CNBC Indonesia Research

Inflasi Januari Terendah dalam 9 Tahun, Kabar Bahagia atau Petaka?

Revo M, CNBC Indonesia
01 February 2024 16:50
Jokowi Resmikan Pasar Terbesar di Indonesia, Ada di Kota Batu. (Dok. Vico - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Jokowi Resmikan Pasar Terbesar di Indonesia, Ada di Kota Batu. (Dok. Vico - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia melandai menjadi 2,57% (year on year/yoy) dan 0,04% (month to month/mtm) pada Januari 2024. Kelompok pangan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar karena lonjakan harga beras, termasuk juga harga tomat. 

BPS juga mencatat inflasi inti naik 1,68% yoy dan secara bulanan menanjak 0,2% (mtm). Sebagai catatan, inflasi Desember 2023 mencapai 0,415 (mtm) dan 2,61% (yoy) pada Desember 2023.

Inflasi Januari masih sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar. Konsensus CNBC Indonesia yang melibatkan 12 lembaga memperkirakan inflasi Januari 2024 akan mencapai 0,29% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).Hasil polling juga memperkirakan inflasi (yoy) akan berada di angka 2,53% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 1,73%.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan berdasarkan kelompok pengeluaran inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan minuman dan tembakau sebesar 5,84% dan memberi andil inflasi 1,63% terhadap inflasi umum.


Perubahan Perhitungan Inflasi Januari 2024

BPS mulai Januari 2024 mengubah perhitungan tahun dasar dan cakupan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari tahun dasar 2018 menjadi 2022.

Pemutakhiran ini mencakup perubahan tahun dasar mengacu ke tahun 2022. Sebagai catatan, BPS terakhir melakukan perubahan tahun dasar pada 2020, dengan acuan 2018.

Ia mengatakan cakupan wilayah dari survei untuk IHK ini juga bertambah menjadi 60 kabupaten/kota sehingga totalnya menjadi 150 kabupaten/kota.

"Komposisi nilai konsumsi pada tahun dasar 2022 nilai konsumsi makanan berubah dari 33,68% menjadi 38,04% dan sementara non-makanan berubah dari 66,32% menjadi 61,96%," papar Amalia.

Lebih lanjut, cakupan paket komoditas terjadi penambahan jumlah komoditas menjadi 847 komoditas. Tentunya ada komoditas yang masuk baru dan ada yang keluar yang sudah tidak dikonsumsi lagi oleh masyarakat.

Makanan, Minuman, dan Tembakau Penyumbang Utama Inflasi

Dari 11 kelompok pengeluaran, makanan, minuman, dan tembakau mempunyai andil inflasi yang paling besar yakni 1,63% yoy pada Januari  2024 sementara secara bulanan sebesar 0,05% mtm. Tingkat inflasi pada Januari 2024 untuk kelompok ini pun mengalami kenaikan yang paling tinggi yakni 5,84% yoy dari 102,55 menjadi 108,54.

Amalia menegaskan inflasi Januari (mtm) dipicu oleh komoditas pangan, seperti beras, tomat dan bawang merah.

"Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar dari makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi 0,18% dan andil inflasi sebesar0,05% dengan komoditas penyumbang inflasi adalah tomat dengan andil inflasi 0,09%," kata Amalia dalam rilis BPS, Kamis (1/2/2024).

Subkelompok yang mengalami inflasi secara tahunan tertinggi, yaitu subkelompok rokok dan tembakau sebesar 7,76% dan terendah yaitu subkelompok minuman beralkohol sebesar 0,03%.

Beras dan Tomat, Pemicu Utama Inflasi

Komoditas utama penyumbang inflasi secara bulanan pada Januari 2024 yakni tomat dengan jumlah 0,09% mtm, sedangkan secara tahunan, beras punya andil paling besar sebesar 0,56% yoy.

Pada akhir Desember 2023, harga tomat sebesar Rp17.500/kg sementara di akhir Januari 2024, harga tomat sudah mengalami apresiasi menjadi Rp22.098/kg atau naik 26,27%.

Sedangkan beras premium juga mengalami kenaikan meskipun tidak setinggi tomat yakni dari Rp14.390/kg pada akhir Desember 2023 menjadi Rp14.520/kg pada akhir Januari 2024 atau naik 0,9%.

Sebaliknya, sejumlah komoditas menyumbang deflasi terutama Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi hingga tarif pesawat.

Inflasi Bulanan Januari Terendah Sejak 2015, Daya Beli Melemah?

