Anies Kritik Subsidi Mobil Listrik, Harganya Mahal Gegara Ini

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
10 May 2023 13:50
mobil listrik
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
  • Rata-rata biaya produksi mobil listrik mencapai Rp600 jutaan, sehingga harga jualnya pun saat ini terbilang mahal.
  • Mahalnya biaya produksi utamanya karena teknologi baterai mobil listrik sedang tahap pengembangan dan skala produksi yang masih sedikit
  • Seiring dengan kebutuhan mobil listrik yang meningkat, biaya produksi kendaraan listrik akan makin murah.

Jakarta, CNBC Indonesia - Ongkos rata-rata mobil listrik saat ini masih terbilang cukup mahal sehingga akan membuat harga jualnya juga tinggi.

Inilah salah satu alasan Indonesia dan negara-negara lain memberikan insentif pembelian mobil listrik, selain untuk pemanis demi mempercepat transisi energi hijau guna mencapai zero emission.

Namun, subsidi ini pun mendapat kritik dari Calon Presiden (Capres) Anies Baswedan yang menyatakan bahwa subsidi mobil listrik tidak tepat sasaran.

Berdasarkan penelitian ResearchGate bertajuk "An Overview of Parameter and Cost for Battery Electric Vehicles", rata-rata biaya langsung pembuatan mobil listrik pada 2020 menelan biaya Euro 20.300 atau Rp328.493.807 dengan kurs Rp16.181/1 Euro.

Biaya untuk baterai jadi komponen terbesar yakni sebesar Euro 8.000. Selanjutnya adalah biaya interior dan eksterior yang menelan biaya Euro 2.700 dan Euro 2.100.

Adapun biaya-biaya lain yang mencakup biaya langsung adalah biaya perakitan yakni Euro 1.500, Chassis sebesar Euro 1.300, powertrain sebesar Euro 700, biaya E-drive yakni sebesar Euro 2.000 dan lainnya senilai Euro 2.000.

Nah,biaya langsung ini ternyata hanya 43,5% dari keseluruhan biaya produsen mobil listrik sampai siap jual. Jadi diperkirakan harga jual mencapai Euro 46.667 atau Rp755.163.572 per unit.

Penelitian dari ResearchGate juga melihat adanya biaya-biaya lain seperti research and development, biaya penjualan dan administrasi, depresiasi, iklan, garansi, markup dealer, dan keuntungan. Biaya ini belum termasuk pajak.

evFoto: ResearchGate

Kenapa biaya EV begitu mahal?

Biaya baterai yang begitu tinggi saat ini membuat biaya langsung pembuatan kendaraan listrik tinggi. Hal ini karena teknologi baterai kendaraan listrik masih dalam tahap pengembangan, sehingga wajar jika masih mahal.

Tahap pengembangan saat ini termasuk biaya investasi eksplorasi bahan baku dan juga biaya riset dan pengembangan teknologi.

Saat ini kegunaan bahan mineral untuk dijadikan baterai pun saat ini juga masih berkembang dari kegunaan untuk barang utilities ke green energy.

Misalnya saja penggunaan nikel yang masih didominasi untuk stainless steel dibandingkan untuk membuat baterai kendaraan listrik. Sebagai informasi, penggunaan nikel untuk stainless steel mencapai 70% dibandingkan untuk baterai kendaraan listrik sebesar 11%.

Seiring berjalannya waktu, penggunaan nikel untuk baterai kendaraan listrik akan semakin meningkat sehingga harganya pun akan semakin murah.

Selain itu, saat ini penggunaan mobil listrik masuk ke dalam fase transisi sehingga skala produksinya belum banyak. Hal ini membuat harga jual pun juga mahal, dibanding mobil dengan bahan bakar minyak (bbm) yang lebih murah karena skala produksi yang banyak.

Berdasarkan data IEA, produksi mobil listrik hingga 2030 akan meroket bahkan hingga 200% lebih. Hal ini tentu saja akan membuat biaya produksi bisa lebih murah.

evFoto: EIA

ResearchGate pun memprediksi biaya langsung dari pembuatan kendaraan listrik pada 2030 akan turun hingga Euro 4.000 menjadi Euro 16.000.

Hal ini juga akan mempengaruhi harga jual kendaraan listrik dan diperkirakan dengan struktur biaya yang sama, biaya produksi kendaraan listrik akan turun menjadi Euro 42.667 atau Rp690.435.727/unit.

evFoto: ResearchGate

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation