Fundamental Pundit

Tanda Tanya Besar, Induk Terus Buyback Saham TSPC

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
12 June 2023 12:45
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Pertumbuhan topline TSPC didukung oleh produk konsumen dan kosmetik yang notabene lebih menguntungkan.
  • Namun, pertumbuhan laba bersih TSPC terdapat kontribusi signifikan akibat penjualan aset PT Beiersdorf Indonesia.
  • Terdapat akun laporan keuangan yang tidak terdapat catatan, investor TSPC perlu mempertanyakan, mengingat nilainya yang cukup signifikan.

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Tempo Scan Pacific (TSPC) mengumumkan pembagian dividen interim tahun 2022 senilai Rp 112,75 miliar dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Rabu (31/5/2023). Pasca pengumuman tersebut, saham TSPC telah melesat 7%, menjadi RP 1.525 per saham.

Pembagian dividen TSPC setara dengan Rp 100 per saham, setara dividend yield 6,5%. Sejak 2009, TSPC belum pernah absen membagikan dividen. Bahkan, TSPC rajin membagikan dividen hingga dua kali dalam satu tahun belakangan.

Peningkatan nominal dividen yang dibagikan TSPC merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan melantai di bursa. Peningkatan dividen yang dibagikan TSPC diikuti dengan laba bersih perseroan yang terus bertumbuh.

Kinerja TSPC yang terus mengalami peningkatan diiringi dengan Pemegang Saham Pengendali (PSP) TSPC, PT Bogamulia Nagadi, terus menambah kepemilikan. Per akhir kuartal-III 2023, kepemilikan awal induknya sebesar 78,79% terus mengakumulasi hingga Juni 2023 menjadi 84,37%.

Penambahan kepemilikan dari induk ini mengindikasikan bahwa induk memandang prospek bisnis TSPC ke depannya masih cukup baik.

Kinerja finansial TSPC

TSPC mengalami peningkatan laba bersih 109%, menjadi Rp 569 miliar pada kuartal-I 2023. Pertumbuhan laba bersih TSPC didorong oleh sisi topline atau pendapatan perusahaan mencapai titik tertingginya secara kuartalan.

Pendapatan TSPC bertumbuh 8,8%, menjadi Rp 3,2 triliun. Selain itu, kontributor terbesar pertumbuhan juga berasal dari laba atas penjualan investasi.

TSPC melakukan penjualan 9% dengan keuntungan Rp 524 miliar. Penjualan PT Beiersdorf Indonesia dilakukan kepada pihak ketiga dengan harga yang telah disepakati. Keuntungan tersebut setara 92,2% dari total laba bersih perseroan.

PT Beiersdorf Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam produk kesehatan, seperti Nivea dan Hansaplast.

Apabila menghilangkan keuntungan tersebut, TSPC hanya membukukan laba bersih Rp 44 miliar. Selain itu, TSPC membukukan peningkatan beban penjualan, umum, dan administrasi (SG&A) yang signifikan, sehingga laba usaha perusahaan mengalami penurunan di tengah peningkatan pendapatannya.

Selain itu, terdapat peningkatan beban operasi lain yang sebelumnya masih membuka kinerja positif. Kerugian tersebut senilai Rp 103 miliar dengan tanpa catatan lebih detail, sehingga ini perlu diperhatikan investor untuk mempertanyakan kejelasan akun tersebut.

Besarnya nilai tersebut membuat investor mempertanyakan adanya potensi manajemen sengaja menyembunyikan nilai tersebut untuk suatu kepentingan, mengingat manajemen aktif melakukan akumulasi kepemilikan.

Kinerja Operasional

Pendapatan TSPC menunjukkan adanya pertumbuhan dari seluruh segmen bisnisnya, namun terdapat laba kotor perusahaan yang tidak mengalami pertumbuhan, yaitu segmen farmasi.

Hal ini menunjukkan adanya peningkatan beban pokok penjualan produk farmasi yang signifikan. Hal tersebut menyebabkan margin laba kotor (GPM) perusahaan mengalami penurunan signifikan.

Namun, produk konsumen dan kosmetik perusahaan mengalami peningkatan laba kotor yang lebih tinggi dibanding penjualan, sehingga GPM-nya juga mengalami pertumbuhan 3%.

TSPC yang pada awalnya berfokus sebagai perusahaan farmasi, akan berpotensi mengalami pertumbuhan signifikan, sebab berhasil melakukan diversifikasi produk baru dari segmen pendapatan konsumen dan kosmetik dengan GPM lebih tinggi.

Valuasi

TSPC

KLBF

PER

3.01

28.07

PBV

0.88

4.53

EV/EBIT

8.42

21.98

GPM

34.17%

40.91%

NPM

17.59%

10.87%

ROA

11.28%

12.05%

DER

0.44

0.25

CURRENT RATIO

2.63

3.81

QUICK RATIO

1.94

2.15

Secara valuasi, emiten TSPC memiliki harga yang lebih murah dibanding KLBF. Sedangkan secara valuasi kedua emiten ini cukup bersaing. Hal tersebut disebabkan kesamaan bidang usaha kedua bisnis tersebut yang berada di sektor farmasi dan bertumbuh melalui consumer goods.

Kedua emiten ini memiliki rasio kesehatan keuangan yang cukup baik. Selama perusahaan dapat terus membukukan arus kas positif, potensi emiten ini mengalami default akan sangat kecil.

Layakkah Investasi

Saham TSPC yang tergolong dalam kategori stalwarts memiliiki kecenderungan pertumbuhan yang sedang. Investasi saham stalwarts investor berpotensi memperoleh keuntungan melalui pembelian dan penjualan di harga yang tepat dengan potensi keuntungan berinvestasi di TSPC berkisar diantara 30-50%.

Saham stalwarts berpotensi menunjukkan performanya, jika perusahaan berhasil mengembangkan produk baru. Belakangan, TSPC berfokus mengembangkan bisnisnya, terlihat dari pertumbuhan segmen konsumen dan kosmetik. Segmen tersebut menunjukkan lebih menguntungkan dibanding farmasi, terlihat dari GPM yang lebih tinggi.

Namun, pada bottom line atau laba bersih TSPC mengalami pertumbuhan signifikan akibat penjualan investasinya pada PT Beiersdorf Indonesia. Keuntungan tersebut hanya dapat terjadi beberapa kali atau tidak dapat konsisten bertahan dalam tahun-tahun mendatang. Hal ini mengindikasikan terdapat beban perusahaan yang mengalami peningkatan signifikan.

Salah satu beban tersebut berasal dari beban operasi lainnya. Sayangnya, perusahaan belum memberikan kejelasan terkait asal muasal beban tersebut. Investor perlu khawatir akan potensi adanya kesengajaan mengurangi laba bersih untuk kepentingan pribadi, mengingat PSP yang terus melakukan akumulasi. Nilai laba bersih yang belum maksimal akan mampu menahan kenaikan harga saham TSPC, mengingat dua variabel tersebut cenderung berkorelasi pada aset di pasar modal.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation