
Wow! Pasien IMF Ini Malah Sumbang RI Ratusan Juta Dolar

Jakarta, CNBC Indonesia - India dan China masih menjadi pasar terbesar untuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia. Pakistan yang tengah terancam bangkrut menjadi pasar terbesar ketiga bagi CPO Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor CPO Indonesia ke Pakistan mencapai 708,2 ribu pada Januari-April tahun ini. Jumlah tersebut turun 2,87% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
Pakistan merupakan pembeli terbesar CPO Indonesia pada April dengan total ekspor mencapai 274,3 ribu ton.
Nilai ekspor CPO pada Januari-April 2023 tercatat US$ 654,4 juta atau turun 32,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Bila dihitung dalam rupiah, ekspor CPO ke Pakistan pada Januari-April 2023 mencapai Rp 9,77 triliun (US$ 1= R 14.930).
Nilai ekspor April 2023 mencapai US$ 256 juta atau Rp 3,88 triliun. Nilai tersebut melonjak 108,5% dibandingkan bulan sebelumnya.
Nilai impor Pakistan sempat jatuh pada Februari dan Maret karena negara tersebut tengah bergulat dengan krisis.
Presiden Pakistan Shehbaz Sharif masih membicarakan bailout sebesar US$ 6,5 miliar dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Pakistan bergelut dengan sejumlah persoalan mulai dari inflasi hingga anjloknya nilai tukar mata uang Pakistani rupee. Pasokan dolar mereka juga menurun tajam sehingga kesulitan immpor.
Pada pekan pertama Februari tahun ini, cadangan devisa (cadev) Pakistan bahkan ada dalam posisi terendah salaam sembilan tahun dan hanya cukup untuk tiga pekan impor.
Meski melonjak, nilai impor Pakistan masih kalah dibandingkan dengan India dan China.
Ekspor ke India pada Januari-April 2023 mencapai 1,16 juta ton atau naik 21,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Nilai ekspor India sebesar US$ 983,2 juta atau turun 28,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di bawah India ada China yang mengimpor CPO Indonesia sebanyak 1,05 juta ton. Jumlah tersebut naik 181,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Nilai impor China menembus US$ 958,1 juta pada Januari-April tahun ini atau 82,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan terbesar dicatat Arab Saudi yakni sebesar 237,5% menjadi 126,9 ribu ton pada Januari-April 2023.
Secara keseluruhan, data BPS menunjukkan volume ekspor CPO ke-15 negara tujuan utama mencapai 5,81 juta ton pada Januari-April 2023. Jumlah tersebut naik 22,9% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk April saja, ekspor CPO ke-15 negara tujuan utama mencapai 1,15 juta ton. Jumlah tersebut anjlok 15,3% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm) tetapi 1,51% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Volume ekspor Januari-April tahun ini lebih tinggi bisa dimengerti. Pasalnya, pemerintah sempat melarang ekspor CPO dan produk turunannya pada 28 April-22 Mei 2022.
Secara nilai, ekspor CPO Indonesia ke-15 negara tujuan utama pada Januari-April 2023 mencapai US$ 5,31 miliar. Nilai tersebut ambruk 17,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Untuk April 2023, nilai ekspor mencapai US$ 1,07 miliar atau turun 14,9% (mtm) dan jeblok 38% (yoy). Nilai ekspor turun sejalan dengan melemahnya harga komoditas di tingkat global.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)