
Lira Turki Hancur Lebur Tapi Bukan yang Terburuk di Dunia

- Lira ambruk setelah Erdogan terpilih kembali sebagai Presiden Turki
- Investor memilih membuang lira karena ketidaksukaan dengan kebijakan Erdogan
- Banyak mata uang negara lain yang kinerjanya jauh lebih buruk dibandingkan lira Turki
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang lira Turki merosot ke level terlemahnya sepanjang sejarah. Namun, lira bukan satu-satunya mata uang yang terpuruk sepanjang tahun ini.
Pada perdagangan Jumat (26/5/2023), lira sempat menyentuh TRY 20,12/US$ yang merupakan rekor terlemah sepanjang sejarah. Sepanjang tahun ini kurs lira sudah merosot sekitar 6,8%.
Tersungkurnya lira tidak bisa dilepaskan dari kemenangan petahana Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pemilhan umum Turki. Bukan rahasaia lagi jika investor tidak suka dengan kebijakan Erdogan, termasuk dalam kebijakan moneter.
Terbukti, surat utang (obligasi) Turki terus "dibuang" oleh investor asing.
Sejak 2022 lalu, obligasi Turki yang dimiliki investor asing kurang dari 1%, dan terus menurun hingga tahun ini. Persentase tersebut merosot dari 23% pada 2012 lalu.
Hal yang sama juga terjadi pada pasar saham. Berdasarkan kalkulasi Goldman Sachs yang dikutipFinancial Timesawal Mei lalu, dalam satu dekade terakhir investor asing menarik dananya hingga US$ 7,3 miliar.
Ketidaksukaan investor terlihat jelas sejak tahun lalu. Di saat bank sentral negara-negara lain menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi, Turki malaj memangkas suku bunga.
Laju inflasi Negara Bulan Sabit tersebut sebenarnya melonjak sangat tinggi yakni 21,31% (year on year/yoy) pada November 2021 menjadi 85,51% pada Oktober 2022.
Namun, suku bunga justru dipangkas.
Inflasi sebenarnya Turki melonjak sejak 2021 karena jatuhnya mata uang lira. Namun, di tengah lonjakan inflasi tersebut, bank sentral Turki (Turkiye Cumhuriyet merkez Bankasi/TCMB) justru menurunkan suku bunga acuan pada Desember 2021 setelah Erdogan meminta mereka memangkas suku bunga.
Suku bunga acuan TCMB dipangkas dari 19% pada Agustus 2021 menjadi 8,5% per Mei 2023. Erdogan adalah penentang keras kenaikan suku bunga. Dia bahkan sudah memecat tiga gubernur bank sentral sejak 2019 karena dinilai kurang akomodatif.
Namun, lira bukanlah mata uang yang melemah sendirian. Banyak dari mata uang yang kinerjanya jauh lebih buruk dibandingkan Turki. Tingginya inflasi, krisis ekonomi, buruknya kinerja ekonomi, hingga gagal bayar utang membuat mata uang sejumlah negara terperosok sepanjang tahun ini.
Merujuk pada Refinitiv, mata uang terburuk sepanjang tahun ini adalah pound Libanon yang jatuh 89,96% dari awal tahun. Libanon sudah bertahun-tahun bergelut dengan krisis politik dan ekonomi yang membuat negara tersebut terperosok.
Ekonomi Libanon sudah bergulat dengan resesi sejak 2018. Di bawah pound Libanon ada dolar Zimbabwe yang terjun 66,08% kemudian franc Burundi.
Negara yang bergulat dengan utang dan kesulitan mendapatkan pasokan dolar juga mata uangnya hancur. Contohnya adalah peso Argentina dan rupee Pakistan.
Mata uang Argentina ambruk setelah negara tersebut gagal melakukan negosiasi pembayaran utang luar negerinya sebesar US$ 65 miliar pada tahun lalu. Sementara itu, Pakistan juga harus bergelut dengan pelemahan mata uang setelah investor melihat negara tersebut memiliki risiko.
Tingginya inflasi serta membengkkanya utang membuat Pakistan bangkrut dan menjadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
