
Butuh Rp5 T Buat Nyapres di RI, Lebih Besar Kampanye Biden?

- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Periode 2014-2019 Fahri Hamzah blak-blakan perihal modal minimal yang diperlukan untuk mendapatkan posisi penting negeri ini.
- Fahri menceritakan kalau seseorang yang hendak menjadi calon anggota DPR RI memerlukan modal di kisaran Rp 5 miliar hingga Rp 15 miliar.
- Ternyata angka ini tak seberapa dibandingkan pemilu AS tahun 2020 yang dinobatkan sebagai pemilu termahal.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan Umum alias pemilu semakin di depan mata. Sebelum itu tentu para 'calon-calon' ini mempersiapkan diri buat mengadakan kampanye dan ini kerap menjadi topik yang hangat diperbincangkan apalagi dalam ajang perebutan tahta kepresidenan.
Modal itu diperlukan sejumlah tokoh yang akan mencalonkan untuk banyak kebutuhan masa kampanye. Mulai dari memasang iklan di media televisi, rajin 'blusukan', sampai pasang spanduk di sejumlah tempat strategis.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Periode 2014-2019 Fahri Hamzah blak-blakan perihal modal minimal yang diperlukan untuk mendapatkan posisi ini. Fahri menceritakan kalau seseorang yang hendak menjadi calon anggota DPR RI memerlukan modal di kisaran Rp 5 miliar hingga Rp 15 miliar.
"Itu permainannya gitu. Tentu ada orang-orang kaya yang merem saja dia nggak perlu ke dapilnya, dia cuma kirim truk logistik, dia kirim uang, dia kirim segala macam, dan orang ini di DPR nggak pernah berbicara, nggak pernah menyatakan pendapat, tapi setiap tanggal 20 Oktober per lima tahunan dia dilantik. Kenapa? Karena uangnya banyak betul orang ini," ungkap Fahri Hamzah dalam catatan CNBC Indonesia.
Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia itu menilai hal tersebut merupakan peringatan bagi pemilu tanah air. Tidak ada lagi politik gagasan, melainkan politik logistik. "Tapi kalau pilpres lebih gila menurut saya. Di Indonesia ini kalau orang tidak punya uang Rp 5 triliun, nggak bisa nyapres dia. Sadar atau tidak," kata Fahri.
Lantas kalau di RI bisa sampai 5 triliun? bagaimana dengan Joe Biden calon dari partai Demokrat Amerika tahun 2020 lalu? dan dari mana uang dalam jumlah yang tidak kecil tersebut?
Biaya Kampanye Biden dan Sumber Dananya
Tak lepas dari ingatan kita bahwa pemilihan presiden yang diperebutkan begitu panas antara kedua belah pihak sering kali dijuluki sebagai perlombaan paling penting dalam sejarah.
Kalau kita bandingkan dengan biaya kampanye tahun 2020, calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden misalnya. Ia berhasil mengumpulkan dana hingga US$ 364 juta (sekitar Rp 5 triliun) pada Agustus 2020.
Ini adalah rekor untuk dana kampanye bulanan di AS. Padahal penggalangan dana sebagian besar dilakukan secara online karena pembatasan sosial akibat pandemi virus corona.
"Mantan Wakil Presiden (Biden) dan Komite Nasional Partai Demokrat menarik dana total US$ 364,5 juta, di mana US$ 205 juta didapat secara online oleh beberapa donor yang lebih kecil," kata tim kampanye Biden dalam sebuah pernyataan dikutip dariAFP.
Sebelumnya, rekor ini dipegang Barack Obama tahun 2008. Saat itu, dilansir dari CBS dan New York Times, ia berhasil mengumpulkan US$ 200 juta.
Biden sendiri mengaku angka ini mengejutkan. Pria berusia 77 tahun itu mengatakan berterima kasih ke pendukungnya.
"Lebih dari $ 205 juta atau 57% dari uang yang kami kumpulkan, berasal dari donasi online. Dari orang-orang seperti Anda yang menyumbang US$ 5, US$ 10, US$ 20 sekaligus," katanya.
Untuk diketahui, pada Juli 2020, dana kumpulan Trump lebih banyak dari Biden. Di mana ia berhasil mendapatkan US$ 165 sedangkan Biden US$ 140.
Sebagian besar pengeluaran digunakan untuk iklan televisi, iklan pemilihan presiden.
Sejumlah miliarder dan eksekutif perusahaan teknologi telah menyumbangkan kekayaannya untuk mendukung kampanye Joe Biden di Pilpres AS 2020. Mereka berkeinginan melengserkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dari jabatannya saat itu.
Dalam catatan CNBC, CEO aplikasi seluler Asana dan salah satu pendiri Facebook Dustin Moskovitz telah menghabiskan sekitar US$ 24 juta setara Rp 350 miliar (kurs Rp 14.600) untuk mendukung Biden.
CEO Twilio Jeff Lawson dan istrinya, Erica, menyumbangkan sekitar US$ 7 juta. Selanjutnya ada mantan CEO Google Eric Schmidt, yang menyumbangkan sekitar US$ 6 juta.
Semua miliarder itu merupakan kontributor terkenal untuk partai Future Forward USA di kubu Biden. Mereka juga Super PAC atau penyumbang dana besar dalam kampanye Joe Biden.
CEO perusahaan teknologi besar lainnya yang ikut menggelontorkan dana kampanye untuk Biden, ada Reed Hastings dari Netflix. Hastings dan istrinya, Patty Quillin, menyumbangkan lebih dari US$ 5 juta.
Menurut Center for Responsive Politics dalam dana kampanye, 98% karyawan dari perusahaan teknologi berkomitmen mendukung Biden. Rendahnya empati kepada Trump saat itu disebabkan oleh perubahan dalam perdagangan serta penanganannya pada pandemi Covid-19.
Sejumlah investor paling terkemuka di Silicon Valley juga menyumbangkan cek tujuh digit. Miliarder dan pengusaha Vinod Khosla menyumbangkan US$ 1 juta kepada Senat Mayoritas PAC dan American Bridge 21st Century.
Selanjutnya ada, Michael Moritz dari Sequoia Capital telah menyumbang lebih dari US$ 3 juta, termasuk US$ 1,5 juta untuk Pacronym, yang difokuskan untuk mendukung Demokrat di negara bagian.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)