Sectoral Insight

Cek! Fakta Industri Nikel Yang Perlu Diketahui

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
11 May 2023 15:35
Limbah Tambang menjadi material Bermanfaat. (CNBC Indonesia/Suhendra)
Foto: Limbah Tambang menjadi material Bermanfaat. (CNBC Indonesia/Suhendra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Membahas tentang industri nikel tidak lepas dari story perkembangan ekosistem Electric Vehicle (EV) di Indonesia yang masih terus berlanjut karena nikel bisa digunakan sebagai komponen pembuat baterai untuk EV.

Proyek perkembangan nikel sebagai baterai EV ini bisa dibilang merupakan proses dari hilirisasi mineral pemerintah sebagai langkah menambah nilai jual agar ekspor meningkat.

Sebagai langkah awal sejak 2020 lalu, pemerintah Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel karena untuk mendapatkan harga jual lebih tinggi tentu nikel harus diproses dahulu.

Kebijakan tersebut dalam realisasinya sudah membuahkan hasil yang terlihat dari ekspor nikel hingga akhir Februari 2023 sudah mencapai US$ 1,27 miliar, naik hampir 3 kali lipat dibandingkan dua bulan pertama 2022 yang hanya sebesar US$ 328.9 juta. Capaian tersebut membuat komoditas nikel berkontribusi terhadap ekspor non migas sebesar 3,10%

Data tersebut menunjukkan prospek hilirisasi nikel yang sangat potensial ke depan terutama dalam hal penggunaan nikel sebagai komponen baterai. Namun, proses ini masih lah dalam jangka panjang.

Faktanya, dibandingkan untuk membuat baterai saat ini nikel masih banyak diekspor untuk kebutuhan stainless steel. Menurut data United State Geological Survey (USGS) dan Kementerian Ekonomi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebanyak 70% nikel digunakan untuk pembuatan baja anti karat (stainless steel). Malah, untuk pembuatan baterai hanya sebanyak 5%

Fakta kedua, hingga Februari 2023 negara tujuan ekspor nikel paling banyak masih ke China dengan kontribusi mencapai 86,68% dari total ekspor atau setara 153.057 ton. Nilai tersebut naik lebih dari tujuh kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 23.154 ton.

Hilirisasi memang menjadi solusi untuk meningkatkan harga jual nikel namun dominasi ekspor ke China bisa menjadi masalah yang cukup serius karena pasar ekspor Indonesia akan sangat tergantung dengan kondisi ekonomi China.

Terbaru, rilis data inflasi China periode April 2023 menunjukkan deflasi secara bulanan sebesar -0,1%. Sedangkan, secara tahunan inflasi turun ke 0,1% dibandingkan periode sebelumnya yang masih tumbuh 0,7%.

Hal tersebut perlu menjadi PR bagi pemerintah dan industri agar hilirisasi nikel ke depan bisa meningkatkan serapan dalam negeri melalui proyek smelter hingga pabrik hasil olahan nikel sebagai barang setengah jadi maupun barang jadi untuk diekspor dengan harga yang lebih tinggi.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation