
Bak Drakor, "Keajaiban" Ini Sulap Korea Dari Miskin Jadi Raja

Jakarta, CNBC Indonesia - Korea Selatan pernah menjadi bagian dari negara termiskin di dunia. Namun, Negara Ginseng bangkit dan mampu menjadi salah satu negara termakmur di dunia melalui industrialisasi yang masif.
Ekonomi Korea Selatan hancur lebur setelah perang saudara berakhir pada 1953. Negara Ginseng bahan menjadi salah satu negara termiskin di dunia pada tahun tersebut.
Pendapatan per kapita warga Korea hanya mencapai US$ 93,8 atau hanya Rp 1,39 juta (US$ 1=Rp 14.840) pada 1961. Namun, angkanya melonjak hingga menembus US$ 35.000 atau sekitar Rp 519,4 juta pada 2021.
Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan melonjak dari US$ 3,96 miliar pada 1960an menjadi US$ 1,8 triliun pada 2021. PDB Korea menempati urutan 10 dalam daftar size ekonomi terbesar di dunia dengan penduduk hanya 51,7 juta jiwa.
Ekonomi Korea tumbuh sekitar 6,7% pada 1960-1990. Pada periode 1980an, rata-rata ekonomi mereka bahkan melesat 10,2%. Kesuksesan Korea tidak bisa dilepaskan dari investasi besar-besaran di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, serta industri.
"Keajaiban ekonomi" Korea dimulai pada pemerintahan jenderal Park Chung Hee yang melakukan kudeta pada Mei 1961 dan menjadi presiden ke-3 Negeri Ginseng.
Park Chung Hee mengubah wajah Korea Selatan dari negara agraris menjadi penguasa industri dunia.
Korea Selatan menggantungkan 68,3% ekonominya pada sektor pertanian pada 1960. Sektor industri hanya berperan 1,5% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Korea saat itu.
Sektor industri kini menguasai sekitar 35% dari PDB Korea Selatan dan menyumbang 25% lapangan kerja.
Park Chung Hee melakukan banyak terobosan untuk mendorong industrialisasi. Di antaranya adalah dengan menggelontorkan berbagai macam insentif pajak serta menyalurkan pinjaman lunak kepada pengusaha.
"Revolusi" industri kemudian melahirkan para konglomerat atau chaebol yang membangun kerajaan bisnis mulai dari Hyundai, Samsung, hingga LG.
Artikel The Middle Income Trap: A Case Study of Korea and Lesson for Vietnam menjelaskan bagaimana Korea Selatan sukses mampu membangun industrinya secara bertahap:
1. Periode lima tahun pertama ( 1962-1966)
Fokus pada tahun tersebut adalah pada industri tekstil untuk membat Korea mandiri.
Pemerintah menasionalisasi bank komersial dan mengizikan sistem perbankan mengontrol kredit. Langkah lain adalah dengan menyediakan bunga rendah untuk sektor bisnis serta mendorong industri ringan memulai ekspor.
2. Lima tahun kedua ( 1967-1971)
Korea mulai beralih ke industri berat dan mengundang investor asing untuk memperbaiki infrastruktur dasar.
Korea mulai melakukan modernisasi pada struktur industri dan mengembangkan industri substitusi termasuk baja, mesin, dan kimia.
3. Lima tahun ketiga (1972-1976)
Negara Ginseng mulai mengembangkan industri orientasi ekspor dan mengembangkan industri ke wilayah yang terbelakang.
Sektor industri berat makin digalakkan termasuk besi baja, transportasi, elektronik, dan petrokimia. Mereka juga memastikan ketersediaan bahan baku untuk barang modal
4. Lima tahun keempat (1977-1981)
Korea mulai mengembangkan industri yang mampu bersaing dengan pasar ekspor dan global.
Mereka juga mulai fokus ke industri padat modal serta dipenuhi tenaga kerja terampil seperti elektronik dan shilbuilding.
5. Lima tahun kelima (1982-1986)
Korea Selatan mulai beralih dari industri berat dan kimia kepada padat teknologi. Mereka membuat produk teknologi canggih seperti televisi dan alat komunikasi.
6. Lima tahun keenam (1987-1991)
Korea fokus beralih ke industri berbasis teknologi. Mereka juga melakukan lineralisasi perdagangan dan menghapus tarif perdagangan
7. Lima tahun ketujuh (1992-1995)
Korea mulai mengembangkan sektor teknologi kelas mutakhir dan baru seperti micro-electroik, fine chemical, hingga optik.
Pemerintah dan pelaku industri bekerja sama membangun fasilitas teknologi tinggi di tujuh kota utama sehingga terjadi pemerataan pembangunan.
Korea juga meningkatkan mutu kualitas SDM mereka dengan memperbaiki pendidikan. Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan tinggi meningkat dari 1% dari PDB pada 1970 menjadi 1,9% dari PDB pada 2000.
Pada awal 1970, tingkat kelulusan pada pendidikan wajib mencapai 100%, angka buta huruf nyaris 0% pada 1997. Pada 1970, tingkat kelulusan pendidikan tinggi baru 40% sementara angkanya hampir 100% pada 1997.
Reformasi besar-besarnya tersebut memuat Korea mencatatkan pendapatan per kapita di atas US$ 12.000 per tahun dan keluar dari middle income trap pada 1995 tetapi sempat terpental karena Krisis Moneter 1997/1998. Mereka kembali menjadi negara pendapatan tinggi pada 2000.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]