
RI Gigit Jari, Konser Taylor Swift Bikin Ekonomi Singapura Membara

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura mendapat keuntungan berlipat dari konser Coldplay dan Taylor Swift. Konser kedua musisi dunia tersebut membuat permintaan hotel dan akomodasi ke Singapura mengalami lonjakan yang belum pernah tercatat sebelumnya.
Sebanyak 200.000 tiket ludes saat Coldplay menggelar konser selama enam hari pada Januari 2024. Pencapaian tersebut membuktikan jika Singapura sanggup menjadi tuan rumah acara global berskala besar.
Tak berhenti sampai di situ, Singapura kini bersiap menyambut konser akbar lain yakni Taylor Swift pada Maret mendatang. Konser pemenang 14 Piala Grammy tersebut menyebabkan lonjakan pemesanan hotel sebesar 10%, dengan dampak ekonomi yang diperkirakan akan sangat besar.
Konser ini diperkirakan akan memberikan suntikan keuntungan antara US$ 260,3 juta hingga US$ 371,9 juta ke dalam perekonomian lokal atau sekitar Rp 4,08 triliun hingga Rp 5,82 triliun (kurs US$ 1=15.660). Besarnya cuan yang diperoleh Singapura menggarisbawahi kekuatan transformatif Singapura dalam mengintegrasikan hiburan dengan strategi pariwisata.
Daya tarik dari konser-konser ini tidak hanya terbatas pada musiknya saja, namun juga berperan sebagai katalis bagi kemajuan ekonomi yang lebih luas. Maskapai penerbangan seperti Singapore Airlines dan Scoot mengalami lonjakan pemesanan, dan para penggemar dari negara-negara tetangga sangat ingin ikut serta dalam acara bersejarah ini.
Masuknya pengunjung konser ini tidak hanya memenuhi kursi di venue tetapi juga memenuhi restoran, pusat perbelanjaan, dan tempat wisata di kota tersebut, yang menampilkan beragam penawaran Singapura.
Selain itu, industri perhotelan memanfaatkan peluang ini, dengan entitas seperti Hilton bermitra dengan Kallang Alive Sport Management untuk menawarkan pengalaman eksklusif, yang semakin meningkatkan status Singapura sebagai tujuan hiburan utama.
Singapura mengalami peningkatan jumlah pengunjung sebesar 115% dari 6,3 juta pada tahun 2022 menjadi 13,6 juta pada tahun 2023. Jumlah tersebut memenuhi perkiraan Singapore Tourism Board (STB) yaitu antara 12 juta dan 14 juta pengunjung pada tahun 2023.
Peningkatan kedatangan pengunjung didorong oleh kuatnya permintaan dari gabungan pasar utama Singapura, yang dipimpin oleh Indonesia (2,3 juta), China (1,4 juta), dan Malaysia (1,1 juta). Pasar utama lainnya termasuk Australia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Konser-konser besar ini juga mendorong pemulihan ekonomi Singapura pasca-pandemi dan keunggulannya sebagai pemain pertama dalam industri hiburan. Strategi ekonomi konser ini meningkatkan daya tarik Singapura sebagai tujuan wisata dan menyumbang hingga 10% PDB nya. Pergeseran menuju acara musik berskala besar ini merupakan bukti kemampuan adaptasi negara kota ini dan komitmennya untuk mendiversifikasi penggerak perekonomiannya.
Diketahui, perekonomian Singapura tumbuh 1,1% pada tahun 2023, direvisi sedikit dari perkiraan awal bulan Januari sebesar 1,2%, berdasarkan data Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI). Angka ini lebih moderat dibandingkan angka pertumbuhan setahun penuh pada tahun 2022 sebesar 3,8%.
Singapura Primadona, RI Bagaimana?
Selain Taylor Swift, tahun ini Singapura akan kedatangan penyanyi internasional lain seperti Bruno Mars dan Rod Stewart.
Profesor pendidikan marketing dari Singapore Management University, Dr Seshan Ramaswami, dikutip dari Straits Times, menjelaskan konser Coldplay dan Taylow merupakan langkah besar untuk menjadikan Singapura sebagai panggung esar di dunia internasional.
"Ini akan menanamkan image Singapura sebagai pusat pariwisata pecinta musik generasi muda dari berbagai penjuru dunia, termasuk Timur Tengah," tutur Ramaswami, dikutip dari Straits Times.
Dalam jangka panjang, terpilihnya Singapura sebagai pilihan banyak musisi dunia mendekatkan mimpi mereka untuk menjadi "hub konser" di Asia Tenggara.
Lalu, apa yang membuat Singapura menjadi pilihan banyak musisi dunia? Jawabannya adalah infrastruktur yang memadai dan peran besar pemerintah.
Meski hanya berpenduduk sekitar enam juta dan luasnya hanya 743,3 km2, Singapura dilengkapi infrastruktur memadai mulai dari bandara, stadion, transportasi umum, dan perhotelan.
Lokasi Singapura juga berada di tengah-tengah Asia Tenggara yang memudahkan negara lain seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina mengunjungi negara tersebut.
Namun, infrastruktur yang memadai tak akan efektif tanpa dukungan besar pemerintahnya. Singapore Tourism Board (STB) merupakan motor dibalik utama munculnya Singapura sebagai tujuan utama pariwisata, pertemuan, hingga konser.
Badan yang berdiri pada 1964 ini juga memberikan banyak insentif untuk mendukung industri hospitality serta pariwisata.
Setelah industri pariwisata dan sektor jasa Singapura terimbas parah oleh pandemi Covid-19, STB meluncurkan program bernama Singapore Incentives & Rewards (INSPIRE Global 2.0).
Ada puluhan insentif yang dikeluarkan termasuk Business Event in Singapore (BEiS) dan Singapore MICE Advantage Programme (SMAP).
BEiS membantu perusahaan dan event organizer dalam mengamankan venue, marketing dan publicity, hingga pendanaan untuk perusahaan tertentu.
Sementara itu, SMAP juga akan membantu penyelenggara dalam melancarkan acara, memberi diskon, hingga keistimewaan dengan sejumlah patner mereka seperti Singapore Airlines, Changi Airport Group, Jet Quay, Star Hub, NETS, Sentosa, dan Grab.
![]() Konser Coldplay di SUGBK, Senayan, Jakarta, Rabu (15/11/2023) malam. (Tripa Ramadhan/detikcom) |
Berbanding terbalik dengan Singapura, Indonesia masih berjuang keras mendatangkan artis berkaliber internasional. Coldplay hanya menggelar konser satu hari di Jakarta pada November 2023. Tahun ini, memang ada Ed Sheeran yang akan konser Maret mendatang. Namun, selebihnya belum ada yang mengumumkan konser di Jakarta.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno meminta maaf karena Indonesia tak berhasil menarik Taylor Swift untuk menggelar konser di Indonesia. Penyanyi terkaya di dunia itu hanya mampir ke Singapura untuk menggelar konser selama enam hari.
Pada November 2023, Sandiaga Uno, menargetkan keuntungan Indonesia hingga US$75 juta atau sekitar Rp1,18 triliun (asumsi kurs Rp15.680/US$) dari konser Coldplay.
Bayangkan jika Coldplay konser selama enam hari di Jakarta maka keuntungan akan berkali lipat.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)