
Kas Makin Seret, Waspada PSAB Berisiko Gagal Bayar Obligasi!

- PSAB punya kewajiban bayar dua seri obligasi yang jatuh tempo pada tahun ini, beruntungnya posisi kas masih cukup untuk memenuhi kewajiban-nya.
- Akan tetapi, posisi kas terus turun dari 2017 bahkan saat ini masih menderita kerugian sehingga sulit meningkat kas secara organik
- Kas makin tergerus dan kerugian yang belum teratasi bisa menyulitkan perusahaan bayar obligasi yang jatuh tempo pada tahun mendatang.
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten komoditas emas, PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) tercatat punya dua obligasi yang bakal jatuh tempo hingga sisa tahun ini, terdekat ada Obligasi Berkelanjutan Tahap V Tahun 2020 Seri B pada 30 Juli 2023 mendatang. Kemudian, Obligasi Berkelanjutan Tahap VI Tahun 2020 Seri B pada 27 November 2023.
Menurut data laporan keuangan hingga kuartal I-2023, nilai untuk kedua obligasi tersebut masing-masing sebesar US$ 2,61 juta dan US$1,35 juta, jika di akumulasi total-nya jadi US$ 3,96 juta.
Dalam menilai kemampuan perusahaan bayar obligasi, salah satu caranya adalah membandingkan posisi kas yang dimiliki. Tercatat PSAB memiliki kas sebesar US$ 5,79 juta hingga tiga bulan pertama 2023. Angka tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan yang berarti PSAB masih memiliki kemampuan bayar obligasi tahun ini.
Namun, yang menjadi perhatian adalah posisi kas yang tiap tahun turun terus. Tercatat dari 2017 hingga akhir 2022 penurunan kas terjadi dari US$ 32 juta menjadi US$ 6 juta.
Kas yang menyusut terjadi karena laba bersih yang dihasilkan perusahaan tidak optimal. Sepanjang 2022 lalu PSAB malah mencatatkan kerugian yang diatribusikan ke entitas induk mencapai US$ 21,8 juta.
Kerugian terjadi karena dari pendapatan memang turun lebih dari 50% secara tahunan menjadi US$ 77 juta, sementara dari sisi beban tidak terlalu ada kenaikan signifikan. Artinya kerugian memang terjadi karena penurunan kinerja bisnis PSAB.
Terbaru pada sepanjang tiga bulan pertama 2023, PSAB juga masih mencatatkan rugi sebesar US$ 13,6 juta. Kondisi yang seperti ini tentu akan menyulitkan perusahaan untuk menambah kas secara organik.
Dan tidak menutup kemungkinan perusahaan akan memiliki utang bank yang besar supaya bisa bayar kewajiban-nya, terutama PSAB hingga kini memiliki lima seri obligasi berkelanjutan dengan suku bunga yang terbilang tinggi mencapai 10%. Hal ini tercatat pada utang obligasi jangka panjang total nya senilai US$ 57 juta.
Apabila kondisi rugi tidak teratasi pada tahun ini tentu dampaknya bisa meningkatkan risiko gagal bayar obligasi-nya. Kendati begitu, PSAB sudah memperoleh persetujuan restrukturisasi dari pemegang obligasi untuk beberapa seri obligasi hingga 2026.
Hanya saja, perusahaan tetap perlu mengoptimalkan kinerja bisnis-nya supaya kerugiannya bisa menyusut dan perlu melakukan efisiensi terlebih di kondisi saat ini dimana Bank Indonesia telah menahan suku bunga, sehingga seharusnya beban keuangan perusahaan bisa lebih diminimalisir.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)