara penerimaan devisanya menembus US$ 27,7 miliar atau sekitar Rp 415,22 triliun.
Jumlah kunjungan turis sempat anjlok pada tahun pertama pandemi menjadi 2,7 juta. Namun, angkanya kembali meningkat pada 2022 sejalan dengan meredanya pandemi. Jumlah kunjungan turis ke Singapura menjadi 6,3 juta dengan penerimaan devisa mencapai US$ 1,9 miliar.
Melonjaknya kunjungan turis pada tahun ini setidaknya tercermin dari besarnya pencarian penginapan selama konser berlangsung.
Setelah Coldplay mengumumkan tambahan konser menjadi enam hari, mesin pencarian Agoda menunjukkan pencarian akomodasi ke Singapura untuk periode konser melonjak 8,7 kali lipat.
Lonjakan pencarian datang dari negara tetangga seperti Malaysia dan Indonesia.
"Konser Coldplay dan Taylor merupakan langkah besar untuk menjadikan Singapura sebagai panggung besar di dunia internasional. Ini akan menanamkan image Singapura sebagai pusat pariwisata pecinta music generasi muda dari berbagai penjuru dunia, termasuk Timur Tengah," tutur profesor pendidikan marketing dari Singapore Management University, Dr Seshan Ramaswami, dikutip dari The Straits Times.
Pengajar National University of Singapore Terence Ho mengatakan secara ekonomi konser musik mungkin sulit dihitung tetapi terpilihnya Singapura sebagai tempat konser musisi dunia akan menjadikan Singapura sebagai pusat global baru, sejajar dengan kota-kota maju lainnya.
"Dengan tumbuhnya kelas menengah di Asia Tenggara maka akan ada kalangan yang lebih sering nonton konser dan ini akan sangat menguntungkan Singapura," tuturnya, dikutip dari The Straits Times.
Berkah konser sudah dirasakan UOB. Bank yang digandeng sebagai partner pre-sale konser Taylor Swift tersebut mengalami lonjakan permintaan kartu kredit.
Sebagai catatan, pemegang kartu kredit/debit UOB akan diberi keistimewaan untuk membeli tiket terlebih dahulu melalui pre-sale pada 5-7 Juli.
"Permintaan untuk pembukaan kartu kredit dan tabungan melonjak. Kami perkirakan transaksi juga akan meningkat karena pemegang kartu akan mendapat berbagai keuntungan untuk konser," tutur Jacquelyn Tan, kepala UOB group personal financial services.
Belum diketahui berapa besar keuntungan Singapura dengan menjadi konser Coldplay dan Taylor Swift. Namun, perhelatan balap mobil Formula One (F-1) bisa sebagai pembanding.
Ajang balap F-1 biasanya digelar selama tiga hari termasuk untuk kualifikasi dan puncaknya yakni final race. Sebanyak 302.000 orang membanjiri Singapura selama tiga hari balap F-1 pada 2022.
Data Kementerian Industri dan Perdagangan Singapura memperkirakan balap F-1 mendatangkan keuntungan sebesar US$ 1,5 miliar sejak 2008 hingga 2022 atau rata-rata US$ 150 juta per tahun atau Rp 2,25 triliun.
Berbeda dengan ajang F-1 yang digelar tiap tahun, konser Coldplay dan Taylor Swift bukanlah ajang tahunan sehingga diperkirakan mampu mendatangkan devisa lebih banyak, terutama lewat shopping.
Dilansir dari The Straits Times, penonton konser asal Malaysia Julian Fernandez menghabiskan sekitar RM 3.000 (S$870 atau sekitar Rp 13 juta dan RM5.000 daat menonton konser U2 di Singapura pada 2019.
Konser enam hari Coldplay diperkirakan akan dibanjiri 300.000 penggemar music.Bila memperkirakan 200.000 dari 300.000 penonton konser Coldplay adalah warga asing dan rata-rata menghabiskan sekitar Rp 10 juta maka Singapura bisa mengumpulkan pundi-pundi sekitar Rp 2 triliun dari penonton konser Coldplay saja.
Mengapa Singapura Jadi Primadona?
Dalam jangka panjang, terpilihnya Singapura sebagai pilihan banyak musisi dunia mendekatkan mimpi mereka untuk menjadi "hub konser" di Asia Tenggara.
Singapura bahkan sudah mencuri perhatian dunia saat Coldplay dan Taylor Swift mengumumkan akan menggelar konser selama enam hari beruntun. Keduanya memutuskan menambah tiga hari konser karena besarnya antusiasme penonton. Konser Coldplay selama enam hari beruntun menjadi rekor tersendiri.
Lalu, apa yang membuat Singapura menjadi pilihan banyak musisi dunia? Jawabannya adalah infrastruktur yang memadai dan peran besar pemerintah.
Meski hanya berpenduduk sekitar enam juta dan luasnya hanya 743,3 km2, Singapura dilengkapi infrastruktur memadai mulai dari bandara, stadion, transportasi umum, dan perhotelan.
Lokasi Singapura juga berada di tengah-tengah Asia Tenggara yang memudahkan negara lain seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina mengunjungi negara tersebut.
Namun, infrastruktur yang memadai tak akan efektif tanpa dukungan besar pemerintahnya. Singapore Tourism Board (STB) merupakan motor dibalik utama munculnya Singapura sebagai tujuan utama pariwisata, pertemuan, hingga konser.
Badan yang berdiri pada 1964 ini juga memberikan banyak insentif untuk mendukung industri hospitality serta pariwisata.
Setelah industri pariwisata dan sektor jasa Singapura terimbas parah oleh pandemi Covid-19, STB meluncurkan program bernama Singapore Incentives & Rewards (INSPIRE Global 2.0).
Ada puluhan insentif yang dikeluarkan termasuk Business Event in SIngapor (BEiS) dan Singapore MICE Advantage Programme (SMAP).
BEiS membantu perusahaan dan event organizer dalam mengamankan venue, marketing dan publicity, hingga pendanaan untuk perusahaan tertentu.
Sementara itu, SMAP juga akan membantu penyelenggara dalam melancarkan acara, memberi diskon, hingga keistimewaan dengan sejumlah partner mereka seperti Singapore Airlines, Changi Airport Group, Jet Quay, Star Hub, NETS, Sentosa, dan Grab. SMAP juga ikut memberi asistensi marketing untuk membuat acara semakin menarik.
CNBC INDONESIA RESEARCH
