Newsdata

Mohon Maaf! Nikel Saja Tak Cukup Bikin RI Jadi Raja Baterai

Research - Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
15 December 2022 09:45
Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Smelter Nikel PT. GNI, Kab. Konawe, 27 Desember 2021 Foto: Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Smelter Nikel PT. GNI, Kab. Konawe, 27 Desember 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memang berperan sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia tak pelak memiliki cita-cita menjadi 'raja baterai' kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dunia.

Karena nikel merupakan salah satu komponen utama pembuatan baterai kendaraan listrik. Kendati demikian, memiliki nikel saja dinilai masih kurang cukup untuk menggapai mimpi tersebut.

Bukan tanpa alasan, ternyata selain nikel ada komponen lain untuk pembuatan baterai EV, seperti cobalt, aluminium, lithium, dan sebagainya. Itu sebabnya, RI tak bisa hanya bergantung pada komoditas nikel untuk bisa mencapai impian menjadi "raja" baterai kendaraan listrik.

Nikel hanya berperan sebanyak 25% dalam pembuatan komponen baterai kendaraan listrik. Adapun komponen lain yang paling dominan untuk membuat baterai EV adalah lithium, yakni berperan sebesar 60%.

RI boleh menguasai nikel, namun untuk komponen seperti lithium siapa pemeran utamanya?

Berdasarkan data yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia, pada tahun 2021 Australia masih memimpin negara teratas produsen lithium di dunia.

Negara di benua Asia ini menghasilkan 55.000 MT kandungan lithium tahun lalu, naik secara signifikan dari 39.700 MT tahun sebelumnya ketika produksi lithium telah terganggu oleh kebijakan Lockdown Covid-19.

GlobalData memperkirakan produksi lithium Australia akan meningkat lebih lanjut 24,5% pada tahun 2022 seiring perluasan tambang untuk memenuhi permintaan.

Australia menjadi tuan rumah aset lithium Greenbushes, yang dioperasikan oleh Talison Lithium, anak perusahaan yang dimiliki bersama oleh penambang Tianqi Lithium (SZSE:002466) dan Albemarle (NYSE:ALB).

Sebagai informasi, Greenbushes adalah area penambangan terlama yang terus berjalan di Australia Barat, yang telah beroperasi selama lebih dari 25 tahun.

Selanjutnya ada Chili sebagai salah satu produsen lithium top dunia pada tahun 2021, dimana produksinya meningkat dari 21.500 MT kandungan lithium pada tahun 2020 menjadi 26.000 MT tahun lalu.

Tidak seperti Australia, di mana lithium diekstraksi dari tambang batu keras, lithium Chili ditemukan dalam endapan air garam lithium.

China berada di urutan ketiga untuk produksi lithium pada tahun 2021, mengalahkan Argentina secara signifikan. Negara Asia itu melihat pasokan lithium-nya tumbuh sedikit menjadi 14.000 MT tahun lalu dari 13.300 MT pada tahun 2020.

Sementara produksi lithium di China relatif rendah, namun mereka adalah konsumen lithium terbesar karena manufaktur elektronik dan industri kendaraan listrik.

Dimana mereka juga memproduksi lebih dari tiga perempat baterai lithium-ion dunia dan mengontrol sebagian besar fasilitas pemrosesan lithium dunia.

Oleh sebab itu, pemerintah memang mesti memikirkan bagaimana bisa tercipta ekosistem baterai kendaraan listrik yang terintegrasi bagi pemerintah dan pelaku industri. Hal tersebut diharapkan mempermudah tantangan yang dihadapi dalam mencapai impian sebagai "raja" baterai kendaraan listrik.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aum/aum)

[Gambas:Video CNBC]