Sectoral Insight

Krisis Pangan Ancam Dunia, Defisit Beras Terburuk 20 Tahun

mae, CNBC Indonesia
Jumat, 12/05/2023 18:42 WIB
Foto: Presiden Jokowi didampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan tanam padi di Desa Senori, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. (Dok: Biro Pers)
  • Krisis pangan mengguncang dunia tahun lalu akibat perang dan dampak perubahan iklim
  • krisis pangan masih membayangi dunia pada tahun ini
  • Keseimbangan produksi dan permintaan beras diperkirakan mengalami defisit terbesar dalam 20 tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis pangan mengguncang dunia pada tahun lalu. Krisis diperkirakan masih membayangi dunia pada tahun ini menyusul semakin besarnya dampak perubahan iklim serta tingginya harga pangan.

Perang Rusia-Ukraina yang meletus pada akhir Februari 2022 membawa dunia pada krisis energi dan bahan pangan.

Peran besar Rusia dan Ukraina dalam rantai pangan dan energi global membuat dunia ikut menanggung beban perang. Belum lagi lalu lintas perdagangan terganggu karena perang.

Sejumlah harga komoditas pangan dan energi menembus ke level tertingginya, termasuk batu bara dan minyak sawit.

Indeks pangan Badan Pangan Dunia (FAO Food Index) yang menghitung pergerakan harga pangan global juga menembus rekor pada April 2022 di angka 156,3.

Inflasi pangan pun kemudian melonjak tajam, tak terkecuali di Indonesia.

Inflasi kelompok bergejolak menembus menembus 2,51% (month to month/mtm) dan 10,07% (year on year/yoy). Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2014 atau 7,5 tahun terakhir.

Akibat lonjakan harga pangan, puluhan negara bahkan melakukan langkah ekstrem dengan melarang ekspor komoditas pangan andalan mereka. Langkah ini diambil demi menjaga pasokan dalam negeri serta menekan inflasi.

Indonesia sempat melarang ekspor minyak sawit mentah pada April-Mei 2022, India ekspor gandum serta beras, Argentina melarang ekspor minyak kedelai, dan Rusia melarang ekspor gula dan minyak bijih matahari.

Malaysia juga melarang ekspor ayam, Iran melarang ekspor roti serta terong, serta Mesir melarang ekspor jagung. Larangan ekspor ini menunjukkan betapa dahsyatnya krisis pangan pada 2022.

Persoalan perang belum selesai, kondisi pangan global dihantam oleh dampak perubahan iklim yang sangat parah.

India dilanda gelombang panas hebat pada musim panas tahun lalu. Sebaliknya, Pakistan dilanda banjir. Kondisi tersebut membuat pasokan pangan global semakin berkurang sehingga krisis pangan meningkat.

World Food Programme dalam laporannya 2023 Global Report on Food Crises mencatat sebanyak 258 juta orang di 58 negara atau wilayah hidup dalam krisis pangan arau rawan pangan level akut.

Jumlah tersebut meningkat 123 juta dibandingkan pada 2019.



(mae/mae)
Pages