
Inflasi Turun Tapi Gak Tahu Mesti Bahagia Atau Sedih

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Indonesia melandai pada Mei 2023 sejalan dengan melemahnya permintaan pasca Hari Raya Idul Fitri. Namun, melandainya inflasi yang turun cukup tajam bisa menimbulkan kekhawatiran tersendiri.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Mei tahun ini tercatat 0,09% (month to month/mtm) dan 4,00% (year on year/yoy). Secara bulanan, inflasi Mei adalah yang terendah sejak enam bulan terakhir.
Secara tahunan, inflasi Mei adalah yang terendah sejak Mei 2022 atau setahun terakhir. Inflasi inti melandai menjadi 2,66% (yoy) atau terendah sejak Juli 2022.
Sebagai catatan, inflasi tercatat 0,33% (mtm) dan 4,33% (yoy).
Inflasi Mei jauh lebih rendah dibandingkan konsensus pasar. Polling CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Mei 2023 akan menembus 0,29% (mm) dan 4,20% (yoy).
Inflasi Mei melandai sejalan dengan pola musimannya di mana harga barang biasanya akan terjun setelah Lebaran. Bahkan, tak jarang jika satu bulan setelah Lebaran biasanya terjadi deflasi.Sebagai catatan, Hari Raya Idul Fitri tahun ini jatuh pada 21/22 April.
Komoditas penyumbang utama inflasi bulanan di antaranya adalah bawang merah, daging ayam ras, ikan segar, telur ayam ras, dan rokok filter.
Sementara itu, komoditas penyumbang utama inflasi tahunan adalah bensin, beras, rokok kretek filter, tarif kontrak rumah, dan bahan bakar rumah tangga.
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan bahan pokok yang mengalami lonjakan harga adalah daging ayam dan telur ayam.
Rata-rata harga daging ayam naik 6,6% menjadi Rp 37.331 pada Mei 2023 sementara harga telur ayam melonjak 3,7% menjadi Rp 30.939/kg. Pada Selasa (30/5/2023), harga daging ayam bahkan menembus Rp 38.450/kg sementara harga telur ayam tercatat Rp 32.000/kg.
Inflasi Inti Turun dengan Cepat, Perlukah Khawatir?
Dilihat dari komponen, komponen harga diatur pemerintah mencatatkan deflasi sebesar 0,25% (mtm). Sementara itu, komponen bergejolak mencatatkan inflasi 0,49% dan kelompok inti mencatatkan inflasi sebesar 0,06%.
Harga diatur pemerintah mencatatkan deflasi (mtm) karena ada beberapa jenis bahan bakar yang harganya turun pada Mei 2023.
PT Pertamina (Persero) resmi menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis non subsidinya di seluruh SPBU yang ada di Indonesia. Adapun penyesuaian harga BBM non subsidi ini berlaku mulai 1 Mei 2023.
Sebagai contoh, untuk harga BBM non subsidi di DKI Jakarta, Pertamina menurunkan harga BBM jenis Pertamina Dex menjadi Rp 14.600 per liter dari yang sebelumnya Rp 15.400 per liter.
Tak hanya menurunkan harga Pertamina Dex, Pertamina juga menurunkan harga BBM jenis Dexlite menjadi Rp 13.700 per liter dari yang sebelumnya pada April Rp 14.250 per lite.
Tiket tarif angkutan udara dan angkutan darat juga turun setelah Lebaran sehingga membantu terjadinya deflasi pada komponen harga diatur pemerintah.
Secara tahunan (yoy), inflasi harga diatur pemerintah mencapai 9,52% pada Mei 2023. Artinya, inflasi harga diatur pemerintah akhirnya kembali ke bawah 10% setelah terus mencatatkan double digit pasca kenaikan harga BBM September tahun lalu.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, bulan lalu, menyampaikan bahwa dampak kenaikan harga kenaikan BBM terhadap inflasi akan hilang sepenuhnya pada September tahun ini.
Inflasi inti juga turun tajam menjadi 2,66% (yoy) pada Mei tahun ini. Inflasi inti dengan cepat turun dari puncaknya pada 3,31% (yoy) pada Oktober 2022 ke bawah 3% pada Maret 2022 dan bergerak ke 2,66% (yoy) pada Mei.
Inflasi inti juga tidak menembus 4% seperti ketakutan banyak pihak setelah kenaikan harga BBM.
Berbeda dengan harga diatur pemerintah, penurunan inflasi inti yang cukup tajam tidak selalu berarti positif.
Pasalnya, penurunan tajam juga bisa menjadi sinyal jika ada pelemahan daya beli. Terlebih, penurunan inflasi inti yang sangat cepat terjadi sejak menjelang Ramadan dan Lebaran pada Maret 2023.
Tanda-tanda melandainya belanja sudah tercermin melalui sejumlah indikator, termasuk Mandiri Spending Index (MSI). Mandiri Spending Index (MSI) per 2 April 2023 menunjukkan nilai belanja pada Ramadan tahun ini jauh lebih kecil dibandingkan pada Ramadan tahun lalu.
Nilai belanja pada Ramadan 2023 tercatat 133,5, jauh lebih rendah dibandingkan pada Ramadan 2022 yang tercatat 159,9.
Volume belanja pada Ramadan 2023 tercatat 155,9. Volume belanja tersebut lebih rendah dibandingkan pada Ramadan 2022 tercatat 179,4.
Inflasi Aman Hingga Akhir Tahun
Inflasi diperkirakan terus melandai ke depan. Selain karena berakhirnya periode Lebaran, tidak ada faktor yang diperkirakan akan mendongkrak inflasi ke depan.
Inflasi kemungkinan baru akan melonjak kembali menjelang akhir tahun. Bank Mandiri memperkirakan inflasi akan menyentuh 3,6% pada akhir 2023.
Sementara itu, Bank Danamon memperkirakan inflasi akan berada di kisaran 3,8%. Namun, Bank Danamon melihat ada risiko ke depan.
"Masih ada risiko dari kenaikan harga minyak karena pemangkasan produksi minyak OPEC+," tutur ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardana, kepada CNBC Indonesia.
Baik Bank Mandiri ataupun Bank Danamon memperkirakan melandainya inflasi akan meringankan BI dalam menjaga suku bunga acuan.
BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75% hingga akhir tahun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)