Inflasi secara tahunan Indonesia tercatat melandai dan dalam rentang target Bank Indonesia (BI) untuk inflasi 2024 antara 1,5-3,5%. Namun salah satu fakta unik yakni secara bulanan, justru kenaikan inflasi ini merupakan yang terendah sejak 2015 dan kali ini hanya tercatat 0,04% mtm. Inflasi jauh lebih rendah dibandingkan data historisnya.

Sepanjang periode 2019-2023 atau lima tahun terakhir, rata-rata inflasi (mtm) Januari mencapai 0,37%. Bila melihat data BPS khusus untuk inflasi Januari, inflasi Januari 2024 adalah yang terendah sejak Januari 2015 atau dalam sembilan tahun terakhir.

Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz mengatakan bahwa anjloknya inflasi secara bulanan ini terjadi karena koreksi harga transportasi dari libur natal dan tahun baru (nataru) sebelumnya.

Ekonom senior Bank BCA, Barra Kukuh Mamia mengatakan penurunan inflasi Januari ini terjadi di tengah penurunan tarif transportasi.

"Yang paling kelihatan ini kan penurunan transportasi, bensin non subsidi, dan pesawat," ujar Barra, kepada CNBC Indonesia.

"Kalo pesawat ini kan kayaknya minat orang jalan-jalannya gak sekencang tahun lalu. Karena pada 2023 kan orang balas dendam karena habis pandemi, sekarang gak sekencang itu." tambah Barra.

Berdasarkan data BPS, IHK transportasi secara bulanan memang menurun dari 109,81 pada Desember 2023 menjadi 108,85 pada Januari 2024 atau terdepresiasi 0,87% mtm.

Andil/sumbangan sektor transportasi juga tercatat deflasi secara bulanan sebesar 0,11%. Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi secara bulanan, yaitu tarif angkutan udara sebesar 0,09% dan bensin sebesar 0,03%.

Irman mengatakan inflasi yang terbilang sangat rendah pada Januari 2024 belum mencerminkan pelemahan daya beli. Terlebih, aktivitas manufaktur Indonesia masih sangat kencang. Kondisi ini menandai besarnya permintaan dari domestik. Namun, kemungkinan pelemahan daya beli bisa saja terjadi ke depan.

"Belum terlihat (pelemahan daya beli) karena PMI masih ekspansif sekali tapi ada potensi (pelemahan daya beli) karena ekspor turun, bisa jadi merambat ke daya beli," tutur Irman, kepada CNBC Indonesia.

Senada, Barra mengatakan rendahnya inflasi pada Januari 2024 lebih disebabkan semakin murahnya harga barang bukan karena berkurangnya permintaan.

"Apakah inflasinya rendah karena demandnya kurang atau apakah karena inflasinya rendah orang bisa beli barang banyak karena harganya rendah. Saya melihatnya jujur yang kedua sih. Daya beli ketolong krn harga harga lebih murah," tutur Barra.

Dia mengingatkan harga pangan dan energi mengalami lonjakan pada 2022 tetapi mulai menurun pada 2023. Periode 2023 hingga sekarang adalah masa deflasi.
"Kita merasakan tahun 2022, inflasi naik, dunia kena inflasi tinggi. Mulai 2023 itu tahun deflasi, jadi harga barang turun, harga pangan turun," ujarnya.

Dia menjelaskan masih kuatnya permintaan masyarakat terlihat dari big data BCA. Berdasarkan data mereka secara nilai, transaksi masyarakat memang turun tetapi secara volume naik. Artinya, jumlah barang yang dibeli masyarakat bisa lebih banyak karena harga barang yang lebih murah.

"Secara volume (transaksi masih in line dengan masa sebelum Covid-19," imbuhnya.

Sejumlah data juga menunjukkan konsumsi masyarakat Indonesia masih cukup baik dan perekonomian Indonesia juga tergolong tumbuh baik.

Indeks Konsumsi Keyakinan Indonesia (IKK) tercatat naik 0,2 poin dari 123,6 menjadi 123,8 pada Desember 2023.

Sedangkan PMI manufaktur Indonesia masih dalam kategori ekspansif atau meningkat dari 52,2 menjadi 52,9 pada Januari 2024. Untuk diketahui, PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 29 bulan terakhir. PMI pada Januari adalah yang tertinggi dalam lima bulan terakhir.

"Data PMI Januari menggembirakan dan menunjukkan sinyal adanya perbaikan aktivitas sektor manufaktur. Pertumbuhan pesanan baru yang lebih cepat dibarengi dengan perbaikan kondisi pasokan membuat ekspansi produksi ada di fase tercepat dalam dua tahun," tutur Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, dikutip dari website resmi mereka.

Dia menambahkan meredanya tekanan inflasi pada awal tahun juga menjadi kabar baik.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation